• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MATERI PERJUANGAN PARA TOKOH MENUJU KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI ADISUCIPTO 1 TAHUN AJARAN 20112012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MATERI PERJUANGAN PARA TOKOH MENUJU KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI ADISUCIPTO 1 TAHUN AJARAN 20112012"

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

KOOPERATIF TIPE JIGSAW MATERI PERJUANGAN PARA

TOKOH MENUJU KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS

VA SD NEGERI ADISUCIPTO 1 TAHUN AJARAN 2011/2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Putri Sulistyani 081134150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAWMATERI PERJUANGAN PARA

TOKOH MENUJU KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI ADISUCIPTO 1 TAHUN AJARAN 2011/2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Putri Sulistyani 081134150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

KESUKSESAN HANYALAH MILIK ORANG-ORANG YANG BERJUANG DAN BERDOA

Perjuangan masih terus berjalan selama nafas terus berhembus, hadapi

segala tantangan serta rintangan dengan penuh semangat, jujur dan

tanggung jawab.

(6)

v

PERSEMBAHAN

Ku ucapkan rasa terimakasih dari hati yang terdalam kepada Allah SWT atas rahmatNya dan petunjukNya dalam penyusunan

skripsi

Karya tulis ini ku persembahkan kepada keluargaku tercinta

Bapak Hadiono

Ibu Siti Rokhayah S. Pd

Adikku Gunawan Hadi Saputra

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAWMATERI PERJUANGAN PARA TOKOH MENUJU

KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI ADISUCIPTO 1 TAHUN AJARAN 2011/2012

Putri Sulistyani Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Adisucipto 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan pada siswa kelas VA tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai dengan peningkatan rata-rata keaktifan siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa, dan persentase siswa yang mencapai KKM.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw digunakan dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan pada siswa kelas VA SD Negeri Adisucipto 1 tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal keaktifan siswa sebelum dikenai tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dengan rata-rata keaktifan siswa adalah 8,23. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, rata-rata keaktifan siswa menjadi 11,68, yang menunjukkan kriteria keaktifan siswa cukup. Kemudian dilakukan tindakan pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang semakin baik, rata-rata keaktifan siswa meningkat secara signifikan yaitu menjadi 13,53 yang menunjukkan kriteria keaktifan siswa pada siklus II adalah tinggi.

Sedangkan hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa sebelum dikenai tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, nilai rata-rata siswa kelas VA tahun pelajaran 2010/2011 adalah 64,64 dan persentase yang mencapai KKM rendah yaitu 40%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, ada peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 76,12. Dan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 91,43%. Kemudian dilanjutkan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat secara signifikan menjadi 82,02. Dan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II menjadi 97,14%.

(10)

ix ABSTRACT

IMPROVING STUDENT’S ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT USING A COOPERATIVE LEARNING MODEL

JIGSAWTYPE MATERIAL OF STRUGGLE FOR INDEPENDENCE

LEADERS AT ADISUCIPTO 1 STATE ELEMENTARY SCHOOL GRADE VA SCHOOL YEAR 2011/2012

Putri Sulistyani Sanata Dharma University

2012

This study aims to recognize the increase of the students’ activity and achievement of Adisucipto 1 state elementary school grade VA, school year 2011/2012 using a cooperative learning model Jigsaw type material of struggle for independence leaders at students grade VA school year 2011/2012 is characterized by an increase in the average activity of students, an increase in the average of students’ score, and the percentage of students who reached the KKM.

A cooperative learning model Jigsaw type was used in an effort to improve students’ activity and achievement material of struggle for independence leaders at students grade VA school year 2011/2012. An increase in activity and learning achievement was conducted by doing a research of a class action consisting of two cycles. Where each cycle consists of planning, implementation, observation, and reflection.

The result of the research showed that the average of students’ activity was 8.23 before the initial data of students’ activity cooperative learning model Jigsaw type was used. After the action in cycle I was performed using a Jigsaw model of cooperative type, the average activity of students became 11.68, which indicates that criteria for students’ activity was sufficient. Then the second cycle used a model of cooperative type of Jigsaw was getting better, on average, students significantly increased the activity which reached 13.53 indicating the criteria of the students’ activity in the second cycle was high.

While the results of the research on students’ achievement before subjected to the action by using a jigsaw model of cooperative learning type, the average value of students grade VA of school year 2010/2011 was 64.64 and the percentage that reached a low of KKM was 40%. After performing an action on the cycle I, there was an increase in the students’ average score became 76.12. And the percentage of students who reached the KKM on cycle I was 91.43%. Then it was continued in the second cycle, the students’ average scores increased significantly to 82.02. And the percentage of students who reached the KKM in the second cycle became 97.14%.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat,

hidayah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Karya tulis yang berjudul “Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar

Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Materi Perjuangan para Tokoh Menuju Kemerdekaan Pada Siswa Kelas V SDN

Adisucipto 1 Tahun Ajaran 2011/2012” ini, disusun untuk memenuhi salah satu

syarat menyelesaikan Studi Program Strata 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini, tidak akan berjalan dengan

baik tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program Studi PGSD di Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Dosen Pembimbimg I yang telah membimbing dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu membimbing dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Daryono, selaku Kepala Sekolah SD Negeri adisucipto 1, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Ibu Sri Indah Fitri Umami, selaku guru kelas VA SD Negeri Adisucipto 1, yang telah berkenan membantu dan menjadi mitra penulis dalam

melaksanakan penelitian.

