• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA INTERNAL PT INDONESIA POWER UNTUK MENDAPATKAN PESAN KERLAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) OLEH KARYAWAN - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA INTERNAL PT INDONESIA POWER UNTUK MENDAPATKAN PESAN KERLAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) OLEH KARYAWAN - FISIP Untirta Repository"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Kosentrasi Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

Juan Fajar Cahya NIM. 6662111626

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Communication Studies Program University of Sultan Ageng Tirtayasa. 2017.

This study aims to determine the extent to which the Use of PT Indonesia Power Suralaya internal media to obtain work safety and healt (k3) message by emoloyees So there is no Work Accident.

This research was conducted at PT. Indonesia Power Suralaya with Population is all employees of PT. Indonesia Power Suralaya numbered 722 people and the sample amounted to 78 people. This research started from July 2017 until October 2017. The research method used is quantitative method with survey approach, with research instrument that is questionnaire, compiled by researcher and has been tested to measure the validity and reliability of instrument. Measurement of instrument validity using product moment correlation and pearson, while reliability test using spearman brown formula. Analysis of research data used is descriptive analysis percentage of Likert scale. All data processing is done with the help of SPSS for Windows program.

The results of this study can be concluded that in terms of dimensions of Audience Coverage (Audience Coverage) with a score of 100% can be concluded that PT. Indonesia Power Suralaya 100% succeeded in reaching all employees of the company according to the target and target desired by the company in delivering corporate message through Company Internal Media about worker safety and health to fulfill their information requirement. In terms of response of the reader (Audience Response) which amounted to 81.79% can be concluded that the responses of respondents to the company's internal media is very effective. In terms of knowledge of the media (Communication Impact) which amounted to 81.44% can be concluded that the knowledge of respondents to internal media companies about the delivery of messages Safety and Work Accidents (K3) is very effective. In terms of the Influence of Media (Process of Influence) which amounted to 78.85% can be concluded that the effect of the program implementation of publishing the company's internal media to the information needs of respondents is good.

(6)

vi

Karyawan PT. Indonesia Power Suralaya. Skripsi. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas Media Internal dalam Penyampaian Pesan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pegawai Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya Sehingga tidak terjadi Kecelakaan Kerja.

Penelitian ini dilakukan di PT. Indonesia Power Suralaya dengan Populasi adalah seluruh karyawan PT. Indonesia Power Suralaya berjumlah 722 orang dan sampel berjumlah 78 orang. Penelitian ini dimulai dari bulan Juli 2017 sampai dengan bulan Oktober 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan survey, dengan instrument penelitian yaitu angket, yang disusun oleh peneliti dan telah diuji cobakan untuk mengukur validitas dan reabilitas instrument. Pengukuran validitas instrument menggunakan korelasi product moment dan pearson, sedangkan uji reabilitas menggunakan rumus spearman brown. Analisis data penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase skala Likert. Semua proses pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari segi dimensi Jangkauan Pembaca (Audience Coverage) dengan skor sebesar 100% dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Indonesia Power Suralaya 100% berhasil menjangkau keseluruhan karyawan perusahaan sesuai target dan sasaran yang diinginkan perusahaan dalam penyampaian pesan perusahaan melalui Media Internal Perusahaan tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja karyawan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Dari segi Tanggapan pembaca (Audience Response) yang sebesar 81.79% dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggapan responden terhadap media internal perusahaan ini sangat efektif. Dari segi Pengetahuan terhadap media (Communication Impact) yang sebesar 81.44% dapat dirasik kesimpulan bahwa pengetahuan responden terhadap media internal perusahaan tentang penyampaian pesan Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3) sangat efektif. Dari segi Pengaruh Media (Process of Influence) yang sebesar 78.85% dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh program penyelenggaraan penerbitan media internal perusahaan ini terhadap kebutuhan informasi responden sudah baik.

(7)

vii

SWT., karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, beserta ijin-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengguna media internal PT Indonesia Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) kepada kayawan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S1 Ilmu Sosial Kosentrasi Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi.

Skripsi ini mungkin jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk memotivasi penulis dalam penyempurnaan lebih lanjut. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd.,Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, Ketua Prodi Ilmu komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

4. Bapak Darwis Sagita, M.I.kom, selaku dosen pembimbing I yang mengarahkan dan memberikan masukan dalam penelitian ini.

(8)

viii perkuliahan serta Bimbingannya.

7. Staff Tata Usaha Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan pelayanan terbaiknya kepada Mahasiswa.

8. Seluruh karyawan PT. Indonesia Power Suralaya yang telah membantu proses penelitian.

9. Kepada kedua Orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan doanya. 10. Serta rekan-rekan yang telah membantu dan memberi dukungan selama proses

penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi penulis khususya dan bagi para pembaca umumnya.

(9)

ix

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRACT... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Fokus Penelitian, Rumusan Masalah dan Identifikasi

Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian ...

1

11 13 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Komunikasi ... 2.1.1 Pengertian Strategi ... 2.1.2 Tahapan-Tahapan Strategi ... 2.1.3 Pengertian Komunikasi ... 2.1.4 Strategi Komunikasi ... 2.2 Efektivitas ... 2.2.1 Teori Uses and Gratification ...

(10)

x

Indonesia Power ... 2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 2.4.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehaan Kerja (K3) 2.4.2 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja ... 2.4.3 Kecelakaan Kerja ... 2.4.4 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 2.4.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja ... 2.4.6 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) ... 2.4.7 Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001 ... 2.4.8 Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.5 Kerangka Berfikir ... 2.6 Penelitian Terdahulu ...

38 47 47 49 50 52 55 55 57 59 65 68 BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ... 3.3 Lokasi Penelitian ... 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 3.5 Variabel Penelitian ... 3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 3.7 Teknik Analisis Data ... 3.8 Jadwal Penelitian ...

(11)

xi

4.1.2 Visi dan Misi PT. Indonesia Power Suralaya .... 4.1.3 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power ... 4.1.4 Media Internal Indonesia Power ... 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 4.2.1 Data Responden ... 4.2.2 Pengujian Persyaratan Statistik ... 4.2.3 Dimensi Efektivitas Media Internal ... 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...

84 86 87 96 96 101 104 128

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran ...

