• Tidak ada hasil yang ditemukan

PErUNDaNG – UNDaNGaN YaNG BErPENGarUH SIGNIfIKaN

Dalam dokumen Bahan Materi Mata Acara Kesatu AR BJB 2016 OJK (Halaman 129-137)

tErHaDaP BaNK

Adapun perubahan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh terhadap Bank beserta dampak serta respon

rEaLISaSI traNSaKSI

Tabel berikut menunjukkan jumlah agregat dari transaksi pihak yang berelasi (selain manajemen kunci) pada tanggal-tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

Tabel Transaksi dengan Pihak Berelasi

Selain itu, adapun realisasi transaksi dengan manajemen kunci diuraikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel Transaksi dengan Pihak Berelasi

KOMItMEN DaN KONtINJENSI

bank bjb mempunyai komitmen dan kontijensi. Adapun Ikhtisar

komitmen dan kontijensi bank bjb diuraikan sebagai berikut.

Tabel Komitmen dan Kontinjensi (dalam jutaan Rupiah)

PErUBaHaN PEratUraN

PErUNDaNG – UNDaNGaN YaNG

BErPENGarUH SIGNIfIKaN

tErHaDaP BaNK

Adapun perubahan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh terhadap Bank beserta dampak serta respon

Bank terhadap perubahan tersebut selama tahun 2016 adalah sebagai berikut. No. Peraturan Perundang- undangan Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

1. undang-undang nomor 9 Tahun 2016 tentang pencegahan dan penanganan Krisis Sistem Keuangan

15 april 2016 1. pencegahan dan penanganan Krisis Sistem Keuangan diselenggarakan berdasarkan asas:

a. kepentingan nasional; b. kemanfaatan; c. keadilan; d. keterpaduan; e. efektivitas; f. efisiensi; dan g. kepastian hukum

2. pencegahan dan penanganan Krisis Sistem Keuangan meliputi: a. koordinasi pemantauan dan pemeliharaan Stabilitas Sistem

Keuangan;

b. penanganan Krisis Sistem Keuangan; dan

c. penanganan permasalahan Bank Sistemik, baik dalam kondisi Stabilitas Sistem Keuangan normal maupun kondisi Krisis Sistem Keuangan

3. Koordinasi pemantauan dan pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan mencakup bidang:

a. fiskal; b. moneter;

c. makroprudensial dan mikroprudensial jasa keuangan; d. pasar keuangan;

e. infrastruktur keuangan, termasuk sistem pembayaran dan penjaminan simpanan; dan

f. resolusi Bank.

4. penanganan Krisis Sistem Keuangan mencakup penanganan seluruh bidang sebagaimana dimaksud pada angka 3 diatas. 5. penanganan permasalahan Bank Sistemik meliputi penanganan

permasalahan likuiditas dan solvabilitas Bank Sistemik.

1. Berdasarkan undang-undang tersebut, bank bjb sebagai Bank Sistemik wajib memenuhi ketentuan khusus mengenai rasio kecukupan modal dan rasio kecukupan likuiditas dan menyusun rencana aksi untuk disetujui oleh otoritas Jasa Keuangan.

2. rencana aksi tersebut paling sedikit memuat kewajiban pemegang saham pengendali dan/ atau pihak lain untuk menambah modal Bank serta mengubah jenis utang tertentu menjadi modal Bank.

2 undang-undang nomor 11 Tahun 2016 tentang pengampunan pajak

1 Juli 2016 1. Setiap Wajib pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak, yaitu program penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar utang Tebusan.

2. pengampunan pajak meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai dengan akhir Tahun pajak Terakhir, yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib pajak. Kewajiban perpajakan tersebut terdiri atas kewajiban: a. pajak penghasilan; dan

b. pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahn nilai dan pajak penjualan atas Barang Mewah.

3. pengampunan pajak diberikan kepada Wajib pajak melalui pengungkapan harta yang dimilikinya dalam Surat pernyataan. nilai harta yang diungkapkan dalam Surat pernyataan meliputi: a. nilai harta yang telah dilaporkan dalam SpT pph Terakhir;

dan

b. nilai harta tambahan yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SpT pph Terakhir.

4. pengampunan pajak tidak berlaku bagi Wajib pajak yang sedang: a. Dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah

dinyatakan lengkap oleh Kejaksanaan; b. Dalam proses peradilan; atau c. Menjalani hukuman pidana,

atas Tindak pidana di Bidang perpajakan.

