• Tidak ada hasil yang ditemukan

2011 2012 2013 2014 2015 1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik % 75,80 75,09 76,80 83,96 87,

2 Rasio Jaringan Irigasi % - - - - 73,48

3 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap

Sanitasi Layak % 78,58 74,50 79,13 78,94 85,90 4 Rasio sarana peribadatan per 250 penduduk % - - - - 228

4 Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk % 19,35 19,35 19,35 19,35 19,35

5 Panjang Jalan Yang Memiliki Trotoar Dan Drainase/Saluran Pembuangan Air Km - - - - 379,733

6 Drainase Dalam Kondisi Baik/ Pembuangan Aliran

Air Tidak Tersumbat M

367,5 84 388,3 44 387.2 32 399.6 02 409.4 25 7 Pembangunan Turap pada Aliran Sungai Rawan

Longsor Lingkup Kewenangan Kota M 574 1.240 816 1.646 1.723 8 Luas irigasi dalam kondisi baik Ha - - - - 908

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Mataram, 2015

Kinerja Bina Marga ditunjukkan dengan proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik yang merupakan kewenangan Pemerintah Kota Mataram Status jalan provinsi dan nasional yang juga mengalami perbaikan pada beberapa ruas diantaranya Jalan TGH. Faisal, Jalan Bung Karno, Jalan Saleh Sungkar, Jalan Energi dan lain-lain. Perbaikan tersebut juga disertai dengan penataan drainase dan trotoar.

Kinerja Bina Marga juga dapat dilihat dengan adanya peningkatan panjang jalan sebagai akibat dibukanya ruas jalan baru diantaranya jalan tembus dari ruas Jalan Bung Hatta menuju Jalan Jenderal Sudirman, akses BIL menuju Kota Mataram tembus Jalan Gajah Mada, dan Jalan Dakota. Jalan baru tersebut selain mengurai kemacetan pada ruas jalan tertentu, juga membuka akses dari dan ke Kota Mataram yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitarnya. Adanya peningkatan kinerja kebinamargaan sangat didukung oleh kemitraan dan kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Mataram dengan Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Pusat melalui Balai Pemeliharaan Jalan Nusa Tenggara I.

Kondisi topografi Kota Mataram yang sebagian besar merupakan daerah datar-landai dan dilalui oleh empat sungai besar berpotensi untuk menimbulkan genangan pada beberapa titik, sehingga dalam perancangan sistem drainase harus memperhatikan kondisi tersebut.

Pada tahun 2015 persentase cakupan drainase dalam kondisi baik meningkat. Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pemeliharaan saluran drainase, juga melalui pembangunan drainase baru. Pemeliharaan drainase juga dilakukan melalui pengerahan Pasukan Biru dalam memastikan drainase berfungsi sebagaimana mestinya yang didukung oleh 170 Orang pada tahun 2013, dan meningkat menjadi 220 orang pada tahun 2015. Pada tahun 2013 dilakukan normalisasi pada ruas Sungai Unus sepanjang 2.400 meter dan 1.400 meter pada Sungai Remeneng pada tahun 2014. Penataan tepi sungai ditangani pula melalui pembangunan jalan tepi Sungai Jangkok sepanjang 2.075 meter yang ditangani melalui kerjasama Pemerintah Kota Mataram dengan Satker Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi NTB. Sedangkan penataan sempadan pantai dilakukan dengan melakukan pembangunan jetty pada muara Sungai Unus yang dapat mencegah terjadinya abrasi pantai. Penataan sempadan pantai tidak hanya dalam upaya mengurangi abrasi, namun dilakukan untuk merevitalisasi kawasan dengan menambah ruang publik dan ruang terbuka hijau. Penataan pantai dilakukan di Pantai Gading di Kawasan Mapak, Pembangunan RTH Muara Jangkok, dan Penataan kembali kawasan Eks- Pelabuhan Ampenan.

4.Urusan Wajib Perumahan

Penyelenggaraan Urusan Wajib Perumahan diarahkan untuk mencapai sasaran strategis menurunnya jumlah baglog rumah dan jumlah Rumah Tidak Layak huni (RTLH).

