Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah:
1. Bagi Mahasiswa Perantau
Untuk setiap individu yang memilih untuk merantau, harus mempersiapkan diri dengan baik dikarenakan akan jauh dari rumah, mempersiapkan segala hal tidak hanya secara materi namun fisik, dan mental. Harus mengetahui batasan diri dan kemampuan diri, dikarenakan jika sudah jauh dan merantau harus bisa lebih bersabar dan kuat menghadapi permasalahan yang ada. Penting juga untuk mempelajari tempat daerah rantauan baik itu bagaimana kondisi iklim dan cuaca, kondisi masyarakatnya serta kebiasaan dan budaya yang ada, hal itu dapat membantu dalam menekan rasa gegar budaya dan kesulitan dalam beradaptasi. Balik ke individunya masing-masing sebagai orang yang akan merantau, harus dapat memiliki sifat terbuka dan mau memulai interaksi dengan sekitar, karena sejatinya sebagai pendatang, baiknya kita yang berusaha agar dapat diterima oleh masyarakat sekitar.
92
2. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kedepannya kampus bisa memeberikan wadah atau media untuk para mahasiswa perantau berkumpul, memperoleh informasi dan saling membantu jika ada kesulitan bahasa maupun aktivitas sehari-hari. Jika kampus tidak dapat menyediakan sarana seperti itu, kampus dapat menghimpun dan memberikan informasi kepada para perantau terkait perkumpulan primordialisme yang ada di sekitar kampus. Akses informasi tersebut dapat membawa perantau untuk menemukan teman daerah asalnya yang dapat membantunya nanti dalam kehidupan perantauan, seperti permasalahan tempat tinggal, bahasa, serta masalah-masalah lainnya yang timbul dikarenakan perbedaan lingkungan, budaya, geografi dan ekonomi.
3. Bagi Peneliti Lain
Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwasannya proses adaptasi berjalan dengan baik dikarenakan adanya bantuan interaksi dan hubungan dengan para perantau juga, baik yang memiliki latar budaya yang sama ataupun berbeda. Berhubungan dengan situasi saat ini, pandemi Covid-19 membuat adanya keterbatasan sosial yang meminimalisir pertemuan serta berbicara secara langsung. Hal ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terkait bagaimana adaptasi yang dilakukan oleh para perantau, yang mengalami keterbatasan sosial atau pun adaptasi yang dilakuikan melalui media teknologi dan berkomunikasi.
93
DAFTAR PUSTAKA Buku:
Halik, Abdul. Buku Daras: Komunikasi Massa. Makassar: Alauddin University Press. 2013.
Hardani. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:
CV. Pustaka Ilmu Group
Malik, Adam. 2018. Pengantar Statistika Pendidikan. Yogyakarta:
Deepublish.
Nugrahani, Farida. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. Surakarta: Cakra Books. 2014.
Salim & Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Citapustaka Media.
Subadi, Tjipto. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2006.
Sugiyo. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Daftar Skripsi:
Kevinzky, Muhammad Hyqal. “Proses dan Dinamika Komunikasi Dalam Menghadapi Culture shock Pada Adaptasi Mahasiswa Perantauan (Kasus Adaptasi Mahasiswa Perantau di UNPAD Bandung)”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Indonesia. 2011.
Lestari, Sri. 2013. “Meningkatkan Penyesuaian Diri Terhadap Program Keahlian Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa
94
Kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013”.
Skripsi Jurusan Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang
Maharani, Ines Puspa. 2018. “Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Rantau Di Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mahmud, Arif Darmawan. 2017. “Pengaruh Religiusitas Dan Dukungan Sosial Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mardiyanti, Maudi. “Akomodasi Komunikasi Antar budaya pada penyesuaian diri mahasiswa perantau asal Sumatra di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021.
Pramestari. Nadyah. 2020. “Pengaruh Adversity Quotient. Dukungan Sosial. Dan Religiusitas Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Winata, Andi. “Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau Dalam Mencapai Prestasi Akademik”. Skripsi Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Bengkulu.
2014.
