• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dikucurkan sebagai prioritas dari Departemen Kelautan dan Perikanan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan.

Program PEMP dirancang untuk tiga periode pertama tahun 2001-2003, merupakan periode inisiasi dengan fokus pada penggalangan partisipasi dan penyadaran masyarakat, serta perintisan kelembagaan dengan mendirikan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) yang sejatinya dibentuk sebagai cikal bakal holding company untuk memayungi aktivitas ekonomi masyarakat pesisir. Pada periode ini program PEMP terutama ditujukan untuk mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap perekonomian masyarakat pesisir yang difokuskan pada penguatan modal melalui perguliran Dana Ekonomi Produktif (DEP). Hasil yang dicapai pada periode ini adalah tersalurkannya kredit kepada masyarakat nelayan sebanyak 59.64%, pembudidaya ikan 11.26%, dan masyarakat pesisir lainnya (pengolahan & Bakul) 29.10% dan telah terjadi peningkatan pendapatan nasabah dari Rp. 365.312 menjadi Rp. 860.158 perbulan. Periode keduatahun 2004-2006 merupakan periode institusionalisasi. Dalam kurun waktu tiga tahun periode ini, program difokuskan pada revitalisasi kelembagaan melalui peningkatan status LEPP-M3 menjadi berbadan hukum koperasi. Pada periode institusionalisasi, berdasarkan data dari 52 Swamitra Mina Online menunjukkan bahwa 67% sasaran PEMP berkaitan langsung dengan sektor perikanan dan 33% tidak terkait langsung, seperti tukang ojek, bengkel, pengelolahan makanan dan minuman, warung makanan dan keperluan sehari-hari masyarakat pesisir. Periode ketiga tahun 2007-2009, merupakan periode diversifikasi usaha, yang merupakan perwujudan cita-cita LEPP-M3 untuk menjadi holding company. Pada periode ini mulai dibentuk unit-unit usaha yang bernaung dibawah LEPP-M3 yang telah berbadan hukum koperasi. Sampai dengan tahun 2007, telah terbentuk 281 koperasi pesisir yang tersebar di 289 kabupaten/kota berpesisir. Dan di tahun 2008, diharapkan program PEMP dapat menjangkau 293 Kabupaten/Kota berpesisir di Indonesia. Pelaksanaan program ini diawali dengan Pilot Project

yang dilaksanakan oleh BAPPENAS pada tahun 2000 di 26 kabupaten/kota, selanjutnya pada tahun 2001 hingga saat ini. Secara khusus, PEMP bertujuan untuk:

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan sosial, pelestarian lingkungan dan pengembangan infrastruktur untuk mendorong kemandirian masyarakat pesisir.

2. Menciptakan lapangan kerja, dan kesempatan berusaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir yang terkait dengan sumberdaya perikanan dan kelautan.

3. Mengelola dan memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut secara optimal dan berkelanjutan sesuai dengan kaidah kelestarian lingkungan.

4. Memperkuat kelembagaan sosial ekonomi masyarakat dan kemitraan dalam mendukung perkembangan wilayahnya.

5. Mendorong terwujudnya mekanisme manajemen pembangunan yang partisipatif dan transparan dalam kegiatan masyarakat.

Sasaran PEMP adalah masyarakat pesisir yang memiliki mata pencaharian atau berusaha dengan memanfaatkan potensi pesisir seperti nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, pengelolah ikan dan usaha jasa/kegiatan yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan, yang kurang berdaya dalam peningkatan/penguatan usahanya. PEMP bukan bersifat “charity” (hadiah), melainkan pemberdayaan sehingga diharapkan dapat terus dikembangkan dan menyentuh sebagian besar masyarakat pesisir yang menjalankan jenis usaha yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut serta usaha lain yang terkait. Program ini menggunakan model pengembangan usaha yang bersifat perguliran/revolving yang dilakukan setelah ada keuntungan dan usaha kelompok telah kuat. Pinjaman modal melalui dana ekonomi produktif masyarakat yang diterima oleh sasaran wajib untuk dikembalikan agar terjadi perguliran kepada masyarakat pesisir lainnya yang membutuhkan serta terpilih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dengan kata lain dana yang digulirkan bukan berasal dari modal pokok melainkan dari keuntungan yang telah diperoleh kelompok. Dasar dari pemikirannya adalah: 1. Sasaran yang dibangun adalah masyarakat pesisir dan wilayahnya (desanya). 2. Tidak semua orang miskin dapat dibantu melalui kegiatan ekonomi, seperti

3. Tidak semua masyarakat pesisir mempunyai minat untuk berusaha dibidang perikanan dan laut.

4. Sumber daya laut dan pesisir tidak akan mampu menampung seluruh masyarakat pesisir untuk melakukan aktivitas ekonomi laut.