(12)

xii

Tabel 2.1 Perbandingan Hasil Penelitian ... 69

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 77

Tabel 3.2 Skala Likert ... 81

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 82

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 96

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia... 97

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Status ... 98

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 99

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 100

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Tanggapan Pembaca... 102

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Pembaca ... 103

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Pengaruh Media... 103

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 104

Tabel 4.10 Responden Aktif Secara Rutin Membuka Media Internal Perusahaan... 104

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Kesesuaian Waktu Penerbitan Media Internal Perusahaan ... 105

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Menarik Tidaknya Isi Materi dan Informasi dalam Media Internal Perusahaan ... 107

(13)

xiii

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Minat Menggali Informasi

dari Media Internal Perusahaan ... 113 Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Media Internal Dapat

Menjadi Sumber Informasi Handal Perusahaan ... 115 Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap Kegunaan dan Kefektifan

Media Internal Perusahaan ... 117 Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Kecukupan Isi Media

Internal dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Karyawan

Tentang K3 ... 119 Tabel 4.19 Pengetahuan Responden terhadap Informasi yang Berkaitan

dengan Kegiatan dan Aktivitas Perusahaan dalam Mengatasi

K3 ... 121 Tabel 4.20 Pengetahuan Responden terhadap Informasi yang Berkaitan

dengan Kebijakan Perusahaan dalam Isi Media Internal

Yang Disampaikan ... 123 Tabel 4.21 Pengetahuan Responden terhadap Media Internal dapat

Memenuhi Informasi untuk Meningkatkan Produktifitas

Kerja ... 125 Tabel 4.22 Pengetahuan Responden terhadap Media Internal Dapat

(14)

xiv

Internal Sebagai Sumber Informasi Mengenai Standarisasi

SOP... 129 Tabel 4.24 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Visi dan

Misi Perusahaan Tentang K3 ... 131 Tabel 4.25 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Karyawan tentang SOP K3 ... 133 Tabel 4.26 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap Disiplin

Karyawan dalam Bekerja Berdasarkan Standarisasi SOP... 135 Tabel 4.27 Pengaruh Media Internal Perusahaan Terhadap

(15)

xv

(16)

1 1.1 Latar Belakang

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai ke yang paling berat. (Suma’mur, 1995). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008)

Kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (Tarwaka, 2008) tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan, tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun material, selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.

(17)

partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaan, manusia atau para pekerjanya sendiri, kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja. Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja karena faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (Unsafe Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill), ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability), ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (Biodilly defect), kelelahan dan kejenuhan (Fatique and Boredom), sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Unsafe attitude and Habits), kebingungan dan stres (Confuse and Stress) karena

prosedur kerja yang baru dan belum dipahami dan belum menguasai/belum trampil dengan peralatan mesin-mesin baru (Lack of skill), penurunan konsentrasi (Difficulting in concerting) dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan, sikap masa bodoh (Ignorance) dari tenaga kerja, kurang adanya motivasi kerja (Improper motivation) dari tenaga kerja, kurang adanya kepuasan kerja (Low job satisfaction), sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.

(18)

kesalahan desain mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai. Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) yaitu kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan; lingkungan dan tempat kerja; proses kerja; sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi

Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan saran kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Satu pendekatan yang Holistic (Sederhana dan mudah dipahami secara menyeluruh), Systemic (Secara menyeluruh pada sistem yang ada) dan Interdisiplinary (antar disiplin pada bidang studi) harus diterapkan untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah sedini mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat kesenjangan atau ketidak harmonisan interaksi antara manusia pekerja-tugas/pekerjaan-peralatan kerja.

(19)

modern. Khususnya pada masyarakat yang sedang beralih dari suatu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja(zero accident). Penerapan K3 tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang.

Menurut data dari International Labour Organization (ILO) juga turut mencatat, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia.Di Indonesia sendiri, terdapat kasus kecelakaan yang setiap harinya dialami para buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 30% di antaranya terjadi di sektor konstruksi. (http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id, Diunduh pada Tanggal 11 April 2017, Jam : 651).

(20)

sampai kecelakaan dalam pekerjaan konstruksi. Terdapat empat hal yang membuat kecelakaan kerja tinggi. Pertama, penerapan K3 di perusahaan dan masyarakat rendah. Kedua, penerapan pemeriksaan uji K3 juga rendah. Ketiga, kualitas dan kuantitas pegawai pengawas K3 rendah dan keempat, tugas dan fungsi pegawai pengawas sejak otonomi daerah tidak maksimal. (Muhammad Ashari, http://www.pikiran-rakyat.com, Diunduh Pada Tanggal 11 April 2017, Jam : 07.00).

Secara nasional, angka kecelakaan kerja konstruksi menurut BPJS Ketenagakerjaan, selalu bertengger di angka 32 persen, bersaing ketat dengan industri manufaktur yang juga selalu bertengger di kisaran angka 31 persen. Merujuk data BPJS Ketenagakerjaan, kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada 2016 (hingga November) tercatat 101.367 kejadian dengan korban meninggal dunia 2.382 orang, sedangkan pada 2015 tercatat 110.285 dengan korban meninggal dunia 2.375 orang. (Has, Redaksi Safetynews,

http://isafetynews.com/2017/02/01/kecelakaan-kerja-konstruksi-2017-diprediksi-tetap-tinggi/, diunduh pada tanggal 12 Juni 2017, Jam : 08.45

WIB).

(21)

Disnakertrans mencatat sejumlah angka kecelakaan terjadi. Seperti kecelakaan tenaga kerja yang terjadi di awal 2016 misalnya pada PT Dover Cilegon dan kurang lebih 100 kecelakaan lainnya. (Krisna Widi Arla, http://www.radarbanten.co.id, diunduh pada Tanggal 12 Juni 2017, Jam :

09.12 WIB).

Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya harus memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap semua pegawainya. Sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu sebagai landasan utama adalah Undang – Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

(22)

Energi No 555.K/26/MPE/1995 tentang pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sektor pertambangan.

PT. Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan PT.PLN (Persero) yang dahulunya bernama PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I (PJB I), menjalankan bisnis utama di bidang pembangkitan tenaga listrik Jawa dan Bali dan memasok sekitar 30% dari kebutuhan tenaga listrik pada sistem Jawa-Bali. PT. Indonesia Power memiliki sejumlah unit pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer air, minyak, batubara, panas bumi, gas, dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut ada pula sejumlah pembangkit yang termasuk paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger, dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini dapat dipandang secara kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.

(23)

Dari Annual Report PT. Indonesia Power Suralaya mengenai angka kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dua tahun terakhir diperoleh data bahwa sampai tahun 2016 tidak terjadi kecelakaan kerja. Dari hasil ini dapat dijelaskan bahwa PT. Indonesia Power Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam mensosialisasikan masalah keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan sangat baik. Peran humas di divisi ini sudah berjalan sesuai dengan tugas pokoknya sebagai bagian dari Divisi Keselematan dan Kesehatan Kerja (K3). Humas mampu melakukan komunikasi kepada semua pegawai pabrik tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan kerja.

Komunikasi merupakan hal yang paling fundamental dalam kehidupan manusia, proses komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan manusia, baik dalam lingkungan pribadi atau dalam lingkungan sosial dan melalui komunikasi manusia dapat bertukar informasi dengan manusia lainnya. Komunikasi merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan dan perkembangan dalam masyarakat seperti perubahan dalam bidang politik, sosial, budaya dan ekonomi. Dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi ini pula mengubah masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.

(24)

pesan, proses transmisi dilakukan melalui sejumlah wahana, dan terjadi sejumlah perubahan atau respon terhadap pesan yang disampaikan.

Seperti yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy (2007 : 6)) bahwa komunikasi adalah

Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagai panduan, yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku” (Effendy,2007:60).