7. Ibu Kameng, selaku dosen Sejarah, yang telah membantu validasi perangkat pembelajaran dalam skripsi ini.

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 3

B. Batasan Masalah... 3

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Pemecahan Masalah ... 4

E. Batasan Pengertian... 4

F. Tujuan Penelitian ... 5

G. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7

(14)

xiii

1. Pengertian Keaktifan ... 7

2. Prinsip-prinsip Keaktifan ... 8

3. Ciri-ciri Siswa Aktif ... 9

B. Prestasi Belajar………... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Prinsip-prinsip Belajar ... 13

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 15

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

1. Pengertian ... 19

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif... 23

4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

5. Elemen Model Pembelajaran Kooperatif ... 25

6. Langkah-langkah Model Pembeljaran Kooperatif ... 27

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 29

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 29

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 31 3. Kelebihan dan Kelemahan ... 34

E. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

1. Hakikat IPS ... 37

2. Pembelajaran IPS di SD ... 37

F. Kompetensi dasar mendeskripsikan pentingnya menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang ... 38

1. Persiapan Kemerdekaan ... 39

2. BPUPKI ... 40

3. PPKI ... 41

4. Cara menghargai jasa pahlawan ... 42

G. Cara pengajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 42

(15)

xiv

I. Kerangka Pikir ... 44

J. Hipotesis ... 45

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Setting Penelitian... 48

C. Rencana Tindakan ... 50

1. Persiapan ... 50

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 51

a. Siklus I ... 51

1) Perencanaan Tindakan... 51

2) Pelaksanaan Tindakan I... 51

3) Observasi ... 53

4) Refleksi ... 53

b. Siklus II ... 53

1) Perencanaan Tindakan ... 53

2) Pelaksanaan Tindakan II ... 54

3) Observasi ... 55

4) Refleksi ... 55

D. Pengumpulan Data dan Instrumennya... 55

1. Peubah (Variabel) Indikator Keberhasilan... 55

2. Pengumpulan Data... 57

3. Instrumen Penelitian ... 58

a. Keaktifan ... 58

1) Observasi Keaktifan Siswa ... 58

2) Panduan Wawancara ... 60

b. Prestasi Belajar ... 62

1) Tes ... 62

2) Non Tes ... 66

E. Validitas Instrumen ... 67

(16)

xv

1) Validasi instrumen soal ... 70

2) Validasi perangkat pembelajaran ... 70

b. Reliabilitas ... 72

F. Teknik pengumpulan data ... 74

1. Observasi ... 74

2. Wawancara ... 75

3. Tes ... 76

G. Analisis Data ... 76

1. Kriteria keberhasilan ... 77

2. Cara menghitung peningkatan keaktifan dan prestasi belajar 78 a. Peningkatan keaktifan ... 78

b. Peningkatan prestasi Belajar... 79

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 82

A. Hasil Penelitian ... 82

1. Deskripsi kondisi awal ... 82

2. Deskripsi Hasil Siklus I ... 82

a. Perencanaan kegiatan ... 82

b. Pelaksanaan ... 82

1) Pertemuan 1 ... 82

2) Pertemuan 2 ... 85

c. Observasi ... 86

d. Refleksi ... 87

4. Deskripsi Hasil Siklus II ... 88

a. Perencanaan Kegiatan ... 88

b. Pelaksanaan ... 88

a) Pertemuan 1 ... 88

b) Pertemuan 2 ... 90

c. Observasi ... 91

d. Refleksi ... 92

(17)

xvi

a. Hasil Keaktifan Siswa dari Kondisi Awal, Siklus I, dan

Siklus II ... 93

b. Hasil Uji-t Keaktifan Siswa ... 97

5. Hasil Prestasi Belajar ... 99

a. Hasil Prestasi Belajar Siswa dari Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II ... 99

b. Uji-t Prestasi Belajar Kondisi Awal dengan Siklus I ... 102

c. Uji-t Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 103

B. Pembahasan ... 104

1. Hasil Keaktifan Siswa ... 104

2. Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 108

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 113

(18)

xvii

Gambar Halaman

1. Skema model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ... 30

2. Tahapan setiap Siklus ... 47

3. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 96

3. Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas... 101

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif ... 28

2. Jadwal Penelitian ... 49

3. Peubah Data dan Instrumennya ... 56

4. Kriteria keberhassilan keaktifan siswa ... 56

5. Kriteria keberhasilan prestasi belajar siswa ... 56

6. Rubrik pengamatan keaktifan ... 59

7. Rambu-rambu skoring ... 60

8. Panduan wawancara kepada guru ... 61

9. Panduan wawancara kepada siswa ... 61

10. Kisi- Kisi Uji Coba Soal Evaluasi Siklus 1 ... 63

11. Kisi- Kisi Uji Coba Soal Evaluasi Siklus 2 ... 64

12. Kisi – Kisi Soal Evaluasi Siklus I Setelah Uji Coba ... 65

13. Kisi – Kisi Soal Evaluasi Siklus II Setelah Uji Coba ... 65

14. Rincian pemberian skor untuk soal pilihan ganda ... 66

15. Rincian pemberian skor untuk soal uraian ... 66

16. Indikator aspek afektif ... 67

17. Indikator aspek psikomotorik ... 67

18. Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 71

19. Kriteria validasi perangkat pembelajaran ... 72

20. Kooefisian reliabilitas ... 73

21. Kriteria Keberhasilan Keaktifan ... 77

22. Kriteria Keberhasilan prestasi belajar ... 78

23. Kriteria nilai ... 79

24. Hasil pengamatan keaktifan siswa ... 94

25. Hasil Uji Normalitas Keaktifan Awal dan Siklus I ... 96

26. Hasil Uji Normalitas Keaktifan Siklus I dan Siklus II ... 97

27. Hasil Uji-t Keaktifan Kondisi Awal dan Siklus I ... 98

(20)