5. Orang atau kelompok yang sudah pernah mendapatkan pinjaman program diharapkan tidak melepaskan diri setelah berhasil karena partisipasinya tetap diharapkan dalam membangun masyarakat dan wilayahnya (desanya) melalui dana sosial dan dana pengembangan yang dihasilkan.

6. Keberadaan kelompok atau anggota yang sedang menjalankan kegiatan PEMP diharapkan dapat memberi manfaat kepada anggota/kelompok masyarakat yang tidak atau belum memperoleh kesempatan mengikuti program PEMP.

7. Modal selalu menjadi masalah pada pengembangan usaha masyarakat pesisir dan pembangunan infrastruktur didesanya. Sementara itu, keuangan pemerintah pusat terbatas maka model ekonomi yang dikembangkan harus dilakukan kegiatan pemupukan.

Melalui program PEMP diharapkan dapat dikembangkan budaya pemupukan modal agar masyarakat nelayan mampu menyisihkan sebagian hasil usahanya untuk pengembangan usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka. Tabungan masyarakat nelayan dimulai dari tabungan kelompok. Setiap kelompok diharapkan membuka rekening di bank. Selanjutnya, jika tabungan kelompok sudah berjalan dengan baik, diharapkan setiap anggota kelompok dapat mengembangkan usahanya secara mandiri dan pada gilirannya setiap nelayan mempunyai rekening di Bank. Dampak yang bersifat kualitatif dari program PEMP disamping peningkatan budaya menabung adalah peningkatan budaya kelompok, kesadaran menjaga kualitas lingkungan dan sumberdaya ikan berupa adanya kesepakatan untuk melarang kegiatan penangkapan yang merusak (seperti penggunaan potassium dan bom), dan berkurangnya penyakit sosial (seperti mabuk dan judi). Dana disalurkan ke daerah penerima program PEMP dengan sistem blok grant. Dana ini dimanfaatkan sebagai Dana Ekonomi Produktif (DEP)

yang disalurkan kepada Kelompok Masyarkat Pemanfaat (KMP) dengan sistem bergulir.

Program PEMP pada prinsipnya merupakan upaya dari seluruh pihak yang terlibat di dalamnya sehingga keberlanjutan dan pengembangan pasca kegiatan tahun anggaran berjalan (KTAB) merupakan tanggung jawab Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten /Kota. Lebih lanjut program PEMP perlu didukung melalui program Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir. AdapunStruktur kelembagaan pasca KTAB diarahkan pada upaya penumbuhan kemandirian koperasi dan masyarakat pesisir. Oleh karena itu kegiatan pembinaan tetap diperlukan pada pasca KTAB. Pendampingan pada pasca KTAB dilaksanakan oleh koperasi dan atau Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir 2008). Model Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Model Pengembangan PEMP (DKP 2003)

Analisis Data Penyusunan Program

Pengembangan Program Ekonomi Program Sosial Program Lingkungan dan Infrastruktur (Identifikasi Potensi dan

Pengembangan)

SDA & SDM

Kegiatan Usaha Perikanan

Sarana dan Prasarana

Kelembagaan Sosial Ekonomi Sosialisasi Program Pendampingan Monitoring dan Evaluasi Implementasi Program Pemilihan Peserta Pelatihan Pelaksanaan kegiatan Ekonomi Pelaksanaan Kegiatan

Sosial, Lingkungan & Fasilitas

Penguatan Kelembagaan

Sedangkan struktur kelembagaan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dimulai dari pusat instansi terkait dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya diturunkan ke Dinas Provinsi sebagai konsultan manajemen Kota/Kabupaten yaitu tenaga pendamping. Kemudian dari Dinas Kota/Kabupaten melanjutkan kekelembagaan ekonomi yang merupakan perwakilan dari kelompok penerima manfaat yang akhirnya disalurkan ke kelompok-kelompok penerima manfaat. Secara organigram dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5 Struktur Kelembagaan PEMP (DKP 2003)

Intansi

terkait Departemen Kelautan dan Perikanan

Dinas Provinsi Dinas Kota/Kabupaten BAPPEDA LEPP-M3 Wakil KMP Profesional CAMAT Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten Mitra Pengembangan : Pengusaha Lembaga Keuangan Perguran tinggi Kelompok A Kelompok B Mitra Desa : Aparat Desa Tokoh Masyarakat/Agama KCD/PPL DKP Pendampingan (TPD) KMP 1 KMP 2 KMP 3 …… KMP