Jumlah rumah di Kota Mataram pada akhir tahun 2014 adalah sebanyak 101.415 unit, dengan jumlah rumah layak sebanyak 99.518, dan rumah tidak layak sebanyak 1.897 unit. Penanganan rumah tidak layak huni (RTLH) hingga tahun 2014 telah mengintervensi 3.900 unit rumah. Intervensi tersebut dilakukan dengan memberikan stimulan perbaikan rumah kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui beberapa pihak baik itu SKPD Kota Mataram, Pemerintah Provinsi NTB, Pemerintah Pusat, PNPM Mandiri Perkotaan, BAZNAS Kota Mataram dan Pihak Peduli Lainnya. Pada tahun 2014 penanganan RTLH dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Mataram sebanyak 12 unit, PNPM-MP 418, Badan Pemberdayaan Masyarakat 86 unit, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi 25 unit, BAZNAS Kota Mataram sebanyak 74 unit, Dana Pembangunan Kelurahan sebanyak 16 unit, dan Dinas Sosial Kota Mataram sebanyak 90 unit. Sisa RTLH pada tahun 2014 adalah sebanyak 1.866 unit.

Pengurangan luasan kawasan kumuh memiliki beberapa kriteria yaitu vitalitas non ekonomi kawasan, vitalitas ekonomi, status tanah dan kondisi

prasarana dan sarana berupa kondisi jalan, drainase, air bersih dan air limbah.

Penanganan RTLH dan kawasan permukiman kumuh dilakukan melalui penyediaan air bersih dan sanitasi. Penyediaan air bersih dilakukan melalui Sambungan PDAM, Sumur Gali, Kran Umum atau Hidran Umum, Sumur Bor, Sumur Pompa Tangan dan Perlindungan Mata Air. Pada tahun 2013 penyediaan air bersih sudah mencakup 41,54% dan pada tahun 2014 mencapai 68,24%.

Di bidang sanitasi, cakupan sanitasi pada tahun 2014 mencapai 78,94% dan tahun 2015 mencapai 85,90%, meningkatnya cakupan sanitasi disebabkan oleh banyaknya program yang menunjang guna peningkatan sanitasi tersebut seperti: pembangunan Jamban dan MCK Komunal.

Tabel 2.22

Capaian Indikator Pembangunan Urusan Wajib Perumahan

Di Kota Mataram Tahun 2011 – 2015

No Indikator Pembangunan Satuan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Persentase Rumah tangga

pengguna air bersih % 87,70 85,61 69,70 68,24 67,34

2 Luasan kawasan pemukiman

kumuh Ha - - - - 803,39

3 Persentase rumah layak huni % - - - - 98,13

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Mataram, 2015

Cakupan layanan air bersih sebagai salah satu komponen layanan dasar masyarakat mengalami peningkatan. Salah satu yang berkontribusi pada peningkatan cakupan layanan air bersih melalui sambungan langsung PDAM adalah adanya Program Sambungan Air Bersih Gratis bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Adapun kebutuhan air baku PDAM sampai dengan saat ini masih mengandalkan suplai dari mata air Sarasuta, Ranget dan Saraswaka di Kabupaten Lombok Barat. Namun demikian, sudah mulai dirintis untuk menambah kapasitas suplai air melalui pemanfaatan beberapa potensi air bawah tanah di Kota Mataram yang sudah dilakukan survei dan penetapan lokasi oleh tim dari Universitas Gajah Mada, seperti di Kelurahan Rembiga dan Kelurahan Sayang-sayang. Kedalaman air tanah tersebut antara 5–7 meter, kecuali di beberapa lokasi, seperti Cakranegara, Monjok dan Dasan Agung bagian utara kedalaman air tanah mencapai 15 meter.

5.Urusan Wajib Penataan Ruang

Penyelenggaraan Urusan Wajib Penataan Ruang diarahkan untuk mencapai sasaran strategis meningkatkan efektivitas pemanfaatan dan pengendalian ruang yang berwawasan lingkungan hidup.

Salah satu upaya mewujudkan hal tersebut adalah komitmen Pemerintah Kota Mataram untuk secara bertahap menambah dan menata Ruang

Terbuka Hijau (RTH) baik berupa taman kota di setiap sudut kota, RTH jalur di jalan jalan utama dan jalan-jalan baru serta di areal permakaman. Di samping itu pula, melakukan upaya penghematan energi listrik (green energy) melalui penggantian lampu PJU yang konvensional dengan daya listrik yang besar dengan Lampu berteknologi Light Emitting Diode (LED) dengan spesifikasi daya yang lebih rendah namun memiliki pencahayaan yang lebih terang, yang dilakukan di beberapa ruas jalan utama di Kota Mataram dengan jumlah 564 titik lampu.