xix

29. Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan II ... 99

30. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ... 102

31. Hasil Uji-t Satu Sampel Prestasi Belajar Siswa ... 103

32. Hasil Uji-t Dua Sampel Prestasi Belajar Siswa ... 103

33. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa ... 104

34. Kriteria keaktifan siswa ... 105

(21)

xx

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 118

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 123

3. Lembar Kerja Siswa ... 146

4. Bahan Ajar ... 154

5. Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 173

6. Rubrik Pengamatan Keaktifan ... 178

7. Rubrik penilaian Psikomotorik dan afektif ... 179

8. Analisis Skor Keaktifan ... 182

9. Analisis nilai Prestasi Belajar ... 184

10. Hasil Uji Validitas ... 201

11. Hasil Uji Reliabilitas ... 205

12. Instrumen validasi ... 220

13. Perhitungan PAP tipe 1 ... 225

14. Indeks Kesukaran ... 226

15. Surat Permohonan Ijin ... 231

16. Surat Keterangan Penelitian ... 232

17. Nilai Kondisi Awal Prestasi Belajar... 233

18. Notulen dan Daftar Hadir ... 235

19. Hasil Pekerjaan Siswa ... 243

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh

aspek kepribadian dan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki.

Keberhasilan pendidikan di sekolah dasar dapat tercapai apabila kegiatan belajar

mengajar di kelas dapat berlangsung dengan baik, efektif dan efisien.

Akan tetapi dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah

timbul banyak persoalan, antara lain: tentang bagaimana strategi yang tepat serta

media apa yang sesuai, sehingga anak dapat berpartisipasi secara optima.

Pembenahan secara terus menerus baik dari segi materi pendidikan, metode

pengajaran maupun evaluasi harus dilakukan oleh semua pihak, terutama guru.

Guru sebagai faktor utama dalam pencapaian keberhasilan dituntut

mampu menguasai kurikulum, materi, dan teknik penilaian. Guru mempunyai

peran sebagai manusia sumber, komunikator, moderator, motivator, pembimbing

dan penilai.

Proses belajar tidak harus dari guru ke siswa, guru juga dapat memberi

kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan temannya terlebih dahulu

dalam upaya menyelesaikan tugas-tugas terstruktur, sehingga siswa lebih aktif

membangun pengetahuannya. Guru hanya berfungsi sebagai fasilitator bagi siswa

(23)

menyediakan sumber belajar dan media pembelajaran serta memberi tuntunan

agar anak sukses dan berhasil.

Agar dapat diketahui sejauh mana potensi diri yang dimiliki oleh anak

kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan seharusnya lebih berpusat kepada

siswa (student centre). Siswa yang aktif membangun pengetahuannya, sehingga

pengetahuan mereka dapat berkembang dan menjadi lebih bermakna.

Demikian juga dengan pelajaran IPS, peran aktif anak didik lebih

dimaksimalkan karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat

besar dan kuat. Hal ini ditunjukkan oleh kecenderungan heran dan kagum pada

hal-hal yang baru dan menantang (Purnomo, Puji. 2006:2). Selain itu, pelajaran

IPS sudah diajarkan di kelas rendah (1,2,3) sehingga mereka dapat mengolah

bahan pelajaran selanjutnya dan juga materi IPS penuh dengan pesan, nasehat

yang abstrak seperti arti perjuangan, jasa dan peranan dari pahlawan yang telah

gugur demi membela bangsa, memperjuangkan kemerdekaan negara Republik

Indonesia.

Berdasarkan penelitian di kelas VA SDN Adisucipto 1, siswa masih

belum memahami tentang cara menghargai jasa dan peranan dari pahlawan yang

telah gugur membela serta memperjuangkan kemerdekaan negara Republik

Indonesia. Hal ini ditunjukkan pada pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada

siswa tentang warga negara yang baik dapat ditunjukkan dengan cara menghargai

jasa para pahlawan. Selain itu, banyak siswa yang merasa bosan pada pelajaran

(24)

hanya 16 yang memenuhi nilai diatas KKM 65. Siswa yang memiliki nilai

dibawah KKM 64-51 (15 siswa), 50-41 (7 siswa), dan 40-31 (2 siswa).

Selain itu keaktifan siswa dalam pembelajaran ini belum terlihat

maksimal. Hal ini dapat terlihat selama kegiatan belajar mengajar berlangsung

anak-anak tidak ada yang ingin menjawab pertanyaan maupun bertanya kepada

guru (keaktifan siswa rendah), mereka terlihat bosan dan mengantuk saat

pembelajaran tersebut berlangsung.

B. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar,

dibatasi pada perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan serta menghargai jasa

pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan negara Republik Indonesia.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah dalam penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam materi

perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan pada siswa kelas VA SDN

Adisucipto 1 semester II tahun ajaran 2011/2012?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan

(25)

menuju kemerdekaan pada siswa kelas VA SDN Adisucipto 1 semester II

tahun ajaran 2011/2012?

D. Pemecahan masalah

Masalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA SDN

Adisucipto 1 tahun ajaran 2011/2012 pada materi perjuangan para tokoh menuju

kemerdekaan akan diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw.

E. Batasan pengertian

Agar tidak menimbulkan pertanyaan tentang istilah dalam penelitian ini,

maka perlu adanya batas pengertian. Berikut ini merupakan batasan pengertian

yang saya ambil, diantaranya :

1. Keaktifan adalah segala kegiatan atau aktifitas yang dilakukan siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran dan sudah melakukan test evaluasi atas materi yang telah

diajarkan

3. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran

dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai

tingkat kemampuan berbeda-beda.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model

(26)

memperhatikan kerjasama yang positif dan setiap anggota mempunyai

tanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang telah

diberikan untuk disampaikan kepada anggota kelompok lain. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini terdapat dua kelompok yang

berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

F. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam

upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA SDN

Adisucipto 1 dalam materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan.

2. Mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar materi perjuangan

para tokoh menuju kemerdekaan siswa kelas VA SDN Adisucipto 1

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

G. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dalam melakukan PTK khususnya pada

upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam perjuangan para

tokoh menuju kemerdekaan.

2. Bagi siswa

Memberikan pengalaman mempelajari perjuangan para tokoh menuju

(27)

3. Bagi guru

Memberikan inspirasi bagi guru-guru SD untuk melakukan PTK

khususnya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam

upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada materi perjuangan

para tokoh menuju kemerdekaan.

4. Bagi sekolah

Menambah bahan bacaan terkait dengan PTK khususnya penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam upaya meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar pada materi perjuangan para tokoh menuju

(28)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keaktifan Belajar

1. Pengertian Keaktifan

Belajar “aktif” (belajar langsung) adalah belajar yang membuat pelajaran

melekat. Artinya bahwa mencari dan menggabungkan informasi secara aktif akan

menyelamatkan informasi tersebut dalam ingatan (Souders and Prescott dalam

Johnson, 2010:155).

Dimyati dan Mujiono (2009:62) menyebutkan pengertian keaktifan sebagai

proses siswa mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya sendiri.

Dalam setiap kegiatan pembelajaran, siswa selalu menampakkan keaktifan. Kamus

besar Bahasa Indonesia (2001: 24-25) menyatakan bahwa aktif adalah giat (bekerja,

berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa dapat

aktif.

Dari beberapa pengertian keaktifan, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa keaktifan adalah segala aktivitas (fisik maupun jiwa) yang dilakukan siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Keaktifan belajar siswa dapat

dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beranekaragam

seperti pada saat siswa mendengarkan ceramah, diskusi, membuat suatu alat,

(29)

2. Prinsip-prinsip belajar mengajar dengan CBSA

Dirawat (1993: 34) menyatakan bahwa prinsip yang melandasi cara

belajar siswa aktif (CBSA ) yaitu :

a. Mengutamakan pengalaman belajar siswa yang beraneka ragam

b. Menempatkan peranan utama guru sebagai pemberi motivasi,

semangat, dorongan, bimbingan bantuan bagi siswa peserta didik

c. Memanfaatkan semua metode dan teknik belajar mengajar, dengan

perhatian khusus ditekankan pada bagaimana meningkatkan kadar

keaktifan.

d. Memanfaatkan secara otimal lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar

e. Memajukan penggunaan sumber belajar yang seluas-luasnya bagi

murid-murid.

f. Memberikan perhatian pada pemahaman dan pelayanan perbedaan

individual setiap siswa

g. Memajukan inisiatif, kreativitas, keterlibatan yang tinggi, inspirasi

dan aspirasi siswa dalam belajar mengajar.

h. Dikembangkan dalam suasana pengelolaan kelas dan proses belajar

mengajar yang lebih luwes, bervariasi, akrab, menarik, dan

(30)

i. Mengutamakan pemberian umpan balik kepada siswa untuk

peningkatan serta perbaikan langkah-langkah dalam proses belajar

mengajar selanjutnya.

j. Memajukan evaluasi belajar mengajar yang komprehensif,

menyeluruh, berkelanjutan.

3. Ciri-ciri siswa aktif

Dirawat (1993: 14) menyatakan bahwa ciri-ciri pengajaran yang

berorientasi pada CBSA yaitu :

a. Tahap permulaan

1) Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi dalam belajar.

2) Ceramah tidak lagi menjadi metode dominan

3) Belajar secara klasikal mulai diselingi belajar kelompok, berpasangan dan

individual.

4) Proses belajar tidak selalu di dalam kelas.

5) Murid-murid mendatangi atau mengundang narasumber dari lokasi

daerah sekitar mereka.

6) Pelajaran terkait dengan kehidupan anak-anak.

7) Alat peraga mulai beragam dan diperoleh dari lingkungan setempat.

b. Tahap lanjutan

1)Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar.

(31)

3)Pertanyaan yang diajukan pada murid atau guru mulai bermutu, terbuka

dan menimbulkan diskusi.

4)Penilaian hasil belajar menyeluruh.