PT. Indonesia Power menyadari pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam menjalankan kegiatannya di bidang penyediaan listrik bagi masyarakat yang semakin ketergantungan akan adanya tenaga listrik, dengan terus melakukan berbagai kajian komunikasi yang baik dalam rangka menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Seiring berjalannya waktu dan untuk mengembangkan komunikasi, maka dibuatlah suatu inovasi demi mempertahankan eksistensi dan juga untuk kemajuan serta pengembangan berbagai keamanan di peusahaan. Untuk mencapai sasaran dan tercapainya tujuan perusahaan, diperlukan strategi. Menurut William F Lueck-Lawarence R Jauch :

“Strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan itu dapat di capai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi”.

Dan menurut Kenneth R Andrews mengenai strategi perusahaan dalam buku Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa : “Strategi perusahaan

(25)

merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dikejaroleh perusahaan”. (Alma,2011 : 279).

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan. (Effendy, 2007:32). Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.

Salah satu bentuk inovasi baru yang di keluarkan oleh PT. Indonesia Power dalam melakukan strategi komunikasi kepada seluruh pegawai pabrik agar tidak terjadi kecelakaan kerja adalah dengan melakukan strategi komunikasi melalui media internal yang dimiliki oleh perusahaan baik secara langsung maupun menggunakan teknologi komputer melalui web site. Tujuan dari penggunaan media internal yang dilakukan oleh humas Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mengenalkan dan memberitahukan kepada semua pegawai pabrik mengenai keamanan dan keselamatan dalam bekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

(26)

pegawainya. Karena dengan cara memberikan meningkatkan tingkat keamanan dan komunikasi yang baik terhadap semua pegawai perusahaan.

Sesuai dengan salah satu tujuan dan strategi eksternal dari Humas Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Indonesia Power Suralaya Banten, yaitu menciptakan opini publik dan menarik perhatian publik, menciptakan kondisi yang kondusif bagi setiap pelaksanaan kebijakan perusahaan dan mengoptimalisasi komunikasi dan publikasi perusahaan. Humas Divisi K3 PT. Indonesia Power Suralaya melakukan sosialisasi Keselamaan dan Kesehatan Kerja.

Pada penelitian ini, peneliti ingin menegaskan bahwa Strategi Komunikasi Humas Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Indonesia Power Suralaya Banten melalui Program Sosialisasi yang menjadi fokus penelitian karena ini adalah salah satu inovasi terbaru dalam menghindari kecelakaan kerja. Oleh karena itu dari uraian tersebut di atas itu peneliti tertarik untuk mengambil judul Pengguna media internal PT

Indonesia Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) kepada karyawan”.

1.2 Fokus Penelitian, Rumusan Masalah dan Identifikasi Masalah 1.2.1 Fokus Penelitian

(27)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian lagar belakang masalah, identifikasi masalah, dan fokus penelitian maka rumusaan masalah dalam penelitian ini adalah Sejauh Penggunaan media internal PT Indonesia Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) oleh kayawan Sehingga tidak terjadi Kecelakaan Kerja?

1.2.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian lagar belakang masalah dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut :

a. Sejauh mana Jangkauan Pembaca (Audience Coverage) melalui Media Internal dalam mendapatkan Pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) oleh karyawan Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya?

b. Sejauh mana Tanggapan Pembaca (Audience Response) melalui Media Internal dalam mendapatkan Pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) oleh karyawan Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya?

c. Sejauh mana Pengetahuan terhadap media (Communication Impact) melalui Media Internal dalam mendapatkan Pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) oleh karyawan Pabrik PT. Indonesia Power Suralaya?

(28)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sejauh mana Penggunaan media internal PT Indonesia Power Suralaya untuk mendapatkan pesan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) oleh kayawan Sehingga tidak terjadi Kecelakaan Kerja

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut:

1.4.1 Secara Teoritis

Bagi PT Indonesia Power Suralaya sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sudah baik menjadi lebih baik.

1.4.2 Secara praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman lapangan yang lebih mendalam dan berlatih dalam mengembangkan pola berpikir ilmiah serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.

(29)

14 2.1 Strategi Komunikasi

2.1.1 Pengertian Strategi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang. (Depnikas RI, 2005 : 1092). Atau bisa juga diartikan sebagai rencana yang cerdas mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu. Rencana ini lebih berarti mengenai kiat-kiat dalam menghadapi ancaman dari musuh serta hal yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan perang.

Sejarah awalnya, dikutip dalam buku milik Setiawan Hari Purnomo (2008) bahwa strategi diartikan sebagai generalship. (Purnomo dan Zulkifrimansyah, 2008 : 8). Jika diartikan dalam bahasa Indonesia generalship berarti keahlian militer atau kepemimpinan. Di sini dipahami sebagai segala upaya yang dilakukan oleh para pemimpin, pejuang atau leaderdalam pasukan dengan membuat rencana untuk menghadapi musuh dalam peperangan.

(30)

penulis memahami bahwa dalam strategi terdapat perencanaan dan pengaturan agar tujuan yang diinginkan dapat diraih.

Sedangkan menurut Stephanie K. Marrus yang dikutip dalam buku karangan Husein Umar yang berjudul Strategic Management in Action, strategi didefinisikan sebagai proses penetapan terhadap kiat dari pihak petinggi perusahaan yang disertai dengan merancang cara untuk misi jangka panjang perusahaan agar misi tersebut dapat diraih. (Umar, 2011 : 31). Jadi dari definisi tersebut dapat di mengerti bahwa strategi merupakan misi perusahaan.

Definisi lain dikemukakan oleh Anwar Arifin (2011 : 68), strategi dinyatakan sebagai ‘keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan’. Definisi tersebut penulis pahami bahwa strategi yang akan dijalankan harus dirumuskan tujuannya dengan jelas terutama langkah-langkah apa yang akan diambil untuk mencapai tujuan.

Selanjutnya menurut Basu Swastha, mengemukakan strategi sebagai berikut:

Strategi merupakan satu jenis rencana yang mengkhususkan tujuan organisasi dalam istilah pelayanan yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Ini menggambarkan misi dasar dari organisasi tersebut, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, dan cara-cara pemanfaatan sumber-sumber organisasi untuk mencapai sasarannya (Swastha, 2009: 28).

(31)

menggambarkan misi dasar dari organisasi serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, juga cara-cara pemanfaatan sumber-sumber organisasi untuk mencapai sasarannya.

2.1.2 Tahapan-Tahapan Strategi

Strategi tidak cukup hanya perumusan konsep dan implementasi terhadap strategi tersebut melainkan menurut Fred R. David, dalam strategi juga dibutuhkan evaluasi terhadap strategi yang telah dilakukan berhasil atau tidak.

Dalam teori manajemen strategik milik David mengemukakan tiga tahapan strategi di antaranya :

a. Perumusan Strategi

Perumusan strategi merupakan tahapan pertama dalam strategi. Dalam tahap ini para pencipta, perumus, penkonsep harus berfikir matang mengenai kesempatan dan ancaman dari luar perusahaan dan menetapkan kekuatan dan kekurangan dari dalam perusahaan, serta menentukan sasaran yang tepat

Menghasilkan strategi cadangan dan memilih strategi yang akan dilaksanakan. Dalam perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah di dalam perusahaan. Setelah itu dilakukan analisis tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk keberhasilan menuju tujuan strategi tersebut. (David, 2005 : 3).