Daftar Jurnal:
Bidang, Anugerah Salon, Endang Erawan, dan Kezia Arum Sary.
Proses Adaptasi Mahasiswa Perantauan Dalam Menghadapi
Gegar Budaya (Kasus Adaptasi Mahasiswa Perantauan Di Universitas Mulawarman Samarinda). eJournal Ilmu Komunikasi. Volume 6. Nomor 3. 2018.
Guzman, Kurniawan Candra. 2018. Strategi Komunikasi Eksternal Untuk Menunjang Citra Lembaga. (Economic Education Analysis Journal 7 (1))
Hakim, Lukman. 2016. Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal EduTech Vol. 2 No.1
Handono, Oki Tri dan Khoiruddin Bashori. 2013. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Stres Lingkungan Pada Santri Baru. EMPATHY. Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 1. No 2
Hasibuan, Rizky Mestika Warni, Sri Wiyanti dan Nugraha Arif Karyanta. Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Culture shock pada Mahasiswa Luar Jawa di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran-Universitas Sebelas Maret. 2014.
La‟ia, Juita Lorda. Adaptasi Antarbudaya Mahasiswa Asing Uns (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Hambatan Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing dalam Beradaptasi di Solo Tahun 2015). https:
atau atau www.jurnalkommas.com atau docs. ( diakses pada 14 Desember 2020 Pukul 2.20 PM)
Maizan, Sabrina Hasyyati, Khoiruddin Bashori, & Elli Nur Hayati.
Analytical Theory: Gegar Budaya (Culture shock). Jurnal Psycho Idea. 18. No.2. 2020.
96
Mekarisce, Arnild Augina. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, Vol. 12 Edisi 3. 2020.
Mitasari, Zuni dan Yuswa Istikomayanti. Studi Pola Penyesuaian Diri Mahasiswa Luar Jawa Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Jurnal SENASPRO | Seminar Nasional dan Gelar Produk. 2017.
Nurjihan, Habiba, M. Fadhil Nurdin dan R.A. Tachya Muhamad.
Adaptasi Sosial Masyarakat Kawasan Banjir di Desa Bojongloa Kecamatan Rancaekek. Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi 2. 2017.
Suryani, Wahidah. Komunikasi Antarbudaya: Berbagi Budaya Berbagi Makna. Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013.
Utami, Lusia Savitri Setyo. Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya. Jurnal Komunikasi Vol. 7. No. 2. Desember 2015
Wijanarko, Eri dan Muhammad Syafiq. Studi Fenomenologi Pengalaman Penyesuaian Diri Mahasiswa Papua Di Surabaya.
Jurnal Psikologi: Teori & Terapan. Vol. 3. No. 2. 2013.
Daftar Web:
https: atau atau www.webometrics.info atau en atau asia atau indonesia%20 (diakses pada 14 desember 2020. pukul 8.54 AM)
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/pengumuman-hasil-snmptn-2020/ (diakses pada 26 Juli 2021. pukul 10.30 AM) https://ltmpt.ac.id/?mid=7 (diakses pada 26 Juli 2021. pukul 10.40 AM)
https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_pt/NEEwMTc4NTgtMDU5RS00 NkY1LUI3QzEtMzY5NjUwMURGQTA0 ( diakses rabu, 08/12/2021, pukul 13:18)
https://www.UINjkt.ac.id/id/moto/ ( diakses pada jum‟at, 05/11/2021, pukul 10:24)
https://www.UINjkt.ac.id/id/tentang-UIN/ (diakses pada Jum‟at , 05/11/2021 pukul 10.16)
https://www.UINjkt.ac.id/id/visi-misi-dan-tujuan/ ( diakses pada jum‟at, 05/11/2021, pukul 10:22)
98
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Uji Referensi
100
102
Lampiran 2. Transkrip Wawancara Informan 1
Nama: Hanifah Maulidina
Asal Domisili: Padang Panjang , Sumatra Barat Jurusan: PGMI (2019)
Tempat, Hari dan tanggal wawancara: Video Call WhatsApp – 11 Oktober 2021 15. Bagaimana cerita awal bisa merantau untuk berkuliah di Jakarta?