5)Siswa dilibatkan dalam proses penilaian hasil belajar mengajar.

c. Tahap mantap

1) Kualitas penerapan prinsip-prinsip CBSA makin mantap.

2) Kemandirian siswa dalam belajar makin berkembang.

3) Siswa berfikir aktif, kreatif, mengidentifikasi dan memecahkan masalah.

4) Siswa lebih peka dan berfikir kritis terhadap gejala kehidupan di sekitar.

5) Aktivitas belajar ditandai dengan :

a) Kesadaran akan adanya masalah

b) Merumuskan dan mengidentifikasi masalah

c) Mencari fakta, data, alternatif untuk pemecahan masalah.

d) Menyimpulkan dan merumuskan hasil pemecahan masalah sebagai

hasil belajar.

6) Siswa lebih terbiasa dalam :

a) Mengajukan pertanyaan

b) Menjawab aneka ragam pertanyaan problematis

c) Mempertanyakan pertanyaan

d) Bertanggungjawab terhadap kegiatan dan hasil belajar kelompok

(32)

Heinz Kock (1981:65-66) menyatakan bahwa ciri-ciri orang aktif yaitu :

1. Ia harus mencari jalan memecahkan masalahnya sendiri

2. Ia harus menjawab pertanyaan

3. Ia harus belajar bertanya

4. Ia harus mengambil keterangan dari buku

5. Ia harus dapat mendiskusikan sesuatu hal dengan kawannya

6. Ia harus dapat melakukan percobaan sendiri

7. Ia harus bertanggungjawab atas hasil pekerjaannya

Surjobroto (2002:71) menyatakan bahwa siswa dikatakan aktif jika menunjukkan

ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran

2. Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa

3. Mencobakan sendiri konsep-konsep

4. Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya

Mengacu pada pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa ciri-ciri keaktifan sebagai berikut:

1. Kesiapan belajar

2. Interaksi siswa dalam pembelajaran

3. Belajar dengan pengalaman langsung

(33)

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian belajar

Belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang

relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Belajar dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan berproses yang merupakan unsur dasar di setiap penyelenggaraan jenis

pendidikan dan jenjang pendidikan. Berhasil atau tidaknya suatu tujuan pendidikan

sangat tergantung pada proses belajar siswa. Proses belajar siswa dapat dialami oleh

mereka baik secara langsung maupun tidak langsung baik ketika mereka di rumah, di

sekolah, maupun di masyarakat.

Hilgard dalam kutipan Tanlain belajar adalah proses dalamnya berbentuk

tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan, Tanlain

(2009: 11).

Morgan dalam Sumantri (2001: 13) belajar adalah perubahan tingkah laku

yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.

Belajar adalah suatu kegiatan yamg dilakukan siswa, bukan sesuatu yang

dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru secara pasif

(Andersom & Armbruster, 1982: Piaget:1952 & 1960 dalam Lie, Anita 2002:5).

Menurut Oemar (2001:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or

strengthening of behavior through experiencing)

Winkel (1996: 53) menyatakan bahwa belajar adalah semua aktivitas

(34)

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan

dan nilai sikap.

Hart dalam Ginnis (2008, 22) menyatakan bahwa “belajar adalah ekstraksi

dari pola-pola bermakana dari kebingungan. Dan tidak ada konsep, tidak ada fakta

dalam pendidikan yang benar-benar lebih penting dari pada hal ini: otak, oleh desain

alam, merupakan alat pendeteksi pola yang luar biasa sensitive dan cangih.”

Siagian (1989, 106) menyatakan bahwa belajar adalah Proses yang

berlangsung seumur hidup dan tidak…pada pendidikan formal yang di tempuh

seseorang di berbagai tingkat lembaga pendidikan. Sedangkan Moh. Surya (1981:32),

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksinya dengan lingkungan. Pada prinsipnya, belajar merupakan

perubahan dari diri seseorang.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, secara umum belajar dapat

dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang berbeda

antara sebelum belajar dan sesudah belajar yang merupakan sebagai hasil dari

pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.

2. Prinsip-prinsip Belajar

William Burton dalam Oemar (2001:32) menyatakan bahwa prinsip-prinsip

(35)

1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui (under going)

2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata

pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu

3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid

4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang

mendorong motivasi yang kontinu

5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan

6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh

perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid

7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman dan hasil-hasil

yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid

8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan

9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur

10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat

didiskusikan secara terpisah

11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang

dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan

12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan

13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada

(36)

14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalamn-pengalaman

yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik

15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan

kecepatan yang berbeda-beda

16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat

berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Tu’u (2004) prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang ketika

mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Poerwadarminta (1993

: 9).

Dalam proses belajar mengajar, prestasi atau hasil belajar sangat diperlukan

untuk mengetahui apakah seorang siswa berhasil atau tidak dalam menyerap serta

memahami suatu materi pembelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui dengan

pemberian evaluasi kepada siswa untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran

sudah tercapai atau belum. Dari hasil evaluasi akan nampak bahwa siswa yang

menguasai materi akan mendapatkan skor yang tinggi sesuai dengan tingkat

pemahamannya. Skor inilah yang biasanya digunakan untuk menyatakan prestasi

siswa dalam sebuah pembelajaran.