(32)

dihasilkan strategi-strategi untuk kemajuan perusahaan. b. Implementasi Strategi

Implementasi strategi, tahapan dimana setelah strategi dirumuskan yaitu pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tersebut berupa penerapan atau aksi dari strategi. (David, 2005 : 3). Strategi yang dimaksudkan adalah strategi yang telah direncanakan pada tahap pertama yaitu perumusan strategi. Pada tahap ini penulis memahami merupakan tahap aksi yang membutuhkan komitmen serta kerja sama dari seluruh divisi dalam perusahaan. Jika komitmen dan kerjasama tidak terjalin dengan baik maka kecil kemungkinan strategi terwujud. Sebab ujung tombak dari strategi adalah kepemimpian perusahaan dan budaya perusahaan yang saling mendukung.

c. Evaluasi Strategi

Tahapan terahkhir ini merupakan tahapan yang diperlukan karena dalam tahap ini keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk penetapan tujuan berikutnya. (David, 2005 : 3). Evaluasi menjadi tolak ukur berhasil atau tidak, sesuai atau tidaknya strategi yang telah diterapkan. Maksudnya dalam tahap evaluasi dari strategi yang telah diaksikan ini adalah tahap yang sangat diperlukan, sebab di tahap ini bisa terlihat bagaimana strategi yang dijalankan telah benar atau masih butuh perbaikan. Misalnya, dari strategi yang direncanakan awal belum tentu pada saat penerapannya situasi serta kondisinya berjalan beriringan. Pasti akan ada suatu halangan yang menghambat meskipun tidak banyak.

(33)

dalam mengevaluasi strategi, di antaranya adalah:

1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Perbedaan yang ada akan menjadi penghalang dalam meraih tujuan yang diharapkan, begitu juga dengan faktor internal seperti aksi dari strategi yang tidak efektif dapat menghasilkan nilai akhir yang tidak sesuai dengan yang ingin diraih. (David, 2005 : 3). Kemudian penulis memahami melakukan tinjauan terhadap faktor luar dan dalam yang menjadi landasan strategi penting dilakukan dalam salah satu tahap mengevaluasikan strategi. Tinjauan dilakukan misalnya dengan melihat apa saja yang mempengaruhi berjalannya strategi seperti faktor internal. Faktor internal dapat dilihat dari bagaimana gaya kepemimpinan perusahaan, dapat membuat pekerjanya nyaman atau tidak yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap keberhasilan strategi. Selain itu contoh dari faktor eksternal sesuai dengan pemahaman penulis dapat diarahkan kepada para pesaing

2. Mengukur prestasi atau membandingkan hasil yang akan diharapkan dengan kenyataan.

(34)

apakah rencana akan mampu untuk dicapai atau hanya sekedar harapan. Mengukur prestasi diri apakah dirasa akan mampu mencapainya atau tidak.

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana.

Dalam proses ini tidak diperuntukkan mengubah strategi yang sudah direncanakan atau tidak lagi menggunakan strategi yang ada. Tindakan korektif ini dianjurkan apabila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan. (David, 2005 : 3). Sikap ini merupakan sikap pembetulan terhadap keganjalan- keganjalan yang terjadi. Sikap ini tidak perlu direalisasikan apabila strategi telah berjalan baik, melainkan sikap ini harus diambil ketika keganjalan itu terlihat. Tindakan korektif itu merupakan sikap peninjauan, pembetulan, pengecekan.

Jadi dari penjabaran di atas penulis memahami bahwa dasar-dasar dalam mengevaluasi strategi itu terbagi menjadi tiga, di antaranya penimbangan ulang terhadap faktor luar dan dalam yang menjadi dasar strategi, kemudian membandingkan hasil yang akan didapat ketika strategi terwujud dengan kenyataannya, dan yang terakhir melakukan pengoreksian untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. 2.1.3 Pengertian Komunikasi

(35)

dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.14 (Effendy. 2007 : 9). Penulis memahami arti kata ‘sama’ di sini dimaksudkan dengan sama makna. Sedangkan dalam ‘bahasa’ komunikasi pernyataan dinamakan

pesan (message). Ada dua pemeran dalam kegiatan komunikasi yaitu orang yang menyampaikan pesan tersebut disebut komunikator dan yang menyampaikan pesannya disebut komunikan. (Effendy. 2007 : 28). Jadi tegasnya penulis memahami komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

Definisi komunikasi banyak dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya menurut Barelson dan Steiner yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, yaitu komunikasi merupakan sebuah penyampaian terhadap informasi, emosi dan ide yang melalui penggunaan tanda-tanda seperti simbol, kata, gambar, dan berbagai macam tanda lainnya. (Rakhmat. 2007: 11). Penulis memahami dari definisi ini komunikasi sebagai suatu pengungkapan terhadap yang ada di pikiran manusia yang dituangkan melalui tanda-tanda.

(36)

Selain itu Shannon dan Weaver dikutip oleh David Cangara dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi juga menyatakan bahwa komunikasi adalah sebuah bentuk interaksi yang dilakukan oleh manusia yang mempengaruhi satu sama lain baik disengaja maupun tidak sengaja. (David. 2013 : 18-19). Maksudnya adalah manusia yang saling mempengaruhi dengan sengaja atau tidak sengaja yang berarti mendadak untuk membentuk sebuah interaksi.

Dari semua definisi di atas, penulis memahami bahwa komunikasi adalah proses interaksi dan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan karena setiap individu yang merupakan mahluk sosial dan setiap mahluk sosial saling membutuhkan. Dalam memenuhi kebutuhan itu terjadilah proses saling interaksi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana hingga yang kompleks sekalipun.

2.1.4 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi menurut Effendy Uchjana (2007 : 301) merupakan percampuran antara perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management)

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi.

(37)

dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan menampilkan pengirim, pesan dan penerima nya pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Arni, 2004 : 65).

Berkaitan dengan dua definisi di atas, penulis memahami bahwa strategi komunikasi merupakan perencanaan taktik, rancangan dan cara yang dipergunakan untuk melancarkan proses komunikasi, memperhati-kan semua bagian yang ada dalam mencapai suatu tujuan yang diinginmemperhati-kan. Maka jika dikaitkan dengan pokok masalah penelitian, strategi komunikasi ini dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.

Menurut Chris Fill (2008 : 256), strategi komunikasi terbagi menjadi tiga teori utama, yaitu yang pertama adalah pull strategy, di mana strategi komunikasi pada bagian ini difokuskan untuk meraih komunikan, yang bertujuan untuk mengarahkan komunikan untuk dapat melihat produk, mempertimbangkan, kemudian masuk ke dalam jaringan perusahaan. Kemudian ada push strategy, strategi komunikasi ini memfokuskan pada kemampuan kinerja karyawannya. Strategi ini mengarahkan pada terwujudnya kekuatan untuk mendorong kesetiaan dan komitmen karyawan.

