• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.4.8 Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Safety Briefing adalah pengarahan dalam hal keselamtan kerja. Briefing harus diberikan setiap saat kepada para karyawan dan bawahan untuk mensosialisasikan aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat tengang keselamatan dan kesehatan kerja. Dan ini harus dibiasakan, sebab tidak gampang mengubah kebiasaan briefing yang biasanya tidak ada menjadi ada. Banyak orang-orang yang menganggap remeh kebiasaan safety briefing yang dilakukan setiap hari, padahal sebetulnya safety briefing sangat penting dan sangat vital agar suatu informasi dapat diterima dengan cepat. Tak perlu menjadi soal apabila materi briefing yang dilakukan setiap hari adalah sama mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Dan jika sudah terbiasa, semua pegawai akan memahami informasi penting mengenai berbagai prosedur kerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

Secara umum tujuan safety briefing adalah :

1. Memberikan pengarahan tentang kinerja bawahan supaya tetap sesuai dengan visi dan misi organisasi.

2. Mengingatkan para bawahan agar selalu menerapkan Standar Operational Prosedur di setiap pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya.

3. Menyampaikan informasi-informasi yang dianggap penting dalam pelaksanaan pekerjaan.

4. Menyamakan dan memberitahu pemikiran dari pimpinan kepada para bawahannya, sehingga para bawahan sejalan dan mengikuti pemikiran pemimpinnya tersebut

Pada perusahaan-perusahaan besar, safety briefing dilakukan setiap pagi sebelum karyawan mulai bekerja, dansetiap sore atau malam sebelum pulang. Briefing agi bertujuan untuk membahas rencana kerja serta target-target yang akan dicapai pada hari itu. Briefing sore adalah untuk mengevaluasi kerja dan pencapaian target yang telah dilakukan pada hari itu.

Briefing dilakukan dalam waktu yang bervariasi tergantung kebutuhan. Bisa 10 menit, bahkan mungkin pula selama 1 jam. Lama atau tidaknya suatu briefing tergantung dari faktor urgensi materi ayng dibahas. Namun harus diingat bahwa kunci briefing adalah singkat, padat, dan jelas. Jangan membuang-buang waktu dengan membahas sesuatu hal yang sebenarnya tidak membutuhkan banyak waktu. Hal ini tujuannya adalah agar pekerjaan yang akan dilakukan tidak tertunda pelaksanaannya,dan menghindari kebosanan para bawahan yang menyebabkan mereka menjadi malas untuk mengikuti briefing di hari-hari selanjutnya. Gunakan bahasa komunikasi yang efektif agar

pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik olehpara bawahan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan briefing gagal dilakukan, yaitu:

1. Pemimpin dan karyawan sama-sama tidak berdisiplin dalammenerapkan kebiasaan briefing.

2. Pemimpin terlalu percaya diri dengan kemampuannya sehingga merasa tidak perlu melakukan briefing.

3. Pemimpin merasa kurang percaya diri dan kehilangan ide/materi yang akan disampaikan dalam briefing., sehingga untuk melindungi ketidakpercayaan dirinya tersebut maka briefing ditiadakan.

4. Karyawan atau bawahan menganggap briefing adalah tidak penting, dan merasa tidak ada manfaatnya dalam mengikuti briefing.

Untuk menghindari agar suatu briefing gagal dilakukan adalah dengan cara :

1. Membiasakan briefing. Ini adalah yang paling utama. Pada awalnya menerapkan suatu sistem sangatlah berat, dan mungkin pula banyak penolakan-penolakan dari para bawahan. Namun apabila hal tersebut dipaksakan untuk dilakukan, maka kebiasaan tersebut akan tumbuh dengan sendirinya. Dan pada akhirnya akan timbul suatu keadaan dimana suatu pekerjaan akan kurang jika tidak ada briefing.

2. Pada waktu pelaksanaan briefing, sebaiknya dilakukan dengan suasana yang santai namun penuh perhatian. Tidak perlu bersikap formal dan kaku dalam menyampaikan materi. Cukup dengan bahasa yang biasa saja dan bersuasana kekeluargaan adalah lebih baik. Hal ini bukan saja semakin mendekatkan satu sama lain, akan tetapi juga keadaan organisasi akan menjadi lebih hidup da menyenangkan karena penyampaian ide-ide atau keluhan-keluhan dilakukan secara terbuka.