Menurut Winkel (1996:482) prestasi belajar yang diberikan oleh siswa

berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan

(37)

Suharsimi Arikunto (2001:276) berpendapat bahwa nilai prestasi haruslah

mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan

yang ditetapkan di setiap bidang studi. Simbol yang digunakan untuk menyatakan

nilai, baik huruf maupun angka hendaknya merupakan tentang prestasi siswa.

Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan capaian atau hasil akhir yang bisa dilihat setelah proses

belajar. Prestasi belajar dan proses belajar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Prestasi belajar pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari proses

belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, biasanya dilakukan evaluasi atau tes

terhadap materi belajar yang telah diajarkan. Seberapa besar siswa mampu

memberikan feed back dari setiap evaluasi atau tes yang diberikan.

Prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa dalam berpikir,

merasa, dan berbuat. Prestasi belajar seorang siswa dikatakan sempurna jika

memenuhi beberapa aspek dalam belajar. Muhibin syah (2003:214-215) menyatakan

bahwa prestasi belajar seorang peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga

aspek, yakni: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

1) Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek

ini sangat berkaitan erat dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir

siswa. Sejak dulu aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem

(38)

sekolah-sekolah. Penilaian di sekolah biasanya mengedepankan kesempurnaan pada aspek

kognitif.

2) Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Aspek ini

berkaiatan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) siswa. Penialaian pada aspek ini dapat

terlihat pada kedisiplinan, tanggungjawab, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan,

dan sebagainya.

3) Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala

sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap

mental. Jadi lebih sederhananya, aspek ini menunjukkan kemampuan atau

keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa sangat tergantung pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor internal dan eksternal adalah dua hal yang sangat

menunjang keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Jadi untuk

menghasilkan siswa yang berprestasi, seorang pendidik harus mampu mensinergikan

kedua faktor, yakni faktor internal dan eksternal.

(39)

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Adanya

faktor internal ini yang membuat prestasi belajar siswa menjadi tinggi. Faktor internal

yang mempengaruhi prestasi belajar anatara lain:

a) Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseoarang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin,1972;Reber,1988)

b) Kecerdasan, yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa.

c) Minat, yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang cenderung

bersifat menetap yang didalamnya ada unsur rasa senang.

d) Motivasi, yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau

berbuat untuk tujuan tertentu.

2). Faktor eksternal

Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak mengesampingkan

peranan faktor eksternal dalam meningkatkan prestasi belajar. Faktor ini pengaruhnya

tidaklah sebesar faktor internal. Faktor eksternal antar lain:

a) Kualitas guru dalam penguasaan materi

b) Metode yang digunakan dalam mengajar

c) Fasilitas mengajar, misalnya media dan alat peraga

d) Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan

(40)

yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan

saling berinteraksi sehingga membuahkan sebuah hasil belajar.

C.Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa

belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan

berbeda-beda. Pengajaran ini dikembangkan berdasarkan teori

belajar-konstruktivisme. Salah satu teori Vigotsky, penekanan pada hakekat sosiokultural

pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggio pada

umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi

mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Penerapan ini

berimplikasi dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif. Di

dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil, saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri

dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Yang dimaksud kelompok

heterogen dari campuran siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk

melatih bsiswa menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang

berbeda latar belakangnya.

Menurut Suyatno (2009:51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan

pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu

(41)

Menurut David,dkk (2009:230), model pembelajaran kooperatif adalah istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik

kerjasama kelompok dan interaksi antarsiswa.

Wena (2009:189) menyatakan bahwa pembelajaran model adalah salah satu

model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar

pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling

mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif

siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa

kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman

yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif

setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara

aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Sanjaya (2010: 242) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau

tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Akan tetapi, berkelompok bukan berarti tugas dilakukan berkelompok saja,

namun setiap anggota kelompok haruslah mempunyai tanggungjawab atas kelompok

tersebut. Setiap individu harus benar-benar memahami setiap materi. Adanya

kesamaan kewajiban akan membuat anggota kelompok saling mendukung dalam

(42)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang

bermanfaat, dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang

berbeda-beda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kooperatif learning memiliki

konsep learning comunity yaitu menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain dan dalam pengelompokan, siswa harus menjadi

perhatian tersendiri bagi seorang guru, karena dalam pengelompokan harus heterogen

yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang

cepat menangkap harus mendorong temannya yang lambat dan seterusnya.

Anita Lie (2002: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar

pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan.

Jhonson yang dikutip oleh Anita Lie (2002: 30) menyatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur, yaitu:

a. Saling ketergantungan posiitif

b. Tanggung jawab perseorangan

c. Tatap muka

d. Komunikasi antar anggota

e. Evaluasi proses kelompok

Dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang

(43)

kelompok kecil dengan peran siswa terkait kelebihan dan kelemahan yang dimiliki

oleh setiap anggota kelompok sehingga siswa dalam kelompok dapat saling

melengkapi untuk mencapai suatu keberhasilan kelompok yaitu pemahaman

pembelajaran seluruh anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif menggunakan

prinsip mengajar teman sejawat sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber

belajar lainnya. Dengan pembelajaran dan penyampaian informasi yang dilakukan

oleh teman seusia melalui dialog secara alami, seorang siswa akan lebih mudah untuk

memahaminya sehingga materi atau kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Dengan pembelajaran kooperatif, siswa juga dilatih untuk mengembangkan

softskill, yaitu lewat interaksi yang terjalin di dalam kelompok sehingga siswa dapat

berlatih bertanggungjawab, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan baik sebagai

bekal hidup bersosial.