(38)

pull strategy perusahaan melakukan atau membuat sebuah kegiatan di mana kegiatan itu sebagai ajang pemberitahuan serta promosi kepada komunikan ramai untuk lebih mengetahui produk perusahaan sampai akhirnya pelanggan baru tersebut masuk ke dalam lingkup perusahaan. Kemudianpush strategy, sebagai contoh adalah bentuk kepemimpinannya. Jika perusahaan A dipimpin oleh seorang pemimpin yang ramah, mengenali karyawannya satu persatu dan tidak memberikan jeda antara karyawan dan atasan pasti perusahaan akan lebih baik ketimbang dipimpin oleh seorang yang angkuh dan hanya bisa memerintah tetapi tidak mengenali karyawannya. Selanjutnya adalah profile strategy, contohnya dengan mengadakan jamuan bersama klien yang telah menjadi langganan perusahaan.

(39)

baik maka anak- anak yang menonton akan mengikuti. Ini jelas akan merusak moral masyarakat.

Tujuan strategi komunikasi dituturkan oleh R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya yang berjudul Techniques for Effective Communication, dikutip dari buku milik Onong Uchjana Effendy, yaitu yang pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa penerima pesan mengerti pesan yang diterimanya. Dan apabila sudah dapat mengerti dan menerima, maka yang diterima tersebut itu harus dijalin atau dibina (to establish acceptance). Yang pada akhirnya setelah di mengerti, kemudian dijalin atau dibina, maka selanjutnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action). (Effendy, 2007 : 32).

Strategi komunikasi sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Dalam realitanya melaksanakan strategi komunikasi diperlukan langkah-langkah strategi yang perlu dijalankan. Untuk menyusun langkah-langkah tersebut dibutuhkan suatu landasan pemikiran dengan memperhitungkan konten-konten dalam komponen komunikasi serta faktor pendukung dan penghambat komunikasi. Menurut Anwar Arifin untuk dapat membuat rencana dengan baik maka ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk menyusun strategi

komunikasi, yaitu :

a. Mengenal komunikan, merupakan langkah pertama bagi komunikator

(40)

b. Menyusun Pesan, merupakan langkah kedua setelah mengenal khlayak

dan situasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun pesan yang mampu menarik perhatian para komunikan. Pesan dapat terbentuk dengan menentukan tema atau materi. Syarat utama dalam mempengaruhi komunikan dari komponen pesan adalah mampu membangkitkan perhatian komunikan. Perhatian merupakan pengamatan yang terpusat. Awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi adalah bangkitnya perhatian dari komunikan terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

c. Menetapkan Metode, di dalam dunia komunikasi, metode penyampaian dapat dilihat dari 2 aspek yaitu :

1) Menurut cara pelaksanaannya, yaitu semata-mata melihat komunikasi dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya.

2) Menurut bentuk isi yaitu melihat komunikasi dari segi pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.

Menurut cara pelaksanaannya metode komunikasi diwujudkan dalam bentuk :

(41)

Komunikator dapat memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dalam penyampaian sebelumnya.

2) Metode Canalizing, pada metode ini, komunikator terlebih dahulu mengenal komunikan nya dan mulai menyampaikan ide sesuai dengan kepribadian, sikap-sikap dan motif komunikan.

Sedangkan Menurut bentuk isinya metode komunikasi diwujudkan dalam bentuk :

1) MetodeInformatif, dalam dunia publisistik atau komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informative, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi komunikan dengan jalan (Metoda) memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, diatas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Seperti yang dikutip Jarwoto dalam buku Anwar Arifin “Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar

Ringkas”:

a) Memberikan informasi tentang facts semata-mata, juga facts bersifat controversial, atau

b) Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah suatu pendapat

(42)

dapat diberi kesempatan untuk menilai menimbang-menimbang dan mengambil keputusan atas dasar pemikiran-pemikiran dalam bentuk pernyataan berupa: keterangan, penerangan, berita.

2) Metode Edukatif, diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi pendapat, fakta dan pengalaman yang merupakan kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyampaian isi pesan disusun secara teratur dan berencana dengan tujuan mengubah perilaku komunikan.

3) Metode Koersif, yaitu mempengaruhi komunikan dengan jalan memaksa, dalam hal ini komunikan dipaksa untuk menerima gagasan atau ide oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi pendapat juga berisi ancaman.

4) Metode Persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau dapat komunikan itu dapat terpengaruh secara tidak sadar. d. Seleksi dan Penggunaan Media, penggunaan media merupakan alat

penyalur ide dalam rangka memberikan informasi kepada komunikan. Dalam penyampaian pesan penerapan metode komunikasi harus didukung dengan pemilihan media secara selektif artinya pemilihan media menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi komunikan, secara tekhnik dan metode yang diterapkan. (Arifin 2011:72-86)

(43)

Effendy (2007 : 32), mengemukakan bahwa strategi komunikasi memiliki fungsi menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Dengan perencanaan strategi komunikasi yang matang maka diharapkan kita bisa mendapatkan rasa saling pengertian sehingga tujuan yang diharapkan dari strategi komunikasi dapat dicapai.

Dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Apabila strategi komunikasi tersebut berhasil dilakukan dan tujuan yang dicapai maka komunikasi yang terjadi sudah efektif karena terjadi saling pengertian antara komunikator dan komunikan dimana apa yang diharapkan dan diinginkan oleh komunikator dapat mengubah sikap komunikannya.

(44)

secara efektif tidak dapat dipungkiri banyak ditentukan oleh strategi komunikasi.

Strategi komunikasi tidak lepas dari proses perencanaan atau langkah yang menggunakan pesan dan media. Pesan adalah suatu gagasan atau ide yang telah dituangkan ke dalam lambang untuk disebarkan atau diteruskan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tulisan yang dikirimkan dari satu orang ke orang lainnya. Pesan dapat menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin. Secara umum, jenis pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal dan non-verbal.

Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya. Sedangkan, pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul.

(45)

media cetak yang terdiri dari koran, majalah, spanduk, pamflet,dll. Media elektronik yang terdiri dari radio, internet, dan televisi. Masing-masing media memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing yang juga dapat menjadi karakteristik khusus dari media tersebut.

2.2 Efektivitas

Efektivitas dapat diartikan sebagai dampak aau semua jenis perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima suatu pesan dari suatu sumber Perubahan tersebut meliputi perubahan sikap, perubahan pengetahuan, dan perubahan perilaku nyata, (Sendjaja,2004 : 211-212). Definisi lain secara umum menurut Hardjana adalah :

1. Mengerjakan hal-hal yang benar, sesuai yang seharusnya diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya.

2. Mencapai tingkat di atas pesaing, mampu menjadi terbaik dengan lawan yang lain sebagai yang terbaik.

3. Membawa hasil, apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil yang bermanfaat.

4. Menangani tantangan masa depan, semua yang telah direncanakan dan hasil yang bermanfaat bagi masa depan.

5. Meningkatkan keuntungan atau laba, hasil yang diperoleh memberi keuntungan atau laba.

6. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya, sumber daya yang dipakai telah optimal digunakan sampai tingkat maksimum.