3. Buat materi briefing yang menarik dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Materi briefing tidak perlu panjang lebar, cukup hal-hal pentingnya saja. Hal ini adalah untuk melindungi kebosanan para bawahan yang ujung-ujungnya adalah menjadi malas untuk mengikuti briefing.

b. Safety Moment

Dimanapun kita berada budayakan keselamatan, keselamatan bukan hanya tanggung jawab kita terhadap diri kita sendiri, tapi juga tanggung jawab kita terhadap orang lain. Keselamatan hanya bisa dicapai bila kita semua saling menjaga dan saling mengingatkan. Untuk mencapainya dibutuhkan ilmu dan pemahaman yang cukup tentang teori keselamatan.

Savety Moment sangat penting dilakukan, karena Savety Moment menunjukan kepekaan kita terhadap hal-hal yang ada disekeliling kita. Savety Moment melatihkan kita untuk selalu menilai

semua hal yang tidak selamat dilakukan. Akibatnya kepekaan kita dalam mengindentifikasi bahaya menjadi terlatih. Keberanian kita menilai sesuatu yang tidak selamat adalah cambuk terhadap alam bawah sadar kita. Savety Momenti adalah menceritakan kembali hal-hal yang yang berhubungan dengan keselamatan dan mengambil pelajaran dari hal tersebut di depan orang lain.

c. Safety P2K3

Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Disebutkan pada pasal 2 (dua) bahwa :

“Tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih, atau tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) tenaga kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3”.

Pada pasal 3 (tiga) disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.

Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara

pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.

Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ialah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3 (berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER 04/MEN/1987).

Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain :

1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.

2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :

a) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.

b) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

c) Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

d) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :

a) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.

b) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

c) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja (PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

d) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.

e) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di perusahaan.

f) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja. g) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

h) Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.

i) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan dan kesehatan kerja.

j) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja. (berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).

k) Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) :

2.5 Kerangka Berfikir

Efektivitas kegiatan komunikasi yang diselenggarakan oleh humas dapat dilihat dari pencapaian tujuan program atau kegiatan yang diselenggarakan

oleh humas itu sendiri. Jadi dalam penelitian ini media internal dapat dikatakan efektif bila saat penelitian komunikasi ini media internal tersebut sukses sebagai sarana yang dipakai oleh humas untuk menyampaikan informasi kepada seluruh karyawan, dan pihak karyawan pun merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan informasi mereka akan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk, kebijakan perusahaan, ataupun informasi-informasi umum menarik lainnya.

Media Internal dapat diartikan sebagai bahan informasi yang diterbitkan secara teratur oleh bagian internal perusahaan atau lembaga pemerintahan. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses produksi dan pengelolaan Media Internal tersebut sebagai tugas pokok dan fungsi dari Humas. Hubungannya dengan komunikasi perusahaan adalah bahwa Media Internal ini diterbitkan untuk mengelola proses penyusunan informasi yang berkaitan dengan berbagai hal profil perusahaan yang dibutuhkan untuk aktivitas Humas internal. Media internal yang digunakan oleh PT. Indonesia Power Suralaya adalah visual management, savety induction, intranet, dan email perusahaan.

Dalam mencapai efektivitas komunikasi media internal dibutuhkan tolak ukur untuk mengukur sejauh mana efektivitas media internal yang digunakan perusahaan berhasil dengan sangat baik. Tolak ukur efektivitas yang digunakan sebagai mana yang dikemukakan oleh Krisyantono (2008 : 69) yang terdiri dari jangkauan pembaca (audience coverage), tanggapan pembaca (audience response), pengetahuan terhadap media (communication impact) dan pengaruh media (process of influence).

Berikut Bagan kerangka pemikiran tentang penggunaan media internal dalam penyampaian pesan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, April 2017 PT.Indonesia Power Suralaya

PENGGUNA MEDIA INTERNAL PT INDONESIA POWER UNTUK

MENDAPATKAN PESAN KERLAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Teori Uses & Gratification (Krisyantono 2008 : 69) 1. Jangkauan Pembaca (Audience Coverage) 2. Tanggapan Pembaca (Audience Response) 3. Pengetahuan Terhadap Media (Communication

Impact)

4. Pengaruh Media (Process of Influence)

Karyawan PT. Indonesia Power

Tercapai Keselamatan dan Kesehatan (K3) Karyawan PT. Indonesia Power

Dokumen terkait