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Muhfida (http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif/) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

bekerja sama.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

(44)

3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan

jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan

tersebut.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Suyatno (2009:50) menyatakan bahwa langkah pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

b. Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau

lewat bahan bacaan

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

(45)

e. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

f. Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok

4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.

(2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah

(46)

memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang

bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari

berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada

tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling

menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,

penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam

keterampilan sosial.

5. Elemen Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Anitah (2008:37-38) menyatakan bahwa elemen

dalam pembelajaran kooperatif adalah:

(47)

Pada pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong

agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah

yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang

optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: saling ketergantungan

pencapaian tujuan, saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, saling

ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling

ketergantungan hadiah.

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru,

tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa

dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.

Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah

belajar dari sesamanya.

3) Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.

Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut

selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok

mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan

bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai

(48)

tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok.

Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas

individual.

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,

sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai

sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal

relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang

tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari

guru tetapi juga dari sesama siswa.

6. Langkah-langakah Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pemebelajaran kooperatif, pemebelajaran di mulai dari guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini

digunakan uintuk menyampaikan imformasi, sering menggunakan bahan bacaan dari

pada verbal. Selanjutnya, siswa di kelompokan dalam beberapa kelompok belajar .

Tahapan ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk

(49)

meliputi presentasi hasil kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka

pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha dari setiap kelompok ataupun

individu (http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/modeljigsaw.pdf). Tabel 2.1

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi Guru menyajikan imformasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya memebentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Tahap 6

Memberikan penghargaan

(50)

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Suyatno (2009:53) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

termasuk pembelajaran kooperatif dengan sintak seperti berikut ini.

Pengarahan,informasi bahan ajar,buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS)

yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok. Tiap

anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, bahan belajar tiap kelompok

adalah sama. Buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi

kerja sama dan diskusi. Kembali ke kelompok asal, pelaksana tutorial pada kelompok

asal oleh anggotaan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Arends dalam Yusuf (http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf) menyatakan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat

kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang

beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,

yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada

anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli

(51)

+ =

X *

+ +

+ +

X X

X X

= =

= =

* *

* *

+ =

X *

+ =

X *

+ =

X *

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 2.1

Skema model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota

kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari,

menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota

kelompoknya. Dengan demikian, terdapat rasa saling membutuhkan dan harus

bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para

anggota kelompok yang lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan

berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian

(52)

dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada

teman kelompoknya sendiri.

Strategi belajar model jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk

digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan

materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini

adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan

kepada orang lain. Dengan metode ini siswa dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran karena mau tidak mau setiap siswa harus menyampaikan materi kepada

teman lain dalam kelompok dengan menyampaikan materi siswa dituntut untuk

memahami materi.

Dalam model kooperatif tipe Jigsaw ini, siswa meiliki banyak kesempatan

untuk mengemukakan pendapat, mengolah informasi yang didapat dan dapat melatih

keterampilan berkomunikasi. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk

menyampaikan materi sehingga teman yang lain jelas demi keberhasilan kelompok.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik jigsaw cukup mudah

dalam pelaksanaannya. Dalam kelompok, siswa diberi bahan ajar atau materi

pembelajaran yang berbeda untuk setiap anggota kelompok untuk selanjutnya

dikerjakan dan dipelajari. Setelah anggota kelompok benar-benar memahami materi

atau bahan ajar bagiannya, kemudian setiap kelompok dibagi atau dipecah dan

(53)

kelompok baru membahas materi bahan ajar yang sama, kelompok berdiskusi untuk

mempelajari materi mereka. Setelah kelompok memahami materi, setiap anggota

kelompok kemudian kembali ke kelompok awal menjelaskan dan menjawab segala

pertanyaan yang berkaiatan dengan materi yang mereka bahas pada kelompok yang

mempunyai materi yang sama. Hal ini dilakukan secara begantian dan setiap siswa

mempunyai catatan kecil tentang apa yang disampaikan temannya. Setelah selesai,

anggota kelompok berdiskusi kembali guna menyamakan persepsi dan membuat

kesimpulan tentang materi yang telah didapatkan. Langkah selanjutnya adalah

evaluasi yang diberikan guru, baik dalam kelompok maupun kelas besar untuk

mengetahui keberhasilan belajar.

Secara singkat, langkah-langkah yang telah diungkapkan di atas sama seperti

langkah-langkah pembelajaran menurut Wena (2009:194) yaitu: 1) pembentukan

kelompok asal, 2) pembelajaran kelompok asal, 3) pembentukan kelompok ahli, 4)

diskusi kelompok asal, 5) diskusi kelas, 6) pemberian kuis, dan 7) pemberian

penghargaan kelompok.