(Harjana, 2000 : 24).

(46)

Efektivitas dapat diukur dengan melakukan evaluasi terhadap media pesan yang akan di sampaikan kepada. Adapun kriteria yang digunakan dalam efektivitas komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Penerima atau pemakai pesan (receiver or user): penerima pesan vs penerima yang dituju. Penerima pesan merupakan obyek yang diharapkan untuk menerima pesan tersebut.

2. Isi (content): yang diterima / yang tersalur vs yang dimaksudkan Isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.

3. Ketepatan waktu (timing): sesuai jadwal vs menyimpang jadwal Pesan yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya. Artinya penyampaian pesan tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi.

4. Media komunikasi (media): saluran yang digunakan vs saluran yang dimaksud. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan.

5. Format pesan (format): struktur yang diterima vs yang dikirim Terdapat kesesuaian format antara yang dimaksudkan oleh pengirim dengan penerima.

6. Sumber pesan (source): orang yang melakukan vs yang bertanggung jawab artinya ada kejelasan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga pesan yang disampaikan akurat. (Harjana, 2000 : 23-24).

Komunikasi yang efektif untuk seorang karyawan dapat dipengaruhi oleh 5 (lima) pesan, yaitu:

1. Keterbukaan (openess), yaitu menunjukkan adanya sikap saling terbuka diantara pelaku komunikasinya

2. Empati (empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain

3. Kepositifan (positiveness), yaitu sikap yang positif terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain

4. Dukungan (supportiveness), yaitu sikap pelaku komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi tersebut

5. Kesamaan (equality), yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berkomunikasi.

(47)

Berdasarkan teori uses and gratification) yang diperkenalkan oleh Elihu Katz, Saverin dan Tankard tolak ukur efektifitas adalah sebagai berikut :

1. Audience Coverage(Jangkauan Pembaca)

Berapa banyak khalayak yang dapat diterpa atau dijangkau pesan-pesan kampanye humas. Di sini pentingnya pemilihan media (media planning) agar dapat menjangkau khalayak sasaran dengan efektif. 2. Audience Response(Tanggapan Pembaca)

Kampanye humas akan efektif bila khalayak merespons secara positif. Artinya, kampanye humas mampu mendorong partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan. Ada ”sense of belonging” dari khalayak terhadap perusahaan. Diharapkan opini yang muncul dari khalayak (public) terhadap organisasi adalah positif ataufavourable.

3. Communication Impact(Pengetahuan terhadap media)

Sejauh mana pesan-pesan komunikasi yang menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif (pengetahuan/pemikiran) khalayak dengan melihat pengetahuan khalayak terhadap media tersebut. Karena itu proses komunikasi harus dapat membantu menyebarkan pesan dan informasi yang dapat dimengerti dan dipahami komunikan sasaran.

4. Process of Influence(Pengaruh media)

Artinya proses persuasi yang dilakukan humas harus terkesan alamiah dan sewajarnya. Proses pengaruh ini janganlah menggunakan berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan komunikan.

(48)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka efektivitas kegiatan komunikasi yang diselenggarakan oleh humas dapat dilihat dari pencapaian tujuan program atau kegiatan yang diselenggarakan oleh humas itu sendiri. Jadi dalam penelitian ini media internal dapat dikatakan efektif bila saat penelitian komunikasi ini media internal tersebut sukses sebagai sarana yang dipakai oleh humas untuk menyampaikan informasi kepada seluruh karyawan, dan pihak karyawan pun merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan informasi mereka akan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk, kebijakan perusahaan, ataupun informasi-informasi umum menarik lainnya.

2.3 Media Internal

2.3.1 Pengertian Media Internal

Pengertian Media menurut Tony Greener adalah merupakan jalur penting dalam kegiatan-kegiatan humas atauPublic Relations. (Grener, 2003 : 23). Istilah media internal atau jurnal internal memiliki bermacam-macam padanan, mulai dari buletin, majalah, surat kabar, newsletter, sampai Koran dinding perusahaan. Semua istilah tersebut mengacu pada suatu bentuk terbitan dari suatu perusahaan atau lembaga pemerintahan yang sengaja dibuat dalam rangka mengadakan komunikasi dengan publik.

(49)

Pengertian Media Internal secara luas dapat diartikan sebagai bahan informasi yang diterbitkan secara teratur oleh bagian internal perusahaan atau lembaga pemerintahan. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses produksi dan pengelolaan Media Internal tersebut sebagai tugas pokok dan fungsi dari Humas.

Hubungannya dengan komunikasi perusahaan adalah bahwa Media Internal ini diterbitkan untuk mengelola proses penyusunan informasi yang berkaitan dengan berbagai hal profil perusahaan yang dibutuhkan untuk aktivitas Humas internal.

Pada suatu organisasi atau perusahaan, Media Internal yang berupa newsletter, buletin, majalah atau koran terbatas merupakan wadah usaha yang mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan memproduksi informasi untuk dijadikan informasi tercetak.

Media Internal informasi tercetak dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Humas dengan para karyawan, para pemimpin, dan anggota. Hal ini disebabkan oleh kelancaran penyelenggaraan proses pengelolaan informasi yang dibutuhkan melalui informasi yang terekam dalam media informasi tercetak.

Fungsi Media Internal menurut Rosady Ruslan adalah sebagai berikut : 1. Sebagai media hubungan komunikasi internal dan eksternal yang

(50)

2. Sebagai ajang komunikasi khusus antara karyawan, misalnya ucapan selamat ulang tahun, informasi kelahiran bayi dan keluarga karyawan, adanya pegawai atau pendatang baru (new comer), kegiatan olah raga, wisata, keagamaan, program kesehatan, dan hingga berita duka cita serta kegiatan sosial.

3. Sebagai sarana media untuk pelatihan dan pendidikan dalam bidang tulis-menulis bagi karyawan, serta staf Public Relations yang berbakat atau berpotensi sebagai penulis ilmiah populer.

4. Terdapat nilai tambah (value added) bagi departemen Public Relations untuk menunjukkan segi kemampuan dalam upaya menerbitkan media khusus, media internal yang bermutu, kontinyu, terbit secara berkala dan teratur, dengan penampilan yang professional baik kualitas maupun kuantitas berita, lay out, isi halaman, susunan redaktur, gambar (photo essay), yang ditata dengan bagus dan lebih menarik serta cover atau seninya (arts) serta tata warna dan sebagainya

(Ruslan, 2008 : 186).

Adapun bentuk-bentuk media internal cukup bervariasi yaitu sebagai berikut :

1. Bulletin: sebuah buletin sebagai media komunikasi regular antara seorang pimpinan dengan bawahannya di lapangan. Terbit secara mingguan. Biasanya buletin berisikan berita perusahaan dan pokok-pokok berita umum.

