• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HUKUM ANTARA PERUSAHAAN INDUK DENGAN PERUSAHAAN ANAK DALAM PERUSAHAAN GRUP

A. Tinjauan Umum Mengenai Perusahaan Grup, Perusahaan Induk dan Perusahaan Anak

2. Perusahaan Grup

Para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usaha tidak jarang melakukan pemecahan usahanya melalui pembentukan beberapa perusahaan atau perseroan terbatas. Dalam keadaan tersebut, dapat terjadi suatu tatanan sejumlah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang secara yuridis merupakan beberapa subyek hukum yang mandiri yang tidak ada hubungannya satu sama lain (separate legal entity), namun dari segi ekonomis sebenarnya merupakan satu

99

kesatuan ekonomis.100

Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai perusahaan grup. Kerangka pengaturan terhadap perusahaan grup di Indonesia masih menggunakan pendekatan perseroan tunggal. UUPT tidak memberikan pengakuan yuridis terhadap perusahaan grup, akan tetapi UUPT telah memberikan legitimasi bagi munculnya realitas kelembagaan perusahaan grup. UUPT memberikan legitimasi kepada suatu perseroan untuk memperoleh atau memiliki saham pada perseroan lain melalui otorisasi kepada suatu perseroan untuk melakukan perbuatan hukum berupa pendirian perseroan lain, pengambilalihan saham, ataupun pemisahan usaha. Dengan demikian, UUPT telah memberikan legitimasi bagi munculnya realitas kelembagaan perusahaan grup yang dikonstruksikan oleh adanya keterkaitan antara induk dan perusahaan anak melalui kepemilikan saham induk pada perusahaan anak. Hal ini berimplikasi kepada adanya kepemilikan perusahaan induk atas saham perusahaan anak melalui berbagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan.

Tatanan perseroan terbatas itulah yang disebut dengan perusahaan grup.

101

Menurut Emmy Pangaribuan, perusahaan grup merupakan gabungan atau susunan perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang satu sama lain terkait begitu erat sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk kepada

100

Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 63-64

101

suatu pimpinan perusahaan induk sebagai pimpinan sentral.102 Perusahaan grup biasanya terjadi dikarenakan suatu perusahaan melebarkan sayapnya dengan membentuk anak-anak perseroan untuk suatu usaha tertentu, baik di luar negeri meupun di dalam negeri.103

Perusahaan grup yang beranggotakan badan hukum mandiri merupakan konsekuensi logis celah hukum yang ditimbulkan oleh perbedaan antara aspek yuridis dan realitas bisnis perusahaan grup. Perbedaan antara aspek yuridis dan realitas bisnis perusahaan grup ini disebabkan oleh masih dipertahankannya pengakuan yuridis terhadap status badan hukum induk dan perusahaan anak sebagai subjek hukum mandiri, walaupun realitas bisnis perusahaan grup mengacu kepada suatu kesatuan ekonomi. Oleh karena itu, pengertian perusahaan grup mengacu kepada gabungan atau susunan perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri yang dipandang sebagai induk dan perusahaan anak yang terkait satu sama lain begitu erat sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk kepada suatu pimpinan suatu perusahaan induk sebagai pimpinan sentral.104

Berdasarkan segi variasi usahanya, suatu perusahaan grup/kelompok dapat dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:105

a. Grup usaha vertikal

Jenis-jenis usaha dari masing-masing perusahaan dalam perusahaan grup vertikal ini satu sama lain masih tergolong serupa, yang berbeda hanya terletak

102

Emmy Pangaribuan, dalam Sulistiowati, Ibid., hal. 20

103

Rochmat Soemitro, Penuntun: Perseroan Terbatas Dengan Undang-Undang Pajak Perseroan, (Bandung: PT. Eresco, 1979), hal. 55