Apakah sudah di rencanakah atau tidak?
Sebenarnya kenapa alas an saya bisa merantau ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, itu memang dari SMA pengen merantau ke luar Sumatra Barat.
Karena dari kakak-kakak saudara yang lain masih di Sumatra Barat jadi pengen beda dari yang lain.
16. Apa yang kamu lakukan dalam persiapan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru ke Jakarta?
Untuk persiapan paling lebih sering menggunakan kalimat-kalimat bahasa Indonesia, biar nanti lebih fasih ketika di Jakarta, karna di Sumatra barat menggunakan bahasa minang
17. Apakah kamu melakukan research atau pengalaman terkait beradaptasi dengan lingkungan di Jakarta?
Sebelum berangkat ke Jakarta itu saya sudah coba tanya-tanya ke kakak yang pernah tinggal di Jakarta, terkait lingkungan di Jakarta seperti apa gitu, jadi pas nanti di Jakartanya tidak culture shock
18. Apa yang kamu rasakan ketika pertama kali merantau atau bermobilisasi tempat tinggal di Jakarta?
Ketika pertama kali di Jakarta yang saya rasakan, ternyata Jakarta kota yang panas dan macet juga kan banyak polusi udara, terus pas daftar ulang saya nginap pertama kali di rumah saudara saya
19. Bagaimana adaptasi yang kamu lakukan ketika merantau di Jakarta?
104
Untuk ketika perkuliahan saya ngekos, dan untuk teman-teman di kampus Alhamdulillah baik semua, tidak diskriminasi karna saya dari daerah, jadi tidak di kucilkan
20. Bagaimana interaksi yang kamu lakukan pada awal beradaptasi?
Teman-teman kampus sering mengajak ngobrol juga, dan mengerti saya dari Sumatra barat, tanggapan mereka positif semua.
21. Faktor atau hal apa saja yang membantumu dalam melakukan penyesuaian diri?
Untuk hal-hal yang mendukung saya ketika di Jakarta, tentu keluarga karena adik dari ibu saya ada yang tinggal di Jakarta sempat lumayan dekat sama keluarga adik ibu, itu merupakan hal yang mendukung saya ketika saya ke Jakarta
22. Apa saja perbedaan lingkungan dan budaya yang kamu rasakan ketika merantau di Jakarta?
Untuk perbedaan antara Jakarta dan domisili saya itu cuaca lebih ke cuaca karna di daerah saya itu kota padang panjang itu termasuk daerah yang dingin, jadi ketika pindah ke Jakarta itu kayak ya harus beradaptasikan, juga dengan nasi atau beras, untuk tekstur beras di minang itu lebih kasar bertekstur gitu, kalau di Jakarta itu kan pulen lebih lembut
23. Bagaimana pengalaman kesulitan yang kamu hadapi ketika melakukan penyesuaian diri?
Untuk kesusahan, karena saya dari pendidikan sd,smp dan sma itu memang tinggal bersama orang tua kalau pas kuliah harus berpisah gitu, jadi kayak kurang terbiasa untuk jauh dari orang tua tapi harus dipaksakan karna untuk tuntutan kuliah juga.
24. Bagaimana tindakanmu ketika ada perbedaan kebiasaan dan kebudayaan tersebut?
Untuk perbedaan budaya gitu ya sama temen-temen mungkin kayak penggunaan bahasa seperti aku-kamu lo-gue gitu kan, nah itu kayak menyesuaikan sih dengan temen-temen di kampus, dan mereka juga sudah tau
saya dari sumbar jadi mereka paham, bukan kayak apaan sih gitu tapi mereka paham gitu sama saya yang dari sumbar.
25. Bagaimana cara kamu mengatasi culture shock (gegar budaya) atas perbedaan kebiasaan atau budaya yang ada?
Untuk culture shock sendiri saya gak terlalu sih gak sampai stress gitu, cuman kayak ooh di Jakarta seperti ini ya kehidupannya, jadi lebih menguatkan diri untuk menyesuaikan dengan kondisi yang di Jakarta, seperti itu.