2. Newsletter: berisi pokok-pokok berita yang diperuntukkan bagi pembaca yang sibuk.

3. The Magazine: berisikan tulisan berbentuk feature, artikel dan gambar, foto, diterbitkan setiap bulan atau triwulan.

4. The Tabloid Newspapper: mirip surat kabar populer (umum) dan berisikan pokok-pokok berita yang sangat penting, artikel pendek, dan ilustrasi. Diterbitkan mingguan, dwimingguan, bulanan, atau setiap dua bulan sekali.

5. The Wall Newspapper: bentuk media komunikasi staff atau karyawan di satu lokasi pabrik, perusahaan, atau pasar swalayan. Di Indonesia biasa dikenal dengan surat kabar atau majalah dinding. (Soemirat, 2005 : 23).

Pada siklus atau alasan perancangan pembuatan media internal mencakup dua aspek, yaituFact Findingdan Identifikasi Masalah.

1. Fact Finding

(51)

Setelah data dan fakta terkumpul, baru kemudian diidentifikasi dengan memilah atau mengkategorikannya.

(Soemirat, 2005 : 27).

Fact Finding dan Identifikasi Masalah ini merupakan latar belakang perlunya sebuah media internal. Dengan alasan tidak bahwa informasi tidak sampai ke bawah dengan tatap muka, dan umpan balik pun tidak sampai juga dari karyawan kepada pimpinan, maka dibutuhkanlah jembatan komunikasi dalam bentuk media internal ini, (Soemirat, 2005 : 27).

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan Media Internal adalah sebagai berikut :

1. Readers(pembaca)

Humas harus mengetaui siapa yang menjadi target atau sasaran pembacanya karena pembaca akan menentukan gaya dan isi penerbitan.

2. Quantity(eksemplar, tiras/oplah)

Jumlah eksemplar atau tiras yang diterbitkan harus disesuaikan dengan jumlah pembaca. Tiras akan mempengaruhi cara produksi, kualitas bahan, dan isi.

3. Frequency(waktu terbit dan edisi)

Melalui fasilitas dan biaya yang ada, dapat ditentukan waktu edisi terbitnya, apakah mingguan, bulanan, dwibulanan, dan sebagainya. 4. Policy(kebijakan redaksi)

(52)

sehingga tercapai sasaran yang hendak dicapai dalam memelihara dan meningkatkan citra positif.

5. Title(nama)

Humas merancang nama dan mendesain logo media internal ini. Nama harus mencerminkan kekhasan dan memiliki karakteristik tersendiri, mudah diingat, dan komunikatif.

6. Proses percetakan

Proses percetakan ini ditentukan oleh faktor-faktor antara lain bentuk dan lebar media internal, jumlah eksemplar/tiras, penggunaan warna, dan jumlah gambar atau foto yang akan dipasang dalam media internal.

7. Style(format, gaya, bentuk)

Hal-hal yang mempengaruhi style media internal adalah ukuran halaman, berapa banyak kolom, tipografi, ilustrasi, keseimbangan berita,feature, dan artikel.

8. Free issue

Ada dua pendapat mengenai ini, media internal tidak boleh dijual, tapi ada juga yang berpendapat jika ingin dinilai lebih tinggi, media internal ini dihargakan/dijual. Semua ini tergantung sejauh mana media internal ini mewakili kepentingan, baik top manajemen, karyawan, atau pelanggan.

(53)

Media Internal mampu menyerap iklan. Hal ini tergantung pada karakteristik pembaca dan jumlah tiras yang dimiliki Media Internal agar bisa menarik pemasang iklan

10.Distribution(sirkulasi)

Dalam mendistribusikan media internal harus memperhitungkan aktualitas penerbitan. Penyampaiannya bisa dikirim melalui kurir, maupun via pos.

11. Sirkulasi(Distribution)

Dalam mendistribusikan jurnal internal harus diperhitungkan aktualitas penerbitan. Penyampaian jurnal internal bisa dikirim melalui kurir (ditangani sendiri), via pos, atau digabung dengan sirkulasi pers komersial.

(Soemirat, 2005 : 24-26).

2.3.2 Media Internal dalam Penyampaian Pesan PT. Indonesia Power a. Visual Management

Visual Management adalah manajemen untuk membuat segala sesuatu di tempat kerja kita menjadi jelas. Dengan Visual management, kita hanya perlu berjalan ke area kerja dan hanya dengan melihat sekilas, akan diketahui apakah semuanya sudah bekerja sebagaimana mestinya ataukah tidak.

(54)

supervisor ataupun manajer (yang biasanya saling tunjuk hidung ketika ditanya pertanyaan sederhana).

Visual Management membuat kita mampu mengetahui bagaimana tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. Teknik komunikasi PT. Inonesia Power berlandaskan (dan sangat membutuhkan) Visual Management untuk mencegah adanya kecelakaan kerja. Seluruh tingkatan manajemen dan semua yang terlibat dalam proses keselamatan dan kesehatan kerja harus terlibat dalam rangka keselamaan dan kesehaan kerja.

Jika informasi mengenai keselamatan dan kesehatankerja, yang berhbungan dengan prosedur dan standar kerja, tidak terlihat dengan mudah dan jelas, maka yakinlah bahwa kecelakaan kerja di perusahaan akan terjadi. Oleh karena itu implementasi Visual Management dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja perlu dipergunakan. Untuk mudahnya, sebut saja 5S dan TPM yang berdasarkan paradigma “membuat tempat kerja disekitar kita sangat visual”.

b. Safety Induction

(55)

Tujuan dari savety induction adalah :

1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya K3 di bekerja.

2. Memberikan informasi terbaru tentang kondisi kerja sebab kondisi dalam kerja bisa berubah setiap hari.

3. Memberikan pemahaman tentang peraturan yang berlaku dan sanksi apa yang diberikan jika melanggar peraturan di perusahaan. 4. Memberikan informasi tentang prosedur kerja yang ada di wilayah

kerja tersebut.

Dan masih banyak lagi yang lainnya. Intinya induksi safety dilakukan untuk menghindarkan seseorang dari kecelakan saat memasuki wilayah pertambangan. Yang berhak mendapatkan Induksi Safety adalah :

1. Karyawan baru di suatu perusahaan, karena pada umumnya karyawan baru sama sekali belum mengetahui kondisi perusahaan, walaupun karyawan baru ini telah memiliki pengalaman, tetap harus di beri induksi saat berada di perusahaan baru.

2. Seseorang bukan karyawan yang mendapat ijin untuk memasuki wilayah kerja, maka sebelumnya harus diberikan induksi terlebih dahulu.

(56)

dilakukan karena kondisi dalam lingkungan kerja sudah banyak berubah selama dia pulang cuti.

Safety induksi biasa dilakukan pada saat karyawan baru hendak mengurus Kimper atau Mine Permit (Semacam ID Card) baru di perusahaan. Kimper sendiri diperuntukkan bagi karyawan yang nantinya akan diberikan ijin untuk mengendarai unit atau alat berat (sesuai dengan SIM dan keahlian karyawan tersebut mengemudi) di area kerja (Operator, Driver DumpTruck, Foreman, supervisor up, dll).

