TINDAK PIDANA
4.3. Jenis-Jenis Pidana
4.3.1. Pidana Pokok 1. Pidana Mati
4.3.2.3. Pidana Pengumuman Putusan Hakim
Pidana tambahan berupa pengumuman putusan hakim diatur di dalam Pasal 43 KUHP, “Apabila hakim memerintahkan supaya putusan diumumkan berdasarkan kitab undang-undang ini atau aturan-aturan umum lainnya, maka ia harus menetapkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah itu atas biaya terpidana.” Menurut P.A.F. Lamintang, pidana pengumuman putusan hakim tersebut dimaksudkan agar putusan dari hakim yang berisi suatu penjatuhan pidana bagi terpidana itu menjadi diketahui orang secara lebih luas dengan tujuan-tujuan tertentu.116
Para ilmuwan hukum pidana mempunyai pendapat yang berbeda-beda perihal tujuan-tujuan tertentu tersebut. Adanya perbedaan pendapat yang dimaksud akhirnya membuat P.A.F.
Lamintang mengelompokkan tujuan-tujuan tersebut menjadi 2 (dua). Pertama, penjatuhan pidana tambahan ini mempunyai suatu daya kerja yang bersifat mencegah secara khusus, yaitu dimaksudkan membuat narapidana tidak melakukan kembali tindak pidana agar dapat diterima oleh masyarakat, misalnya untuk mendapatkan pekerjaan. Kedua, penjatuhan pidana tambahan ini mempunyai suatu daya kerja yang bersifat mencegah secara umum, yaitu agar setiap orang menjadi tahu bahwa alat-alat negara akan menindak secara tegas terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana.117
Kesimpulan
- Pidana itu adalah suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan negara kepada seseorang yang telah melakukan suatu tindak pidana. Negaralah yang menjadi satu-satunya yang mempunyai hak untuk menghukum (ius poenindi).
Negara diberi hak untuk menghukum pelaku tindak pidana, supaya dapat mempertahankan ketertiban negara.
115 Ibid., 115.
116 Ibid., 129.
117 Ibid., 131.
182
- Teori absolut muncul pada akhir abad ke-18. Penjatuhan pidana itu dibenarkan semata-mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan. Oleh karena itulah teori ini disebut teori absolut. Pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan, tetapi menjadi keharusan
- Menurut teori relatif, pidana itu bukanlah untuk melakukan pembalasan kepada pembuat kejahatan, melainkan mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. Teori ini mencari dasar hukum pidana dalam menyelenggarakan tertib masyarakat, yaitu tujuan untuk prevensi (pencegahan) terjadinya kejahatan.
- Teori gabungan merupakan gabungan teori absolut dengan teori relatif, sehingga akan menjadi praktis, puas, dan seimbang. Pasalnya, pidana bukan hanya sebagai penderitaan, tetapi juga harus seimbang dengan kejahatannya
- Pidana pokok meliputi pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda, dan pidana tutupan. Sementara itu, pidana tambahan meliputi pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim. Jenis-jenis pidana tersebut di atas diatur dalam Pasal 10 KUHP. Perlu dijelaskan bahwa pidana tambahan hanya bersifat sebagai penambahan dari pidana pokok yang dijatuhkan. Jadi, pidana tambahan ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya pidana pokok.
- Pidana mati merupakan jenis pidana terberat dari semua pidana yang diancamkan terhadap berbagai kejahatan yang sangat berat, misalnya, pembunuhan berencana, pencurian dengan kekerasan, dan lain sebagainya. Berikut adalah kejahatan-kejahatan menurut KUHP yang diancam pidana mati: Pasal 104 KUHP, Pasal 111 ayat (2) KUHP, Pasal 124 ayat (3) KUHP, Pasal 124 KUHP, Pasal 140 ayat (3) KUHP, Pasal 340 KUHP, Pasal 365 ayat (4) KUHP, Pasal 444 KUHP, Pasal 479k ayat (2) KUHP, dan Pasal 149o ayat (2) KUHP.