4. untuk memperoleh pengampunan pajak, Wajib pajak harus menyampaikan Surat pernyataan kepada Menteri dan harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain membayar lunas uang Tebusan ke kas negara melalui Bank persepsi. 5. apabila Wajib pajak yang menyatakan akan mengalihkan dan

menginvestasikan harta yang menjadi objek pengampunan pajak harus mengalihkan harta tersebut melalui Bank persepsi.

1. Sesuai dengan ketentuan dalam uu tersebut, Wajib pajak yang akan mengikuti pengampunan pajak dan menyatakan mengalihkan dan menginvestasikan harta yang menjadi objek pengampunan pajak harus membayar uang Tebusan dan mengalihkan harta tersebut melalui Bank persepsi yang ditunjuk secara khusus untuk itu. bank bjb

telah ditunjuk sebagai Bank persepsiberdasarkan Keputusan Menteri Keuangan republik Indonesia nomor 600/ KMK.03/2016 tanggal tentang penetapan Bank persepsi yang bertindak sebagai penerima uang Tebusan dalam rangka pelaksanaan pengampunan pajak. TINJAUAN KEUANGAN TINJAUAN KEUANGAN finanCial RevieW finanCial RevieW No. Peraturan Perundang- undangan Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

3. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 04/poJK.03/2016 tanggal 26 Januari 2016 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank umum

27 Januari 2016 1. Bank wajib memelihara dan/ atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. 2. Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan

menggunakan pendekatan risiko (risk-based Bank Rating) baik secara individu maupun secara konsolidasi dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor:

a. profil risiko (risk profile); b. Good Corporate Governance (GCG); c. rentabilitas (earnings); dan d. permodalan (capital).

3. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self-assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank dan dilakukan paling sedikit setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan akhir bulan Desember.

1. poJK tersebut mencabut peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/pBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank umum. 2. Dampak perubahan peraturan

tersebut meliputi waktu penyampaian laporan, yaitu apabila batas waktu penyampaian hasil penilaian sendiri (self-assessment) Tingkat Kesehatan Bank jatuh pada hari Sabtu, hari Minggu atau hari libur, maka hasil penilaian sendiri tersebut disampaikan pada hari kerja berikutnya.

4. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 05/poJK.03/2016 tanggal 26 Januari 2016 tentang rencana Bisnis Bank

27 Januari 2016 1. Bank wajib menyusun rencana Bisnis secara realistis setiap tahun

2. penyusunan rencana Bisnis dilakukan dengan memperhatikan: a. Faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi

kelangsungan usaha Bank; b. prinsip kehati-hatian;

c. penerapan manajemen risiko; dan d. asas perbankan yang sehat.

3. rencana Bisnis wajib disusun oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan Komisaris.

4. Direksi wajib melaksanakan rencana Bisnis secara efektif. 5. Direksi wajib mengkomunikasi rencana Bisnis kepada:

a. pemegang saham Bank; dan

b. Seluruh jenjang organisasi yang ada pada Bank 6. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan rencana Bisnis. 7. rencana Bisnis paling sedikit meliputi:

a. ringkasan eksekutif;

b. Kebijakan dan strategi manajemen;

c. penerapan manajemen risiko dan kinerja Bank saat ini; d. proyeksi laporan keuangan beserta asumsi yang digunakan; e. proyeksi rasio-rasio dan pos-pos tertentu lainnya; f. rencana pendanaan;

g. rencana penanaman dana; h. rencana penyertaan modal; i. rencana permodalan;

j. rencana pengembangan organisasi dan sumber daya manusia;

k. rencana penerbitan produk dan/ atau pelaksanaan aktivitas baru;

l. rencana pengembangan dan/ atau perubahan jaringan kantor;

m. Informasi lainnya.

1. poJK tersebut mencabut peraturan Bank Indonesia nomor 12/21/pBI/2010 tanggal 19 oktober 2010 tentang rencana Bisnis Bank. 2. pada poJK tersebut, rencana

penyertaan Modal bukan merupakan bagian dari rencana penanaman Dana.

3. rencana penyertaan modal tersebut harus dimuat secara lebih rinci yaitu paling sedikit meliputi:

a. Bidang usaha;

b. perkiraan jumlah dana yang akan ditanamkan; dan c. persentase kepemilikan

termasuk aspek pengendalian.