Sedangkan Mine permit diperuntukkan bagi karyawan umumnya. Karyawan yang mempunyai mine permit namun tidak memiliki kimper tetap tidak diperbolehkan mengendarai unit atau alat berat sendiri (staff kantor, adm, dll). Selama Karyawan baru belum mendapatkan Kimper atau Mine Permit, karyawan tersebut akan diberikan ID Card Visitor dan masih belum dibolehkan mengendarai unit di area kerja.

(57)

Keuntungan Dari Induksi Safety yang diberlakuka adalah sebagai berikut :

1. Seseorang lebih memahami tentang pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) saat berada di wilayah kerja.

2. Mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi dalam perusahaan. 3. Lebih memahami potensi bahaya yang mungkin terjadi di dalam

wilayah perusahaan dan memahami bagaimana cara mengatasinya 4. Meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan saat berada

dalam wilayah perusahaan.

Apapun bidang pekerjaan yang kita jalani sekarang sangat penting untuk memahami pekerjaan tersebut. Dengan begitu kita bisa memahami potensi-potensi bahaya apa saja yang mungkin ditimbulkan dari pekerjaan kita. Jika kita mengetahui itu semua, maka kita bisa meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya yang ada dari pekerjaan yang kita lakukan. Tetaplah bekerja dengan selamat, sehat, dan aman.

c. Intranet

(58)

dihubungkan pada suatu daerah atau lokasi tertentu. Intranet memaksimalkan penggunaan LAN tersebut dengan menambahi kemampuan-kemampuan Internet kedalamnya

(59)

tidak perlu untuk mencetak dokumen itu. Administrator network bisa menaruh file-file program yang bisa digunakan oleh karyawan pada suatu folder bersama, sehingga dapat di-download oleh yang memerlukannya. Para pegawai atau departemen yang ingin " mengiklankan diri " juga bisa melakukannya melalui Intranet.

Beberapa perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi intranet sebagian besar menggunakannya untuk :

1) Mengakses Prosedur dan Manual 2) Mengakses Data-data penting 3) Mengirimkan Halaman Web Pribadi 4) Mengirimkan Lamaran Pekerjaan Internal 5) Memeriksa dan menyetujui dokemen 6) Mengakses Informasi Pegawai 7) Membuat Jadwal

8) Mengakses DataBase

Beberapa keistimewaan yang bisa diberikan oleh intranet untuk perusahaan diantaranya adalah :

1) Dapat mengakses informasi terbaru perusahaan dengan cepat dan mudah

2) Saling berkomunikasi antar karyawan, tidak peduli dengan lokasi fisik tempat karyawan tersebut berada

3) Dapat berkolaborasi mengerjakan satu dokumen bersama-sama dari komputernya masing-masing

(60)

5) Melakukan rapat dari komputernya masing-masing tanpa harus meninggalkan tempat kerja

6) Berkonferensi audio dan video melalui komputer, dan sebagainya d. Melalui Email Setiap Karyawan

mail (electronic mail) adalah surat dalam bentuk elektronik. E-mail merupakan salah satu fasilitas atau aplikasi internet yang paling banyak digunakan dalam hal surat-menyurat. Hal ini dikarenakan e-mail merupakan alat komunikasi yang murah, cepat, dan efisien. Menggunakan e-mail memungkinkan kita untuk mengirimkan pesan dalam bentuk surat ke seluruh dunia dalam waktu yang sangat cepat dan biaya yang murah. E-mail yang dikirimkan akan sampai ke alamat yang dituju sesaat e-mail tersebut dikirimkan. Biaya yang dikluarkan pun hanyalah biaya untuk mengakses internet pada saat kita mengirimkan/membuka untuk menerima e-mail tersebut. Komunikasi menggunakan e-mail dilakukan dengan cara mengaktifkan pesan yang akan kita kirim pada software yang dikhususkan untuk keperluan ini, misalnya Microsoft Outlook.

Manfaat/kegunaan e-mail 1) Media komunikasi

E-mail atau surat elektronik adalah media komunikasi yang biasa dilakukan secara persoal atau umum (komunitas).

2) Media pengiriman

(61)

dengan menggunakan e-mail anda bisa mengirimkan data ke banyak orang hanya dalam hitung menit bahkan detik.

3) Efektif, efisien, dan murah

Melakukan pengiriman data melalui e-mail sangat efektif, efisien, dan murah. Maksudnya, anda tidak perlu keluar rumah dan pergi ke kantor pos hanya untuk mengirim foto atau lamaran pekerjaan. Cukup melalui koneksi internet dan alamat e-mail anda, pengiriman akan cepat sampai ke alamat tujuan dan tidak perlu biaya mahal.

4) Media promosi

Jika anda bisa memiliki usaha di internet atau bisnis online, anda bisa mengirimkan promosi produk ke para pelanggan anda dengan memanfaatkan daftar e-mail pelanggan yang ada.

5) Media informasi

Melalui e-mail, anda bisa mendapatkan informasi-informasi terbaru dari seluruh dunia yang anda inginkan dengan cara menjadi pelanggan informasi dari media yang anda tentukan.

6) Membuat blog atau website

Dengan e-mail anda bisa membuat blog dan website. 7) Sosial media

(62)

2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.4.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehaan Kerja (K3)

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja. Rijuna Dewi (2006 dalam Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Volume 7:44).

Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

b. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. c. Menurunnya biaya–biaya kesehatan dan asuransi.

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa kepemilikan.

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.

(63)

Menurut Robiana Modjo (2007, dalam Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi,Volume 7:45) menjelaskan mengenai manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain:

a. Pengurangan Absentisme.

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera atau sakit akibat kerja pun semakin berkurang.

b. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.

Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar – benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera dan sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.

c. PenguranganTurnoverpekerja.

Perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa pihak manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak mau keluar dari pekerjaannya.

d. Peningkatan Produktivitas.

(64)

2.4.2 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit kerja di kalangan pegawai sesuai dengan kondisi perusahaan (Ibrahim J.K., 2012:45). Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi:

a. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya terlihat keadaan finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

b. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal di maksudkan setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan–kesepakatan.

c. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang keselamtan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

Gambar

Gambar 2.1Kerangka Pemikiran
Table 2.1Perbandingan Hasil Penelitian
Tabel 3.1Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alamat Perusahaan : Jl Sunan

Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa sesuai dengan alat analisis dari indikator efektivitas yaitu, seperti kejelasan tujuan yang

Adapun materi yang dibahas adalah [a] hakikat keindahan dan seni (korelasi dengan filsafat: estetika & filsafat seni, tokoh, sejarah perkembangan, estetika kontemplatif,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan pipa aluminium, stainless steel, dan tembaga pada pemanasan bahan bakar dan penambahan etanol pada

Sama halnya dengan penelitian pada umumnya, rancangan penelitian sosial sekurang-kurangnya mempunyai ruang lingkup yang terdiri atas penentuan judul

Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Emosional Pada Anak.. Remaja Di Desa Penaruban Kecamatan Kaligondang Kabupaten

Psikologis , Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari. kanak-kanak menjadi

1) Hindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi. 2) Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki daerah longsoran. 3) Bantu