• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Teori Ketergantungan

2.4.2 Teori Disparitas

Disparitas pembangunan terjadi karena tiga faktor yaitu faktor alami, kondisi sosial budaya dan keputusan-keputusan kebijakan. Faktor alami meliputi kondisi agroklimat, sumberdaya alam, lokasi geografis, jarak pelabuhan dengan

pusat aktivitas ekonomi, wilayah potensial untuk pembangunan ekonomi. Sementara faktor sosial budaya meliput i nilai dan tradisi, mobilitas ekonomi, inovasi, kewirausahaan. Sedangkan faktor keputusan kebijaksanaan adalah sejumlah kebijakan yang mendukung secara langsung atau tidak langsung terjadinya disparitas (United Nations 2001). Selanjutnya diketahui beberapa kasus kesenjangan struktural dalam pembangunan antara lain dalam hal kesempatan kerja; kesempatan pendidikan; pelayanan kesehatan; jam kerja; disparitas kota-desa, sektor formal-informal; disparitas daerah; disparitas antar kelompok penduduk; disparitas sektoral; disparitas kekayaan; disparitas kebijakan; diskriminasi dan nepotisme dan disparitas kemampuan. Sedangkan menurut Selo Soemarjan (1961) kesalahan-kesalahan kebijakan pembangunan mengakibatkan pembangunan yang timpang dan tidak seimbang, dimana satu sektor berkembang jauh lebih cepat dari sektor-sektor lainnya. Dalam hal dimana sektor ekonomi mendapatkan prioritas tertinggi dalam program pembangunan, para perencana kebijakan cenderung untuk demikian memusatkan perhatian pada factor-faktor ekonomi sehingga mereka lupa memberikan perhatian secukupnya pada segi-segi non ekonomi yang menunjang. Penekanan yang berlebih-lebihan pada pembangunan ekonomi seraya mengabaikan perkembangan-perkembangan sosial atau dengan kata lain terlalu mengutamakan salah satu sektor ekonomi akan menciptakan ancaman bom waktu psikologis dan politis yang dapat menghancurkan hasil-hasil pembangunan. Sebab jurang perbedaan dalam pembangunan sektor-sektor dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan dan rasa tidak puas yang selanjutnya akan mengundang reaksi-reaksi politis atau psikologis yang merugikan pembangunan ekonomi.

Ketimpangan distribusi pendapatan menurut indeks ketimpangan berdasarkan formula Bourguignon atau disebut L-Indeks menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan banyak diakibatkan oleh ketimpangan didalam masing-masing sektor-ekonomi bukan ketimpangan antar sektor. Ini mengandung implikasi kebijaksanaan bahwa upaya perbaikan distribusi pendapatan haruslah dititikberatkan didalam masing-masing sektor ekonomi (Sritua 1993). Lebih lanjut pula diketahui isu utama masalh pembangunan regional dewasa ini selain keberlanjutan (sustainabilty) adalah disparitas atau kesenjangan yang meliputi: (1)