26. Bagaimana kamu melakukan penyesuaian diri selama masa pandemi covid?
Pas awal-awal kuliah online gini, masih lumayan aktif sama temen, kayak bikin tugas,dll masih sama
27. Apa saja kesulitan untuk melalukan penyesuaian diri selama masa pandemi covid?
Kalau untuk hubungi temen mungkin lumayan sih karna online gini kan pas bagi tugas kelompok karna dia gak muncul, jadi harus di telfonin atau kikta spam gitu kan.
28. Jika dibandingkan dengan sebelum dan selama wabah covid. Diantara kedua waktu ini, apa saja perbedaan penyesuaian diri yang kamu lakukan?
Kalau kuliah offline harus bangun pagi karna masuk jam 8 jam 6 harus siap-siap ke kampus, sedangkan pandemi online gini kayak masuk jam 8 jam 7 baru siap-siap, jadi nyantai gitu. Kalau offline kan kayak karna kita ketemu dosennya jadi langsung nyerap ke otak dan mengerti, kalau online gini sambil rebahan jadi kayak masuk telinga kanan keluar telinga kiri, jadi kayak dikasih tugas kadang masih bingung ngapain tugas, agak sulit.
Untuk saya sebagai mahasiswa lebih senang tatap muka, kadang kuliah kalau online, ingin aktif on mic tetapi kondisi rumah tidak memungkinkan untuk onmic dan juga terkait sinyal juga
106
Informan 2 Nama: Nur Azizah
Asal Domisili: Lampung Timur Jurusan: Pendidikan IPS (2017)
Tempat, Hari dan tanggal wawancara: Video call Whatsapp – 13 Oktober 2021 1. Bagaimana cerita awal bisa merantau untuk berkuliah di Jakarta?
Apakah sudah di rencanakah atau tidak?
Jadi tu pertamanya, memang awalnya saya ingin merantau, saya tidak mau kuliah di lampung saya mau kuliah diluar lampung awalnya, tapi saya gak pengen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada salah satu universitas di Pulau Jawa juga yang saya pengen disitu, tapi orang tua saya tidak mengiiznkan untuk berkuliah disitu, jadi saya disuruhnya kuliah di UIN syarif hidayatullah Jakarta. Dan akhirnya ya mau gak mau, dan Alhamdulillah untungnya juga keterima, bisa merantau saya, kalau gak keterima gak jadi merantau.
2. Apa yang kamu lakukan dalam persiapan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru ke Jakarta?
Tidak ada sama sekali, gak ada persiapan karna gak pengen dan berharap gak keterima, abis tu ternyata keterima disana da itu masukknya spanptkin jadi belum ada pengumuman kelulusan dari sekolah, saya udah keterima di UIN, sedangkan verifikasi data beberapa hari saja jadi saya gak ada persiapan langsung pergi ke Jakarta, saya piker yaudahlah sampai Jakarta mau jadi apa, tapi Alhamdulillah di Jakarta ketemu orang-orang baik jadi aman-aman aja
3. Apakah kamu melakukan research atau pengalaman terkait beradaptasi dengan lingkungan di Jakarta?
Saya gak mencari tau tentang Jakarta itu seperti-seperti apa itu enggak, saya hanya tanya terkiat pbak,pendaftaran ulang ke kakak tingkat saja.
Untuk bertanya kehidupan di Jakarta saya gak nanya karna saya piker oh jalanin aja.
4. Bagaimana adaptasi yang kamu lakukan ketika merantau di Jakarta?
Ya pas ketemu temen atau orang baru sih rasanya deg-degan ada, pikirnya tu aduh ini orang jahat gak ya, aduh ini orang ntar nyaman gak ya sama saya, atau gak saya mikirnya saya kayak gini salah gak ya. Awal pertama adaptasi tu lumayan kayak, ya gak dibully sih tapi sulit karna ada perbedaan bahasa
5. Bagaimana interaksi yang kamu lakukan pada awal beradaptasi?
Ada perbedaan bahasa juga, kalau lampung pakai kamu orang, kita orang, gitu-gitu kayak geh, adaptasi bahasa itu yang lumayan susah kurang lebih setahun.