- Pidana penjara adalah pidana yang berupa pengekangan kemerdekaan yang dijatuhkan oleh hakim kepada terpidana. Artinya, pidana penjara adalah bentuk pidana
183 KUHP, pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu (paling pendek adalah 1 (satu) hari dan paling lama (15) lima belas tahun berturut-turut). Dalam hal ini, pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh melebihi 20 (dua puluh) tahun.
- Pidana kurungan adalah suatu pidana yang bersifat perampasan kemerdekaan terhadap seseorang untuk jangka waktu tertentu, yaitu dapat dilaksanakan dengan batasan paling sedikit satu hari dan paling lama satu tahun.
Lamanya hukuman kurungan ditentukan dalam Pasal 18 KUHP. Hak khusus dalam pidana kurungan antara lain: (1) dilaksanakan di penjara mana saja; (2) pidana kurungan harus dijalankan di tempat terpidana dijatuhi pidana atau menjalankan pidananya tidak boleh di luar daerah tempat terpidana dijatuhi pidana; dan (3) orang yang terpidana penjara pekerjaannya lebih berat daripada yang dipidana kurungan.
- Pidana denda merupakan pidana yang dijatuhkan oleh hakim kepada terpidana berupa kewajiban membayar sejumlah uang. Jumlah denda berdasarkan kategori pelanggaran. Denda dalam perkara pidana dibayarkan kepada negara, sedangkan denda dalam perkara perdata dibayarkan kepada orang atau badan hukum yang dirugikan - Pidana tutupan dapat dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku tindak pidana yang terdorong melakukan tindak pidana tersebut dengan maksud yang patut dihormati, misalnya, dalam peristiwa-peristiwa politik pada masa perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pidana tutupan ditambahkan ke dalam Pasal 10 KUHP melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1946, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1948. Tujuan pidana tutupan, selain untuk mengasingkan terpidana dari masyarakat, agar masyarakat tidak terpengaruh oleh pikiran-pikiran terpidana yang bertentangan dengan politik pemerintah dan dianggap berbahaya itu. Tujuan pidana tutupan lainnya adalah untuk
184
menegaskan bahwa terpidana tutupan tidak dipersamakan dengan penjahat biasa.
- Pidana tambahan berupa “Pencabutan Hak-Hak Tertentu”
diatur dalam Pasal 35 KUHP. Dalam pasal tersebut dijelaskan apa saja hak-hak tertentu yang akan dicabut dari terpidana. Lamanya pencabutan hak tersebut harus ditetapkan oleh hakim (Pasal 38 KUHP).
- Pidana tambahan berupa “Perampasan Barang Tertentu”
merupakan pidana kekayaan, seperti juga halnya dengan pidana denda. Perampasan barang tertentu maksudnya barang yang dirampas dari si terpidana adalah barang hasil kejahatan atau barang milik terpidana yang digunakan untuk melaksanakan kejahatannya. Hal tersebut diatur dalam Pasal 39 KUHP.
- Pidana tambahan berupa “Pengumuman Putusan Hakim”
dimaksudkan untuk mengumumkan kepada khalayak ramai (umum) agar masyarakat umum lebih berhati-hati terhadap si terhukum. Pengumuman putusan hakim ini dimuat dalam putusan (lihat Pasal 43 KUHP). Pengumuman ini hanya dapat diperintahkan jika sanksi ini disebut di dalam pasal yang bersangkutan dengan delik yang dilakukan.
Soal-Soal Latihan
1. Mengapa muncul adanya teori-teori pidana dalam pembahasan mengenai tujuan pidana?
2. Apa perbedaan antara teori absolut, teori relatif, dengan teori gabungan?
3. Apa yang dimaksud pidana tambahan hanya bersifat sebagai penambahan dari pidana pokok yang dijatuhkan?
4. Apa perbedaan antara pidana penjara dengan pidana kurungan?
5. Apa saja hak-hak yang dapat dicabut ketika seseorang dijatuhi pidana tambahan berupa “Pencabutan Hak-Hak Tertentu”?
Umpan Balik
Mahasiswa dapat mengajukan hal-hal tentang kondisi yang dialami dan diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait. Beberapa tugas mandiri mahasiswa direspon dengan memberikan tanggapan balik terkait materi pokok bahasan.