No. Peraturan Perundang- undangan

Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

5. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 29/poJK.04/2016 tanggal 29 Juli 2016 tentang Laporan Tahunan emiten atau perusahaan publik

29 Juli 2016 1. Direksi wajib menyusun Laporan Tahunan dan wajib ditelaah oleh Dewan Komisaris.

2. Laporan Tahunan wajib paling sedikit memuat: a. Ihktisar data keuangan penting; b. Informasi saham (jika ada); c. Laporan Direksi; d. Laporan Dewan Komisaris; e. profil emiten atau perusahaan publik; f. analisis dan pembahasan manajemen; g. Tata kelola emiten atau perusahaan publik; h. Tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten atau

perusahaan publik;

i. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit; dan j. Surat pernyataan anggota Direksi dan anggota Dewan

tentang tanggung jawab atas Laporan Tahunan 3. Laporan Tahunan wajib disajikan dalam Bahasa Indonesia. 4. Laporan Tahunan wajib disampaikan kepada otoritas Jasa

Keuangan paling lambat pada akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir. Dalam hal Laporan Tahunan telah tersedia bagi pemegang saham sebelum jangka waktu penyampaian Laporan Tahunan berakhir, maka Laporan Tahunan wajib disampaikan kepada otoritas Jasa Keuangan pada tanggal yang sama dengan tersedianya Laporan Tahunan bagi pemegang saham. 5. Laporan Tahunan wajib tersedia bagi pemegang saham pada

saat pemanggilan rupS Tahunan.

6. Laporan Tahunan wajib dimuat dalam SItus Web pada tanggal yang sama dengan penyampaian Laporan Tahunan kepada otoritas Jasa Keuangan.

7. Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab atas kebenaran isi Laporan Tahunan.

8. Laporan Tahunan wajib ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang menjabat pada saat penyampaian Laporan Tahunan. Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris tidak menandatangani Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan wajib menyebutkan alasannya secara tertulis dalam surat tersendiri yang dilekatkan pada Laporan Tahunan. Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/ atau anggota Dewan Komisaris tidak menandatangani Laporan Tahunan dan tidak memberikan alasan secara tertulis, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lain yang menandatangani Laporan Tahunan wajib menyertakan alasan secara tertulis dalam surat tersendiri yang dilekatkan pada Laporan Tahunan.

1. poJK tersebut mencabut Keputusan Ketua Badan pengawas pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor Kep- 431/BL/2012 tanggal 1 agustus 2012 tentang penyampaian Laporan Tahunan emiten atau perusahaan publik (peraturan X.K.6)

2. Ketentuan dalam pasal 17 poJK tersebut melengkapi ketentuan terkait penandatanganan Laporan Tahunan oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris, sehingga dalam hal terdapat anggota Direksi dan/ atau anggota Dewan Komisaris tidak menandatangani Laporan Tahunan dan tidak memberikan alasan secara tertulis, maka anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lain yang menandatangani Laporan Tahunan wajib menyertakan alasan secara tertulis dalam surat tersendiri yang dilekatkan pada Laporan Tahunan.

TINJAUAN KEUANGAN TINJAUAN KEUANGAN finanCial RevieW finanCial RevieW No. Peraturan Perundang- undangan Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

6. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 27/poJK.03/2016 tanggal 22 Juli 2016 tentang penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi pihak utama Lembaga Jasa Keuangan

1 agustus 2016 1. Calon pihak utama wajib memperoleh persetujuan dari oJK sebelum menjalankan tindakan, tugas dan fungsinya sebagai pihak utama.

2. Bagi Bank, pihak utama tersebut meliputi: a. pemegang Saham pengendali b. anggota Direksi; dan c. anggota Dewan Komisaris.

3. Calon anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris dan/ atau calon anggota Dewan pengawas Syariah yang belum memperoleh persetujuan oJK, dilarang melakukan tindakan, tugas dan fungsi sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Dewan pengawas Syariah LJK walaupun telah mendapat persetujuan dan diangkat oleh rupS. 4. Dalam rangka memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2, oJK melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan kepada calon pihak utama.