6. Faktor atau hal apa saja yang membantumu dalam melakukan penyesuaian diri?
Ya karena kawannya baik-baik jadi fine fine aja gitu mereka ngerti kalau saya bukan asli Jakarta gitu mereka juga memaklumi.
7. Apakah kamu memiliki pendukung ( teman se kampung, keluarga kerabat, dll ) yang membantumu dalam proses adaptasi? Bagaimana hal itu bisa membantumu?
Kalau membantu adaptasi temen sih, tapi bukan teman sekampung, teman berbeda-beda. Karena saya dari lampung sendiri gak ada kawan, tapi setelah di Jakarta kan saya masuk asrama nah ketemu juga tu teman sama sama lampung tapi kita beda daerah, tapi ya mayan membantu, tapi sama aja punya struggle nya ama saya.
8. Apa saja perbedaan lingkungan dan budaya yang kamu rasakan ketika merantau di Jakarta?
Kalau perbedaan ya, ya selain bahasa yua orang-orangnya, soalnya orang-orang lampung keras ya, kadang tu kalau ngomong denger sampai tetangga padahal gak berantem cuman ngobrol biasa aja, terus perbedaan anatara sosialisasinya mirip-mirip aja sih, kalau lingkungannya beda, mungkin dari mata pencahariannya, trus juga aku kan masih desa jadi
108
masih mau interaksi ke tetangga adaptasi, kalau disana kan yaudah sendiri-sendiri aja.
9. Bagaimana pengalaman kesulitan yang kamu hadapi ketika melakukan penyesuaian diri?
Kalau aku sih adanya cuman di lingkungan asrama ya, karna dulu aku kan bukan basic anak pondok, asrama itu kan setengah pondok, kadang tu peraturannya sering aku langgar, karna belum terbiasa. Itu sih yang bikin aku sulit
10. Bagaimana tindakanmu ketika ada perbedaan kebiasaan dan kebudayaan tersebut?
Ya paling kami cuman ha gimana gitu, kayak eh ngomong apa sih, maksudnya apa. Terus juga penggunaan bahasa menyesuaikan selama di Jakarta pakai lo gue, kadang juga tergantung lawan biacaranya pakai aku kamu aku juga aku kamu
11. Bagaimana cara kamu mengatasi culture shock (gegar budaya) atas perbedaan kebiasaan atau budaya yang ada?
Gak pernah, soalnya saya juga sering ke Jakarta, karena ada saudara 12. Bagaimana kamu melakukan penyesuaian diri selama masa pandemi
covid?
Saya sampai sekarang masih susah sih.
13. Apa saja kesulitan untuk melalukan penyesuaian diri selama masa pandemi covid?
Aku tu kayak dosen jelasin tentang A, tapi pengertian aku ini tu bener gak sih tentang A itu, itu yang bikin kayak oh aku ini bener gak ya, trus kadang nanya ama kawan juga kawan tu juga gak ngerti kayak ya kali, bikin tambah bingung, dan cara mengatasinya ya banyak-banyak baca artikel atau nanya ama temen yang lebih pandai. Karna aku bisa memahami sesutau tu lebih kalau diskusi kalau sendiri aku nerka nerka bener gak si.
14. Jika dibandingkan dengan sebelum dan selama wabah covid.
Diantara kedua waktu ini, apa saja perbedaan penyesuaian diri yang kamu lakukan?
Kadang bagi tugas kayak kamu kerjain ini ini aku ini ini ini terus ntarudah di satUIN, kalau offline kan membagi tapi bisa bertemu terus diskusi bareng, kalau online kan enggak bener-bener sendiri.
110
Informan 3 Nama: Vivi Ariesta
Asal Domisili: Tulang Bawang - Lampung Jurusan: Manajemen (2017)
Tempat, Hari dan tanggal wawancara: Video call Whatsapp – 14 Oktober 2021 1. Bagaimana cerita awal bisa merantau untuk berkuliah di Jakarta?
