• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Prestasi Belajar

2. Prinsip-prinsip Belajar

William Burton dalam Oemar (2001:32) menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar yaitu :

1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui (under going) 2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata

pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu

3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid

4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu

5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan

6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid

7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid

8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan 9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur

10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah

11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan

12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan

13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya

14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalamn-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik

15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda

16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Tu’u (2004) prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Poerwadarminta (1993 : 9).

Dalam proses belajar mengajar, prestasi atau hasil belajar sangat diperlukan untuk mengetahui apakah seorang siswa berhasil atau tidak dalam menyerap serta memahami suatu materi pembelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui dengan pemberian evaluasi kepada siswa untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Dari hasil evaluasi akan nampak bahwa siswa yang menguasai materi akan mendapatkan skor yang tinggi sesuai dengan tingkat pemahamannya. Skor inilah yang biasanya digunakan untuk menyatakan prestasi siswa dalam sebuah pembelajaran.

Menurut Winkel (1996:482) prestasi belajar yang diberikan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional menampakkan hasil belajar.

Suharsimi Arikunto (2001:276) berpendapat bahwa nilai prestasi haruslah mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi. Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka hendaknya merupakan tentang prestasi siswa.

Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan capaian atau hasil akhir yang bisa dilihat setelah proses belajar. Prestasi belajar dan proses belajar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Prestasi belajar pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari proses belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, biasanya dilakukan evaluasi atau tes terhadap materi belajar yang telah diajarkan. Seberapa besar siswa mampu memberikan feed back dari setiap evaluasi atau tes yang diberikan.

Prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa dalam berpikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar seorang siswa dikatakan sempurna jika memenuhi beberapa aspek dalam belajar. Muhibin syah (2003:214-215) menyatakan bahwa prestasi belajar seorang peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek, yakni: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

1) Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir siswa. Sejak dulu aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Hal itu terbukti dengan melihat metode penilaian di

sekolah-sekolah. Penilaian di sekolah biasanya mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif.

2) Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Aspek ini berkaiatan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) siswa. Penialaian pada aspek ini dapat terlihat pada kedisiplinan, tanggungjawab, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan, dan sebagainya.

3) Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi lebih sederhananya, aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa sangat tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor internal dan eksternal adalah dua hal yang sangat menunjang keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Jadi untuk menghasilkan siswa yang berprestasi, seorang pendidik harus mampu mensinergikan kedua faktor, yakni faktor internal dan eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Adanya faktor internal ini yang membuat prestasi belajar siswa menjadi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar anatara lain:

a) Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseoarang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin,1972;Reber,1988)

b) Kecerdasan, yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa.

c) Minat, yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang cenderung bersifat menetap yang didalamnya ada unsur rasa senang.

d) Motivasi, yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.

2). Faktor eksternal

Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak mengesampingkan peranan faktor eksternal dalam meningkatkan prestasi belajar. Faktor ini pengaruhnya tidaklah sebesar faktor internal. Faktor eksternal antar lain:

a) Kualitas guru dalam penguasaan materi b) Metode yang digunakan dalam mengajar

c) Fasilitas mengajar, misalnya media dan alat peraga d) Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor

yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga membuahkan sebuah hasil belajar.

C.Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda-beda. Pengajaran ini dikembangkan berdasarkan teori belajar-konstruktivisme. Salah satu teori Vigotsky, penekanan pada hakekat sosiokultural pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggio pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Penerapan ini berimplikasi dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Yang dimaksud kelompok heterogen dari campuran siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih bsiswa menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Menurut Suyatno (2009:51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalanatau inkuiri.

Menurut David,dkk (2009:230), model pembelajaran kooperatif adalah istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi antarsiswa.

Wena (2009:189) menyatakan bahwa pembelajaran model adalah salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Sanjaya (2010: 242) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Akan tetapi, berkelompok bukan berarti tugas dilakukan berkelompok saja, namun setiap anggota kelompok haruslah mempunyai tanggungjawab atas kelompok tersebut. Setiap individu harus benar-benar memahami setiap materi. Adanya kesamaan kewajiban akan membuat anggota kelompok saling mendukung dalam penguasaan materi.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang bermanfaat, dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kooperatif learning memiliki konsep learning comunity yaitu menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain dan dalam pengelompokan, siswa harus menjadi perhatian tersendiri bagi seorang guru, karena dalam pengelompokan harus heterogen yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap harus mendorong temannya yang lambat dan seterusnya.

Anita Lie (2002: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Jhonson yang dikutip oleh Anita Lie (2002: 30) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur, yaitu:

a. Saling ketergantungan posiitif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka

d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok

Dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang berusaha atau bertujuan untuk mengaktifkan seluruh siswa dengan pembentukan

kelompok kecil dengan peran siswa terkait kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok sehingga siswa dalam kelompok dapat saling melengkapi untuk mencapai suatu keberhasilan kelompok yaitu pemahaman pembelajaran seluruh anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif menggunakan prinsip mengajar teman sejawat sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya. Dengan pembelajaran dan penyampaian informasi yang dilakukan oleh teman seusia melalui dialog secara alami, seorang siswa akan lebih mudah untuk memahaminya sehingga materi atau kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Dengan pembelajaran kooperatif, siswa juga dilatih untuk mengembangkan softskill, yaitu lewat interaksi yang terjalin di dalam kelompok sehingga siswa dapat berlatih bertanggungjawab, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan baik sebagai bekal hidup bersosial.