185 Achmad, Ruben. “Pidana Dan Pemidanaan.” In Hukum Pidana
Materiil Dan Formil, edited by Topo Santoso and Eva Achjani Zulfa. Jakarta: USAID, The Asia Foundation, dan Kemitraan, 2015.
Hamzah, Andi. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Hiariej, Eddy O.S. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana. Yogyakarta:
Cahaya Atma Pusaka, 2016.
Khanif, Al. Pancasila Dalam Pusaran Globalisasi. Yogyakarta:
LKiS, 2017.
Lamintang, P.A.F. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.
Bandung: Sinar Baru, 1984.
———. Hukum Penitensier Indonesia. Bandung: Armico, 1984.
Marpaung, Leden. Asas, Teori, Dan Praktik Hukum Pidana.
Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Muladi, and Barda Nawawi Arief. Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni, 2010.
Prasetyo, Teguh, and Abdul Halim Barkatullah. Politik Hukum Pidana: Kajian Kebijakan Kriminalisasi Dan Dekriminalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia.
Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
Rizal, Moch Choirul. “Konsepsi Mediasi Penal Dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana Di Indonesia.” Menuju Penegakan Hukum Progresif melalui Perbaikan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia (RKUHAP) 8 (2020).
———. “Mediasi Penal Perspektif Hukum Pidana Islam.” Ulul Albab 18, no. 1 (2017): 43–61.
———. “Optimalisasi Mediasi Penal Di Indonesia.” Opini Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Last modified 2021.
http://repositori.lshp.or.id/index.php/opini/article/vie w/22.
Saleh, Roeslan. Suatu Reorientasi Dalam Hukum Pidana.
Jakarta: Aksara Baru, 1983.
Santoso, Topo. Hukum Pidana: Suatu Pengantar. Depok:
Rajawali Pers, 2020.
186
Sastrawidjaja, Sofjan. Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana Sampai Dengan Alasan Peniadaan Pidana). Bandung:
Armico, 1995.
Sholehuddin, M. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana: Ide Dasar Double Track System Dan Implementasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana: Terjemahan Resmi Dari Wetboek van Strafrecht (WvS). Jakarta: Sinar Harapan, 1983.
Utrecht, E. Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I. Jakarta:
Penerbitan Universitas, 1958.
Waluyo, Bambang. Pidana Dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
187
BAB V
KESENGAJAAN (DOLUS) DAN KEALPAAN (CULPA)
Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan dan menganalisis konsep dan karakteristik kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa) yang meliputi tinjauan singkat tentang kesalahan, kesengajaan (dolus), dan kealpaan (culpa).
Kemampuan Mahasiswa yang Menjadi Prasyarat
Sebelum mempelajari materi-materi di dalam bab ini, mahasiswa harus mempunyai pengetahuan awal tentang dasar-dasar ilmu hukum yang telah dipelajari sebelumnya dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia.
Keterkaitan Bahan Pembelajaran dengan Pokok Bahasan Lainnya
Bahan pembelajaran ini memberikan pemahaman awal kepada mahasiswa tentang konsep dan karakteristik kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa) yang meliputi tinjauan singkat tentang kesalahan, kesengajaan (dolus), dan kealpaan (culpa), sehingga mahasiswa akan lebih mudah untuk memahami, menguraikan, dan menganalisis pokok bahasan selanjutnya.
Manfaat Bahan Pembelajaran
Setelah mengikuti dan memahami materi bahasan ini, mahasiswa mampu menguraikan dan menganalisis konsep dan karakteristik kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa) yang meliputi tinjauan singkat tentang kesalahan, kesengajaan (dolus), dan kealpaan (culpa).
Petunjuk Belajar Mahasiswa
Sebelum mengikuti perkuliahan, mahasiswa wajib membaca materi dalam buku ajar ini. Seusai pemaparan materi bahasan,
188
mahasiswa diberi kesempatan berdiskusi dengan tetap berada dalam pengawasan dosen untuk tetap berfungsinya expert judgements sebagai narasumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait. Selanjutnya, mahasiswa diberikan tugas mandiri untuk melakukan penelusuran bahan pustaka terkait hukum pidana dan memberikan jawaban-jawaban terhadap soal-soal latihan yang telah disediakan dalam buku ajar ini.