5. penilaian kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai bahwa calon pihak utama memenuhi persyaratan:

a. integritas dan kelayakan keuangan bagi calon pSp atau calon pengendali perusahaan perasuransian yang merupakan pemegang saham;

b. integritas dan reputasi keuangan bagi calon pengendali perusahaan perasuransian yang bukan merupakan pemegang saham;

c. integritas, reputasi keuangan dan kompetensi bagi selain calon pSp atau calon pengendali perusahaan perasuransian. 6. LJK harus terlebih dahulu melakukan penilaian sendiri (self

assessment) terhadap calon pihak utama selain calon pSp dan calon pengendali perusahaan perasuransian sebelum diajukan kepada oJK dan hasil self assessment disampaikan kepada oJK pada saat pengajuan permohonan.

1. Terdapat pengaturan yang secara khusus mengatur mengenai kewajiban Bank untuk menyelenggarakan rupS untuk membatalkan pengangkatan calon anggota Direksi dan calon anggota Dewan Komisaris yang tidak disetujui oleh oJK namun telah diangkat sebagai anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris.

No. Peraturan Perundang- undangan

Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

7. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 32/poJK.03/2016 tanggal 8 agustus 2016 tentang perubahan atas peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 6/poJK.03/2015 tentang Transparansi dan publikasi Laporan Bank.

12 agustus 2016

1. Laporan publikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 terdiri atas:

a. Laporan publikasi Bulanan; b. Laporan publikasi Triwulanan; c. Laporan publikasi Tahunan; dan d. Laporan publikasi Lain.

2. Kelengkapan dan kebenaran isi Laporan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris Bank.

3. Bank wajib menyampaikan Laporan publikasi secara online melalui sistem pelaporan otoritas Jasa Keuangan 4. Laporan publikasi Triwulanan meliputi:

a. laporan keuangan; b. informasi kinerja keuangan;

c. informasi susunan dan komposisi pemegang Saham, susunan Direksi dan Dewan Komisaris serta susunan Dewan pengawas Syariah bagi Bank umum Syariah; dan

d. informasi lain yang ditentukan oleh otoritas Jasa Keuangan. 5. Laporan publikasi Tahunan paling sedikit meliputi:

a. informasi umum; b. laporan keuangan; c. informasi kinerja keuangan;

d. pengungkapan permodalan dan praktik manajemen risiko yang diterapkan Bank, paling sedikit meliputi uraian jenis risiko, potensi kerugian yang dihadapi Bank, dan mitigasi risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai permodalan dan manajemen risiko; e. pengungkapan lain sebagaimana diatur dalam standar

akuntansi keuangan; dan

f. informasi lain yang ditentukan oleh otoritas Jasa Keuangan. 6. Laporan publikasi Lain meliputi:

a. Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK); b. Laporan Informasi dan/atau Fakta Material; dan; c. Laporan publikasi lainnya, apabila diperlukan oleh otoritas

Jasa Keuangan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan industri perbankan.

1. poJK ini merubah peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 6/poJK.03/2015 tentang Transparansi dan publikasi Laporan Bank.

2. Bank wajib menambahkan informasi kuantitatif eksposur risiko yang dihadapi Bank pada Laporan publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Juni. 3. Bank wajib menambahkan

informasi mengenai pengungkapan LCr (Liquidity Coverage Ratio) pada Laporan publikasi Triwulanan. 4. Bank wajib juga menyusun,

mengumumkan dan menyampaikan Laporan Informasi dan / atau Fakta Material sebagai bagian dari Laporan publikasi Lain.

TINJAUAN KEUANGAN TINJAUAN KEUANGAN finanCial RevieW finanCial RevieW No. Peraturan Perundang- undangan Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

8. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 34/poJK.03/2016 tanggal 22 September 2016 tentang perubahan atas peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 11/poJK.03.2016 tentang Kewajiban penyediaan Modal Minimum Bank umum

26 September 2016

1. Selain kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko, Bank wajib membentuk tambahan modal sebagai penyangga (buffer)

2. Tambahan modal dapat berupa: a. Capital Conservation Buffer; b. Countercyclical Buffer; dan/atau c. Capital Surcharge untuk Bank Sistemik. 3. Besarnya tambahan modal diatur:

Capital Conservation Buffer ditetapkan sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari aTMr;

a. Countercyclical Buffer ditetapkan dalam kisaran sebesar 0% (nol persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari aTMr;

b. Capital Surcharge untuk Bank Sistemik ditetapkan dalam kisaran sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari aTMr.