disparitas antar wilayah, (2) disparitas anatar sektor ekonomi dan (3) disparitas antar golongan masyarakat/individu. Sedangkan disparitas regional oleh Murty (2000) diartikan sebagai ketidakseimbangan pertumbuhan antara sektor primer, sekunden, tertier, dan atau sektor sosial disuatu negara, distrik, atau tempat dimana peristiwa itu terjadi. Setiap negara, apakah negara maju atau negara berkembangan, negara pertanian atau industri, negara besar atau kecil mempunyai wilayah yang maju dan tertinggal secara ekonomi. Adalah penting untuk menghubungkan pola pembangunan ekonomi regional dengan beragam variabel fisik dan sosial ekonomi untuk mengidentifitasi variabel mana yang mempunyai pengaruh terbanyak terhadap pola pertumbuhan. Dikatakan oleh Williamson (1975) ketidakmerataan antar regional berhubungan dengan proses pembangunan nasional berdasarkan hasil penelitian empirisnya terhadap sifat-sifat ketidakmerataan secara spasial didalam suatu batas wilayah nasional. Tidak heran jika ada perbedaan yang absolut antara daerah kaya dan daerah miskin tetap muncul bahkan bertambah. Walaupun kedua w\ilayah tumbuh pada tingkat presentase yang sama. Tampaknya keterkaitan ekonomi diantara unit-unit regional dengan negara makin kuat dibanding antara daerah-daerah itu sendiri. Mempertahankan asumsi klasik faktor mobilitas internal cenderung menghilangkan perbedaan pendapatan per kapita antara region, dualisme geografis, dan polaritas spasial. Dalam kondisi fator-faktor mobilitas yang bebas, dan ekstraksi dari biaya trasnportasi, ketidakmerataan secara spasial dapat terjadi melalui ketiadaan penyesuaian secara dinamis. Ketidakmeratan secara spasial, daerah yang tertekan, dan daerah tertinggal tampaknya tetap ada berkaitan dengan tidak adanya aliran faktor internal dengan kecepatan yang cukup untuk menyeimbangkan kondisi dinamis yang asli yang menyebabkan pertambahan sumberdaya lebih cepat dan perubahan tehknologi dalam daerah yang kaya (cenderung meningkatkan ketidakmerataan).

Menurut Murty (2000) proses penyebab disparitas yang pertama tersebut adalah faktor ekonomis yakni perbedaan faktor produksi secara kulaitatif dan kuantitatif seperti tanah, tenaga kerja, modal, organisasai dan perusahaan. Penyebab kedua adalah proses kumulatif dari berbagai faktor yang menyebabkan ekonomi yang sudah maju terus berkembang dan ekonomi yang tidak berkembang

terus memburuk kecuali jika pemerintah turut campur dalam menciptakan skema pemerataan antar regional. Proses kumulatif yang pertama dimulai oleh siklus kemiskinan yang ganas. Ada dua jenis siklus dalam perekonomian yang tertinggal, antara lain: (a) Siklus yang dibentuk oleh sumberdaya yang belum dikembangkan dan keterbelakangan penduduk yang berpengaruh satu dengan yang lain. (b) Siklus kedua yaitu meliputi ketertinggalan penduduk, standart hidup yang rendah, efisiensi rendah, produktifitas rendah, pendapatan rendah, konsumsi rendah, tabungan rendah, investasi rendah, tingkat pekerjaan rendah, dan ketertinggalan penduduk. Faktor-faktor ini terjadi dan saling bereaksi satu terhadap yang lain sedemikian rupa sehinga menetap dalam suatu daerah dan menjadi proses penurunan kumulatif. Di lain pihak lain, terjadi siklus kemakmuran di wilayah yang berkembang. Penduduk yang maju, strandar hidup yang tinggi, efisiensi yang lebih baik, produktifitas yang tinggi, produksi yang lebih banyak, pendapatan lebih, konsumsi lebih banyak, investasi yang lebih tinggi, penggunaan tenaga kerja lebih banyak, dan lebih lagi penduduk yang progresif memulai proses kemajuan secara kumulatif, dan akhirnya kesenjangan anatar dua daerah makin meningkat.

Menurut Suhyanto (2005), disparitas wilayah berarti perbedaan tingkat pertumbuhan antar wilayah ini dapat terletak pada perkembangan sektor-sektor pertanian, industri, perdagangan, perbankan, asuransi, transportasi, komunikasi, perkembangan infrastruktur, pendidikan, pelayanan kesehatan, fasilitas perumahan dan sebagainya. Sedangkan menurut Anwar (2005) dikatakan beberapa hal terjadinya disparitas anatar wilayah adalah (1) perbedaaan karakteristik limpahan sumberdaya alam (resource endowment); (2) perbedaan demografi; (3) perbedaan kemampuan sumberdaya manusia (human capital); (4) perbedaan potensi lokasi; (5) perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan; dan (6) perbedaan dari aspek potensi pasar. Faktor-faktor menyebabkan perbedaan karakteristik wilayah ditinjau dari aspek kemajuannya yaitu: (a) wilayah maju; (b) wilayah sedang berkembang; (3) wilayah belum berkembang dan (4) wilayah tidak berkembang.

Terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah atau daerah menurut Rustiadi et al. (2003), secara umum disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

(1) Geografi

Suatu wilayah atau daerah yang sangat luas akan terjadi variasi pada kedalam fisik alam berupa topografi, iklim, curah hujan, sumber daya mineral dan variasi spasial lainnya. Apabila factor-faktor lainnya baik, dan ditunjang dengan kondisi geografi yang baik, maka wilayah tersebut akan berkembang dengan baik.

(2) Sejarah

Perkembangan masyarakat dalam suatu wilayah tergantung dari kegiatan atau budaya hidup yang telah dilakukan di masa lalu. Bentuk kelembagaan atau budaya dan kehidupan perekonomian pada masa lalu merupakan penyebab yang cukup penting, terutama yang terkait dengan sistem intensif terhadap kapasitas kerja.

(3) Politik

Tidak stabilnya suhu politik sangat mempengaruhi perkembangan dan pembangunan disuatu wilayah. Instabilitas politik akan menyebabkan ketidak-pastian di berbagai bidang terutama ekonomi. Ketidakketidak-pastian akan menyebabkan orang ragu untuk berusaha atau melakukan investasi sehingga kegiatan ekonomi di suatu wilayah tidak akan berkembang. Bahkan terjadi pelarian modal keluar wilayah, untuk diinvestasikan ke wilayah yang stabil. (4) Kebijaksanaan Pemerintah

Terjadinya disparitas antar wilayah bisa diakibatkan oleh kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang sentralistik hamper disemua sektor, dan lebih menekan pertumbuhan dan membangun pusat-pusat pembangunan di wilayah tertentu menyebabkan kesenjangan yang luar biasa antar daerah. (5) Administrasi

Disparitas wilayah dapat terjadi karena kemampuan pengelola administrasi. Wilayah yang dikelola dengan administrasi yang baik cenderung lebih maju. Wilayah yang ingin maju harus mempunyai administrator yang jujur, terpelajar, terlatih, dengan sistem administrassi yang efisien.

(6) Sosial Budaya

Masyarakat dengan kepercayaan-kepercayaan primitif, kepercayaan tradisional dan nilai-nilai sosial cenderung konservatif dan menghambat perkembangan ekonomi. Sebaliknya masyarakat yang relative maju umumnya memilik institusi dan perilaku yang kondusif untuk berkembangan. Perbedaan ini merupakan salah satu penyebab disparitas wilayah.

(7) Ekonomi

Faktor ekonomi yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah yaitu: a. Perbedaan kuantitas dan kualitas dari faktor produksi yang dimiliki seperti; lahan, infrastruktur, tenaga kerja, modal, organisasi dan perusahaan. b. Terkait dengan akumulasi dari berbagai faktor. Salah satunya lingkaran kemiskinan \, kemudian kondisi masyarakat yang tertinggal, standar hidup rendah, efisiensi rendah, konsumsi rendah, tabungan rendah, investasi rendah, penangguran meningkat. Sebaliknya wilayah yang maju; masyarakatnya naju, standar hidup tinggi efisiensi lebih baik, produktifitas tinggi, pendapatan tinggi, konsumsi semakin tinggi, pendapatan semakin tinggi, tabungan semakin banyak yang pada akhirnya masyarakat semakin maju. c. Kekuatan pasar bebas telah mengakibatkan faktor-faktor ekonomi seperti; tenaga kerja, modal, perusahaan dan aktifitas ekonomi, seperti; industri, perdagangan, perbankan, dan asuransi yang dalam ekonomi maju memberikan hasil yang lebih besar, cenderung terkonsentrasi di wilayah yang lebih maju. d. Terkait dengan distorsi pasar, kebijakan harga, keterbatasan spesialisasi, keterbatasan keterampilan tenaga kerja dan sebagainya.