104

Sulistiowati, Op. Cit., hal. 4

105

dari bagian atau mata rantainya saja. Misalnya dalam satu perusahaan grup ada perusahaan anak yang menyediakan bahan baku, ada perusahaan anak lain yang memproduksi bahan setengah jadi, bahan jadi, bahkan ada juga yang bergerak di bidang ekspor-impor. Jadi, dalam perusahaan grup vertikal ini, suatu grup atau kelompok usaha menguasai suatu jenis produksi dari hulu ke hilir. Skema untuk perusahaan grup usaha vertikal yaitu sebagai berikut:

Perusahaan grup usaha vertikal A1 A2 A3 I A4 Keterangan:

I : Perusahaan induk/ Perusahaan Holding A : Perusahaan anak

b. Grup usaha horisontal

Bisnis yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan anak dalam perusahaan grup horisontal berbeda dan tidak ada kaitannya satu sama lain. Misalnya ada satu perusahaan anak yang bergerak di bisnis properti, ada yang memproduksi bahan makanan, pabrik kelapa sawit, alat-alat kosmetik, dan sebagainya. Skema untuk perusahaan grup usaha horisontal yaitu sebagai berikut:

Perusahaan Grup Usaha Horisontal

I

A1 A2 A3 A4

c. Grup usaha kombinasi

Pada perusahaan grup usaha kombinasi, terdapat penggabungan karakteristik dari grup usaha vertikal dan horisontal, dimana jika dilihat dari segi bisnis perusahaan anaknya ada yang saling terkait dalam satu mata rantai produksi (dari hulu ke hilir), dan ada juga perusahaan anak yang bergerak dalam bisnis yang berbeda dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan bisnis perusahaan anak yang lainnya. Skema untuk perusahaan grup usaha kombinasi ini yaitu sebagai berikut:

Perusahaan Grup Usaha Kombinasi A1

A2

A3 I

A4

Pada umumnya, terdapat dua alasan utama mengapa perusahaan grup dibentuk atau dikembangkan. Kedua alasan tersebut yaitu sebagai berikut:106

1. Upaya mengakomodasi peraturan perundang-undangan

Pembentukan atau pengembangan perusahaan grup dapat terjadi karena adanya upaya untuk mengakomodasi peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang mendorong kepada pembentukan perusahaan grup di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Perintah peraturan perundang-undangan

Perintah peraturan perundang-undangan yang berimplikasi kepada terbentuknya perusahaan grup biasanya melibatkan kepentingan ekonomi pengelolaan kekayaan negara/daerah dari badan usaha milik negara atau daerah. Peraturan perundang-undangan ini memuat ketentuan yang didorong oleh kepentingan bisnis dari penyertaan modal pemerintah. Tujuan pembentukan perusahaan grup adalah untuk meningkatkan efisiensi ataupun daya saing badan usaha yang bersangkutan.

Peraturan perundang-undangan yang berimplikasi kepada terbentuknya perusahaan grup antara lain terdapat pada peraturan-peraturan sebagai berikut.

1) Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1960 tentang Nasionalisasi Semarangsche Stoomboot En Prauwen Veer (S.S.P.V.) dan Semarang Veer yang berimplikasi kepada terbentuknya perusahaan grup melalui pemisahan usaha. S.S.P.V. sebagai holding company yang memegang seluruh saham-saham dari N.V. Semarang Veer dan N.V. Semarang Dock Works. Pembentukan holding company S.S.P.V.P. dicapai melalui pemisahan usaha.

2) Surat Menteri Keuangan No. 5-326/MK.016/1995 mengenai konsolidasi tiga pabrik semen milik Pemerintah, yaitu PT. Semen Tonasa, PT. Semen Padang, dan PT. Semen Gresik. Konsolidasi terhadap ketiga pabrik semen milik Pemerintah tersebut berimplikasi kepada terbentuknya Grup Semen Gresik yang terdiri dari PT. Semen Gresik sebagai perusahaan induk, sedangkan PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang sebagai perusahaan anak.

3) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1997 mengenai pengalihan kepemilikan seluruh saham Pemerintah pada industri pupuk PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk., dan PT. Petrokimia Gresik yang dialihkan kepemilikannya kepada PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero).

106

b. Adanya respon dari pelaku usaha terhadap escape claused dalam peraturan perundang-undangan.

Terjadinya pembentukan atau pengembangan perusahaan grup juga dapat terjadi dikarenakan adanya respon pelaku usaha terhadap escape claused (aturan pengecualian) yang terdapat di dalam suatu peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, biasanya peraturan perundang-undangan yang di dalamnya terdapat escape claused merupakan peraturan perundang- undangan yang bersifat sektoral yang hanya mengatur sektor usaha atau industri tertentu saja. Dengan demikian, perusahaan grup dibentuk untuk menghindari pembatasan yang dipersyaratkan oleh suatu ketentuan perundang-undangan.

Contoh dari peraturan perundang-undangan yang berimplikasi terhadap terbentuknya perusahaan grup antara lain sebagai berikut:107

1) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas)

UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) ada mengatur tentang dua ketentuan yang melarang atau membatasi suatu badan usaha untuk menjalankan lebih dari satu kegiatan usaha migas sebagaimana yang dimaksud di dalam UU Migas, kecuali kegiatan usaha tersebut dijalankan melalui konstruksi perusahaan grup. Ketentuan-ketentuan yang memuat mengenai aturan pengecualian (escape claused) tersebut antara lain:

a) Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang terkait dengan larangan bagi suatu badan usaha untuk menjalankan kegiatan usaha hulu dan hilir migas secara bersamaan. Pada pasal tersebut, klausula tentang aturan pengecualian atau escaped clause terdapat pada Memori Penjelasan Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) tersebut. Memori Penjelasan Pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal badan usaha melakukan kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir secara bersamaan harus membentuk badan hukum yang terpisah, antara lain secara holding company. Dengan demikian, badan usaha atau bentuk usaha tetap yang melakukan kegiatan usaha hulu dilarang melakukan kegiatan usaha hilir, kecuali kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir dilakukan oleh badan hukum yang terpisah, antara lain secara holding company.

b) Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas (Migas) yang terkait dengan pembatasan pengusahaan wilayah kerja migas. Pasal 13 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas menyatakan bahwa kepada setiap badan usaha atau bentuk usaha tetap hanya diberikan satu wilayah kerja. Selanjutnya Pasal 13 ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal badan

107

usaha atau bentuk badan usaha tetap mengusahakan beberapa wilayah kerja, maka harus dibentuk badan hukum yang terpisah untuk setiap wilayah kerja. Tujuan pembatasan dalam Pasal 13 tersebut terdapat pada Memori Penjelasan Pasal 13 ayat (2) yang menyatakan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari dilakukannya konsolidasi pembebanan dan atau pengembalian biaya eksplorasi dan eksploitasi suatu wilayah kerja dengan wilayah kerja yang lain. Memori Penjelasan Pasal 13 ayat (2) dalam hal ini mempertegas mengenai tujuan pendirian badan usaha baru yang selanjutnya menjadi perusahaan anak, dengan tujuan untuk mencegah pembebanan dan atau pengembalian biaya eksplorasi dan eksploitasi suatu wilayah kerja serta pembagian penerimaan antara pemerintah pusat dengan masing-masing pemerintah daerah yang terkait dengan wilayah kerja yang dimaksud.

2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006 memuat ketentuan tentang escape clause yang dapat menyebabkan terjadinya pembentukan bank hoding company. Pasal 1 angka (4) Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006 memuat mengenai tujuan pembentukan bank holding company yaitu badan hukum yang dibentuk dan atau dimiliki oleh pemegang saham pengendali untuk mengonsolidasikan dan mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas bank-bank yang merupakan perusahaan anaknya.