4. Bank wajib membentuk tambahan modal berupa Capital Conservation Buffer secara bertahap mulai tanggal 1 Januari 2016.

5. Bank wajib memenuhi pembentukan Capital Conservation Buffer secara bertahap:

a. sebesar 0,625% (nol koma enam ratus dua puluh lima persen) dari aTMr mulai tanggal 1 Januari 2016;

b. sebesar 1,25% (satu koma dua puluh lima persen) dari aTMr mulai tanggal 1 Januari 2017;

c. sebesar 1,875% (satu koma delapan ratus tujuh puluh lima persen) dari aTMr mulai tanggal 1 Januari 2018; dan d. sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari aTMr mulai

tanggal 1 Januari 2019.

6. Bank wajib membentuk tambahan modal berupa Countercyclical Buffer mulai tanggal 1 Januari 2016.

7. Bank wajib membentuk Capital Surcharge bagi Bank Sistemik mulai tanggal 1 Januari 2016.

1. poJK ini merubah peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 11/poJK.03.2016 tentang Kewajiban penyediaan Modal Minimum Bank umum. 2. Terdapat penambahan persyaratan mengenai Instrumen modal disetor yaitu: a. Tidak dapat dibayar

kembali oleh Bank, kecuali memenuhi kriteria pembelian kembali saham (treasury stock) atau pada saat likuidasi;

b. Tidak terdapat kesepakatan yang dapat meningkatkan senioritas instrument secara legal atau ekonomis. c. Terdapat penambahan

karakteristik pembayaran dividen atau imbal hasil yaitu hanya dapat dilakukan jika Bank telah memenuhi seluruh kewajiban legal dan kontraktual serta melakukan pembayaran atas imbal hasil instrument modal lainnya. d. Diklasifikasikan sebagai

ekuitas berdasarkan standar akuntansi keuangan. 3. Terdapat perubahan ketentuan

mengenai faktor penambah dan faktor pengurang cadangan tambahan modal.

4. Terdapat penambahan persyaratan mengenai instrument modal inti tambahan .

5. Terdapat penambahan faktor pengurang modal yang tidak diperhitungkan dalam aTMr untuk risiko Kredit , yaitu: a. pajak tangguhan (deferred

tax), b. Goodwill,

c. Seluruh aset tidak berwujud lainnya,

d. Seluruh penyertaan Bank, e. Kekurangan modal (shortfall)

dari pemenuhan tingkat rasio solvabilitas minimum (rBC Minimum) pada perusahaan asuransi yang dimiliki dan dikendalikan oleh Bank dan

f. Faktor pengurang modal inti utama lainnya.

6. Terdapat penambahan persyaratan instrument modal pelengkap.

No. Peraturan Perundang- undangan

Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

9. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 38/ poJK.03/2016 tanggal 7 Desember 2016 tentang penerapan Manajemen risiko dalam penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank umum

7 Desember 2016

1. Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif dalam penggunaan Teknologi Informasi.

2. penerapan manajemen risiko paling sedikit mencakup: 3. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris; 4. kecukupan kebijakan, standar, dan prosedur penggunaan

Teknologi Informasi;

5. kecukupan proses identifikasi, pengukuran pemantauan dan pengendalian risiko penggunaan Teknologi Informasi; dan 6. sistem pengendalian intern atas penggunaan Teknologi

Informasi.

7. penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara terintegrasi dalam setiap tahapan penggunaan Teknologi Informasi sejak proses perencanaan, pengadaan, pengembangan, operasional, pemeliharaan hingga penghentian dan penghapusan sumber daya Teknologi Informasi.

8. penerapan manajemen risiko dalam penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha Bank.

9. Bank wajib memiliki kebijakan, standar, dan prosedur penggunaan Teknologi Informasi dan wajib menerapkan kebijakan, standar, dan prosedur penggunaan Teknologi Informasi secara konsisten dan berkesinambungan. 10. Kebijakan, standar, dan prosedur penggunaan Teknologi

Informasi paling sedikit meliputi aspek: a. manajemen;

b. pengembangan dan pengadaan; c. operasional Teknologi Informasi; d. jaringan komunikasi;

e. pengamanan informasi; f. rencana pemulihan Bencana; g. Layanan perbankan elektronik;

h. penggunaan pihak penyedia jasa Teknologi Informasi; dan i. penyediaan jasa Teknologi Informasi oleh Bank.