Menurut Muhammad Faiq Dzaki langkah-langkah pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw sebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang

b. Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda

c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk

(54)

d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan

menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai

e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

f. Pembahasan

g. Penutup (

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe_2116.html)

Suyatno (2009:119) menyatakan bahwa langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 tim

b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagaian/subbab yang

sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan

subbab mereka

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal

dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka

kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

g. Guru memberi evaluasi

(55)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai

berikut :

a. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara

heterogen.

b. Setiap kelompok diberi tugas sejumlah dengan anggota kelompok (tiap siswa

dalam kelompok mendapatkan tugas yang berbeda).

c. Siswa membaca tugas yang telah diperolehnya.

d. Guru memerintahkan siswa yang mempunyai tugas yang sama untuk

berkelompok membentuk kelompok baru (kelompok ahli) dan mendiskusikan

tugas tersebut.

e. Stelah selesai berdiskusi dengan tim ahli, siswa mencatat hasil diskusi kemudian

melaporkan kepada teman yang lain dalam kelompok asal secara bergantian.

f. Setelah selesai, guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan

hasilnya kemudian ditanggapi oleh kelompok lain.

g. Guru memberikan klarifikasi atas tugas yang dikasih serta memberikan evaluasi.

3. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Ibrahim, dkk (2000:70) menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yaitu:

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa

(56)

b. Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

c. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya

d. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

e. Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

Sugiyanto (2008: 41-42) dalam kutipan Ian

(http://ian43.wordpress.com/2010/12/23/pengertian-pembelajaran-kooperatif/)

menyatakan bahwa ada banyak keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,

informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan.

c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan

komitmen.

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

g. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

(57)

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih

baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,

jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,agama, dan orientasi tugas.

Kelebihan kooperatif tipe jigsaw adalah meningkatkan rasa tanggung jawab

siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

tidak hanya mempelajari materi yang materi tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain.Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi

yang ditugaskan (Doantara yasa, 2008:1).

Ibrahim (2000:71) menyatakan bahwa kekurangan pembelajaran kooperatif,

yaitu :

a. Membutuhkan waktu yang lama.

b. Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang

pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa

minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama

(58)

E.Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Hakikat IPS

Pendidikan IPS yaitu ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia satu

dengan yang lainnya. Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP, 2007: 18)

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal

konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen

dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki

kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang

majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.Adapun ruang lingkup mata pelajaran

IPS meliputi aspek- aspek : manusia, tempat dan lingkungan, waktu, keberlanjutan,

dan perubahan sistem sosial dan budaya, dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Pengajaran IPS SD diandalkan untuk membina generasi penerus usia dini agar

memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati

tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuhrasa kebersamaan

dan kekeluargaan serta mahir berperan erat di lingkungannya sebagai insan sosial dan

warga negara yang baik.

2. Pembelajaran IPS di SD

Pengajaran IPS lebih bersifat perkenalan mengenai “Seni Kehidupan”.

(59)

sosiologi. Materi pengajaran IPS lebih banyak dititik beratkan kepada dunia siswa

dan lingkungannya.

Metode yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi IPS hanya

menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan siswa pasif dan membuat

prinsip bahwa pelajaran IPS itu pelajaran hafalan yang membosankan. Karena guru

hanya menggunakan metode ceramah, anak bahkan cenderung mengantuk dan tidak

mencatat hal-hal yang penting dari penyampain guru.

F. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pentingnya Menghargai Jasa dan

Peranan Tokoh Pejuang

Dalam penelitian ini akan membahas mengenai kompetensi dasar menghargai

jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

dengan materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan. Untuk memahami dan

memperjelas cara menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang menuju kemerdekaan,

dibuktikan melalui model kooperatif tipe Jigsaw.

Dengan model pembelajaran yang saya gunakan yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dalam materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan

dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa karena model pembelajaran

(60)

1. Persiapan Kemerdekaan

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh

Sekutu. Pada tanggal 11 Agustus 1945, Jepang memberikan janji kemerdekaan yang

disampaikan kepada tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh.

Hatta dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya diminta mempersiapkan

kemerdekaan. Dengan janji ini Jepang berharap, rakyat Indonesia mau membantu

Jepang yang semakin terdesak dan mengalami kekalahan di mana-mana. Dalam

situasi yang semakin kritis, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan tiga

tindakan sebagai berikut. 1. Membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. 2. Mempersiapkan

lembaga latihan nasional (Kenkuko Gakuin) yang melatih dan mendidik pemimpin

negara yang baru. 3. Memperluas pembicaraan tentang kemerdekaan Indonesia.

Sebelum janjinya terpenuhi, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa

syarat kepada Sekutu. Berita kekalahan Jepang tersebut masih dirahasiakan. Tetapi

salah seorang pemuda Indonesia yaitu Sutan Syahrir mendengar lewat siaran radio

luar negeri. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus golongan pemuda yang terdiri dari

Wikana, Sutan Syahrir, Darwis dan lain-lain mendesak Bung Karno untuk segera

mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo, Dr.

Gambar

Gambar                                                                                                             Halaman
Tabel                                                                                                                Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.1 Skema model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada siklus terahir ini, guru sudah tidak kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran kemampuan berbicara anak di PAUD Al fathi karena anak sudah

Dari data-data yang diperoleh oleh penulis berdasarkan analisis Balanced Scorecard dapat diketahui banwa kinerja perusahaan berada dalam kondisi cukup baik. Hal ini dapat terlihat

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Dampak Pemilihan Tidak Demokratis Kerugian sangat besar bisa menimoa parpol, masyarakat, dan negara ini, jika pemilihan kandidat pemimpin dalam pemilu legislatif, pemilu presiden,

18 Tanda Kualifikasi Inspektur Kebakaran Buah 460005. - Golongan I/a