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006 menyatakan bahwa sejak mulai berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, pihak-pihak yang telah menjadi pemegang saham pengendali pada lebih dari satu bank wajib melakukan penyesuaian struktur kepemilikan, antara lain:

a) mengalihkan sebagian atau seluruh kepemilikan saham pada salah satu atau lebih bank yang dikendalikan kepada pihak lain sehingga yang bersangkutan hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank; atau

b) melakukan merger atau konsolidasi atas bank-bank yang dikendalikan; atau

c) membentuk perusahaan induk di bidang perbankan (bank holding company), dengan cara:

(1) mendirikan badan hukum baru sebagai bank holding company, atau

(2) menunjuk salah satu bank yang dikendalikannya sebagai bank holding company.

Dengan demikian, ketentuan yang mendorong pembentukan bank holding company terdapat pada Pasal 3 ayat (1) huruf c Peraturan Bank

Indonesia No. 8/16/PBI/2006, dengan tujuan untuk mencegah adanya pihak-pihak yang menjadi pemegang saham pengendali pada lebih dari satu bank.

2. Strategi perusahaan untuk memperoleh manfaat ekonomi konstruksi perusahaan grup

Alasan lain yang dapat mengakibatkan terjadinya pembentukan atau pengembangan perusahaan grup yaitu bagian dari strategi perusahaan grup untuk memperoleh manfaat ekonomi atas pembentukan atau pengembangan perusahaan grup. Suatu perusahaan/perusahaan grup dalam kegiatan bisnisnya melakukan ekspansi usaha atau memperkuat posisi strategik di pasar dengan melakukan integrasi vertikal/horisontal atau diversifikasi usaha yang bekerja sama dengan perusahaan lain, baik yang melalui pengambilalihan saham, kerja sama operasi, serta joint venture maupun mengalokasikan sebagian kegiatan usaha melalui pendirian perusahaan anak atau pemisahan usaha.108

Pembentukan perusahaan grup lazim diadakan dengan tujuan agar dapat diselenggarakan penguasaan ekonomis dalam skala yang lebih besar, menghilangkan kompetisi atau untuk menjamin stabilitas penyediaan bahan yang lebih kontinu. Hal demi terjaminnya ketersediaan bahan baku dapat dilihat dari jenis usaha masing-masing perusahaan atau perseroan terbatas dalam kelompok yang bersangkutan, yaitu jika jenis usahanya ada pertalian yang vertikal yang memiliki ketergantungan antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain. Misalnya pabrik sepatu dengan pabrik kulit dan pabrik lem atau antara pabrik karton kemasan dengan percetakan etiket.109

Alasan ekonomi pembentukan perusahaan grup tidak dapat terlepas dari adanya kepentingan bisnis ataupun strategi korporasi terhadap bidang usaha yang dimasuki oleh perusahaan grup yang bersangkutan, terutama dalam

108

Ibid, hal. 69

109

mendukung penciptaan nilai tambah perusahaan melalui sinergi dari beberapa perusahaan serta upaya perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang melebihi perusahaan lain.110 Selain itu, kepentingan bisnis perusahaan untuk mendayagunakan dana-dana yang telah dikumpulkan dalam jangka panjang juga merupakan alasan pembentukan perusahaan grup.111

Selain itu, alasan ekonomi pembentukan perusahaan grup antara lain juga meliputi upaya mendorong proses penciptaan nilai, mensubstitusi defisiensi manajemen di perusahaan-perusahaan anak, mengoordinasikan langkah untuk menembus akses ke pasar internasional, mencari sumber pendapatan yang lebih murah, mengalokasikan modal dan melakukan investasi yang strategis, dan mengembangkan kemampuan manajemen puncak. Dengan demikian, tujuan utama dari pembentukan perusahaan grup, baik dari alasan peraturan perundang-undangan maupun strategi ekonomi, pada dasarnya adalah demi memperoleh manfaat ekonomi atas tergabungnya perusahaan induk dan perusahaan anak.112