Tabel 2.23

Capaian IndikatorPembangunan Urusan Wajib Penataan Ruang

Di Kota Mataram Tahun 2011 – 2015

No Indikator Pembangunan Satuan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan

Luas Wilayah % 11,39 11,39 12,48 12,50 12,50

2 Rasio bangunan ber- IMB per satuan

bangunan %

- - - - 73,5

% 3 Persentase kesesuaian Rencana Tata

Ruang %

- - - - 56,56

%

Sumber: Dinas Tata Kota dan Dinas Pertamanan Kota Mataram, 2015

Isu pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan tantangan bagi Pemerintah Kota Mataram dalam mewujudkan rencana tata ruang pada tahun 2031. Kota Mataram dengan luas 6.130 Ha membutuhkan 20 persen RTH Publik setara dengan luas 460,86 Ha (1.226 km2). Saat ini RTH Publik Kota Mataram mencapai 12,50 persen atau seluas 765,57 Ha meningkat 0,02 persen dari tahun 2013, dimana penambahan RTH yang relatif kecil ini berasal dari penambahan RTH Jalur pada beberapa jalan-jalan baru.

Isu penataan ruang lain yang mendesak saat ini adalah pemenuhan rasio Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sejauh ini Pemerintah Kota Mataram hanya menata pemakaman umum sesuai aspirasi masyarakat. Kegiatan itu berupa penembokan, paving block, pengurukan, penerangan makam, pembangunan atau penataan fasilitas pemakaman. Selanjutnya diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat sekitar pemakaman tersebut. Indikator rasio TPU menunjukkan saat ini jumlah areal pemakaman yang ada di wilayah Kota Mataram sebanyak 51 areal pemakaman dengan luas sebesar 197.181 meter persegi.

Komitmen Pemerintah Kota Mataram untuk memenuhi ketersediaan RTH Publik dan Privat 30% pada tahun 2031 dilakukan pula melalui upaya koordinasi dan sinkronisasi program daerah dengan pemerintah pusat, diantaranya Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaaan Umum Republik Indonesia dengan kegiatan antara lain: Pembangunan Taman

Abian Tubuh, Taman Muara Jangkok, Pembentukan Forum Kota Hijau, serta Kampanye Kota Hijau melalui Green Festival dan Aksi Kota Hijau. IMB merupakan upaya pengendalian pemanfaatan ruang. Jumlah IMB yang dikeluarkan pada tahun 2014 sebanyak 1.349 ijin, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 614 ijin. Menurunnya ijin yang diterbitkan memberikan gambaran bahwa dari ijin yang diusulkan terdapat ijin yang tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang.

6.Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan

Penyelenggaraan Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan diarahkan untuk mencapai sasaran strategis meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat berdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional.

Ruang lingkup urusan perencanaan pembangunan meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan dokumen perencanaan pembangunan daerah, sehingga tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan secara terpadu dan efektif.

Capaian Indikator Kinerja Utama urusan wajib Perencanaan Pembangunan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.24

Capaian Indikator Pembangunan Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan Di Kota Mataram Tahun 2011 - 2015

No Indikator Pembangunan Satuan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1

Persentase tingkat perwujudan usulan perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat

% 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00

2

Persentase ketepatan jadwal penetapan PERWAL RKPD sesuai dengan UU 25/2004 tentang SPPN

% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

3 Persentase ketepatan waktu penyampaian KUA

& PPAS sebagai dasar penetapan RAPBD % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

4 Persentase keselarasan program dalam RKPD dengan program dalam RPJMD % 85,00 85,00 85,00 85,00 90,00

5

Persentase hasil pengkajian dan penelitian yang dijadikan bahan masukan dalam pelaksanaan pembangunan daerah

% 70,00 70,00 70,00 70,00 75,00

6

Persentase SKPD yang menyampaikan LKIP tepat waktu, berdasarkan Permen PAN & RB No. 53 Tahun 2014

No Indikator Pembangunan Satuan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015