1. poJK mencabut pBI nomor 9/15/2007 tanggal 30 november 2007 tentang penerapan Manajemen risiko dalam Manajemen risiko Teknologi Informasi oleh Bank umum.

2. Bank wajib memiliki kebijakan, standar, dan prosedur atas manajemen risiko teknologi informasi,

3. Bank wajib melakukan kaji ulang dan pengkinian kebijakan, standar dan prosedur serta menetapka jangka waktu kaji ulang dan pengkinian tersebut 4. Bank wajib memastikan

kelangsungan dan kestabilan operasional Teknologi Informasi serta memitigasi risiko yang berpotensi dapat mengganggu kegiatan operasional Bank. 5. Bank wajib menyediakan

jaringan komunikasi yang memenuhi prinsip kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan (availability

6. Bank wajib memastikan ketersediaan jejak audit (audit trail) atas seluruh kegiatan penyelenggaraan TI untuk keperluan pengawasan, penegakan hukum, penyelesaian sengketa, verifikasi, pengujian dan pemeriksaan lain. 7. Bank wajib melaksanakan

audit intern terhadap seluruh aspek dalam penyelenggaraan dan penggunaan TI sesuai kebutuhan, prioritas, dan hasil analisis risiko TI paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

TINJAUAN KEUANGAN TINJAUAN KEUANGAN finanCial RevieW finanCial RevieW No. Peraturan Perundang- undangan Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

10. peraturan otoritas Jasa Keuangan nomor 55/poJK.03/2016 tanggal 9 Desember 2016 tentang penerapan Tata Kelola Bagi Bank umum

9 Desember 2016

1. Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola yang baik dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi yang paling sedikit diwujudkan dalam: a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan

Komisaris;

b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern; c. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, dan audit ekstern; d. penerapan manajemen risiko;

e. penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar;

f. rencana strategis; dan

g. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan. 2. otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian terhadap

penerapan Tata Kelola Bank

3. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Bank. Direksi wajib mengelola Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab Direksi sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan peraturan perundang- undangan.

4. Direksi wajib menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola yang baik dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

5. Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara independen.

6. Dewan Komisaris wajib memastikan penerapan Tata Kelola yang baik terselenggara dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

7. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi.

1. poJK tersebut mencabut peraturan Bank Indonesia nomor 8/7/pBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank umum sebagaimana telah diubah oleh peraturan Bank Indonesia nomor/8/14/pBI/2006 tanggal 5 oktober 2006.

2. Terdapat ketentuan mengenai Komisaris non Independen dapat beralih menjadi Komisaris Independen setelah memenuhi persyaratan bahwa Komisaris non Independen yang akan beralih menjadi Komisaris Independen tersebut wajib menjalani masa tunggu (cooling off) paling singkat 6 (enam) bulan dan wajib memperoleh persetujuan otoritas Jasa Keuangan.

3. Terdapat ketentuan tambahan mengenai Komisaris Independen yang telah menjabat selama 2 (dua) periode masa jabatan berturut-turut dapat diangkat kembali pada periode selanjutnya sebagai Komisaris Independen apabila rapat Dewan Komisaris menilai bahwa Komisaris Independen tersebut tetap dapat bertindak independen dan Komisaris Independen tersebut menyatakan dalam rupS mengenai Independensinya. pernyataan independensi tersebut wajib diungkapkan dalam laporan tahunan

No. Peraturan Perundang- undangan

Tanggal berlaku

Uraian Pokok-Pokok Pengaturan Dampak Perubahan

11. Surat edaran otoritas Jasa Keungan (SeoJK) nomor 14/ SeoJK.03/2016 tanggal 29 april 2016 tentang pembukaan Jaringan Kantor Bank umum berdasarkan Modal Inti,

29 april 2016 1. pembukaan Jaringan Kantor Bank perlu didukung dengan kemampuan keuangan yang memadai, antara lain tercermin pada ketersediaan alokasi Modal Inti sesuai lokasi dan jenis kantor Bank (Theoretical Capital).

2. Bank memperhitungkan alokasi Modal Inti sesuai lokasi dan

Dalam dokumen Bahan Materi Mata Acara Kesatu AR BJB 2016 OJK (Halaman 129-137)