Apakah sudah di rencanakah atau tidak?
Awalnya sih lulusnya lewat jalur SNMPTN, coba coba iseng gitu ternyata lulus padahal targetnya kalau gak jogja ya jawa timur gitu. Dan diambil karna kalau gak diambil nanti kena blacklist sekolahnya
2. Apa yang kamu lakukan dalam persiapan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru ke Jakarta?
Ya sebelum ke Jakarta ya bingung banget ya terus ada kating, andelin kakak tingkat, pas daftar ulang juga hubungi kating buat gimana daftar ulang tempatnya apanya gimana terus juga dia nawarin tentang asrama tu 3. Apakah kamu melakukan research atau pengalaman terkait
beradaptasi dengan lingkungan di Jakarta?
Iya pasti soalnya bener bener gak kebayang gitu loh keterima di jauh, terus gak ada saudara lagi.
4. Apa yang kamu rasakan ketika pertama kali merantau atau bermobilisasi tempat tinggal di Jakarta?
Awalnya kayak cultur shock pasti adalah, kan orang-orang daerah pasti ngerasain banget. Kayak masalah komunikasi lah, bahasa slank nya lah.
Perasaan ya selalu rame, panas trus banyak polusi di mana-mana
5. Bagaimana adaptasi yang kamu lakukan ketika merantau di Jakarta?
Sebenarnya kayak melihatnya kesamaan asal, kan rata-rata kalau di fakultas ekonomi itu anak Jabodetabek ya, jadi yang rantauan sedikit banget. Aku pas awal-awal banget itu waktu ada pbak jurusan itu aku diem banget diem, karna dijurusan itu rata-rata pas perkenalan ya
orang-orang sini, dan masih ngerasa asing dan aneh. Dan lama-lama ya biasa aja menyesuaikan diri.
6. Bagaimana interaksi yang kamu lakukan pada awal beradaptasi?
Kan awal ya allah bener bener gak ada temen bareng, jadi awal-awal memberanikan diri nge chat lewat line, di FEB pakai line, jadi aku liat di grup manajemen, yang kira kira perempuan, namanya perempuan profilnya perempuan aja aku chat, aku tanya, sekiranya yang responnya baik yaudah deh kami sering chatingan, terus akhirnya pas PBAK itu kita ketemuan, terus dia kayak bawa temen trus aku juga bawa temen kenal di jalan gitu jadi bareng yaudah ngalir begitu aja, jadi awalnya dari memberanikan diri nge chat sama temen-temen di line gitu
7. Faktor atau hal apa saja yang membantumu dalam melakukan penyesuaian diri?
Untuk menyesuaikan dan membaur ya memberanikan diri
8. Apakah kamu memiliki pendukung ( teman se kampung, keluarga kerabat, dll ) yang membantumu dalam proses adaptasi? Bagaimana hal itu bisa membantumu?
Gak ada, karena aku sendiri-sendiri aja. Sendiri banget
9. Apa saja perbedaan lingkungan dan budaya yang kamu rasakan ketika merantau di Jakarta?
Perbedaanya mungkin bahasa ya trus slank word nya itu aku bener-bener gak ngerti, trus ngablaknya orang betawi sama aja sih sama kita. Terus kalau ngomong nadanya tinggi ya kita sama aja, kan temen kelas rata-rata juga ada sunda jawa, kalau aku lagi ngomong hey jangan ngegas, jangan ngegas, padahal aku gak ngegas
10. Bagaimana pengalaman kesulitan yang kamu hadapi ketika melakukan penyesuaian diri?
Bahasa sih, contoh pas awal-awal dikasi tau ama temen-temen cewe kalau disini jangan aku-kamu ke lawan jenis, kayak aneh terus susah juga mau lo-gue. Selama penyesuaian awal itu aku banyak diem sih sama lawan jenis. Beda lagi kalau ketemu yang sama satu daerah