• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Prosedur Pengembangan Buku Panduan Permainan Tradisional Anak

Peneliti menggunakan prosedur pengembangan model ADDIE meliputi Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Berikut ini peneliti memaparkan hasil penelitian menurut langkah pengembangan model ADDIE.

a. Analysis (Analisis)

Analisis merupakan tahap pertama langkah model ADDIE, peneliti melaksanakan 4 (empat) bentuk analisis meliputi, analisis kurikulum, analisis kompetensi, analisis kebutuhan, dan analisis karakteristik peserta didik melalui kegiatan observasi dan wawancara. Pertama, analisis kurikulum yaitu analisis yang dilakukan dengan mengamati kurikulum yang diterapkan di sekolah agar pengembangan produk dapat sesuai dengan program yang dilaksanakan di sekolah. Kedua, analisis kompetensi yaitu analisis yang dilakukan dengan mengamati kompetensi yang diterapkan di sekolah agar pengembangan produk sesuai dengan kemampuan yang diharapkan dan dapat dicapai oleh peserta didik. Ketiga, analisis kebutuhan yaitu analisis yang dilakukan dengan menganalisis ketersediaan bahan ajar berupa materi, media, dan buku yang digunakan guru sehingga peneliti dapat mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan guru dan peserta didik. Keempat, analisis karakteristik peserta didik yaitu analisis yang dilakukan dengan mengamati karakteristik peserta didik (sikap dan kesulitan belajar) sehingga produk yang dikembangkan dapat diterapkan sesuai karakteristik peserta didik. Hasil observasi dan wawancara guru digunakan sebagai bahan pertimbangan penyusunan produk agar sesuai kebutuhan guru dan peserta didik.

Analisis pertama yaitu analisis kurikulum, analisis dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara di dua sekolah yang berbeda yaitu dengan guru kelas II A dan II B dari sekolah pertama yang beralamat kan di Jl. Cempaka Blok CT10, Manggung, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 serta guru kelas II dari sekolah kedua yang beralamat kan di Jl. Gambir No.6 B, Karang Gayam, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Observasi pertama kali dilaksanakan pada Rabu, 27 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II A dengan Ibu Desi Chandra Rismi, S. Pd. beserta 31 peserta didik. Sedangkan kegiatan wawancara dilakukan pada saat istirahat. Observasi kedua dilaksanakan pada hari yang sama seusai istirahat yaitu pukul 10.00-11.40 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II B dengan Ibu Rias Winanti, S. Pd. beserta 31 peserta didik. Kegiatan wawancara dilakukan seusai kegiatan belajar mengajar pada hari itu. Observasi ketiga dilaksanakan pada Kamis, 28 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II dengan Ibu Dwi Susanti, S. Pd. beserta 10 peserta didik. Sedangkan kegiatan wawancara dilakukan seusai kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di 3 (tiga) guru, semua guru sepakat mengatakan bahwa kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut adalah kurikulum 2013 edisi revisi 2017 dan guru menggunakan buku guru kurikulum 2013 edisi revisi 2017 untuk kelas II.

Analisis kedua yaitu analisis kompetensi, analisis dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara di dua sekolah yang berbeda yaitu dengan guru kelas II A dan II B dari sekolah pertama yang beralamat kan di Jl. Cempaka Blok CT10, Manggung, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 serta guru kelas II dari sekolah kedua yang beralamat kan di Jl. Gambir No.6 B, Karang Gayam, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Observasi pertama kali dilaksanakan pada Rabu, 27 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II A dengan Ibu Desi Chandra Rismi, S. Pd. beserta 31

peserta didik. Sedangkan kegiatan wawancara dilakukan pada saat istirahat. Observasi kedua dilaksanakan pada hari yang sama seusai istirahat yaitu pukul 10.00-11.40 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II B dengan Ibu Rias Winanti, S. Pd. beserta 31 peserta didik. Kegiatan wawancara dilakukan seusai kegiatan belajar mengajar pada hari itu. Observasi ketiga dilaksanakan pada Kamis, 28 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II dengan Ibu Dwi Susanti, S. Pd. beserta 10 peserta didik. Sedangkan kegiatan wawancara dilakukan seusai kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di 3 (tiga) guru, semua guru sepakat mengatakan bahwa buku yang diterapkan oleh guru merupakan buku guru kurikulum 2013 edisi revisi 2017. Di dalam buku guru tersebut terdapat tema yang diajarkan oleh guru yaitu tema 5: Pengalaman ku. Pada tema 5 memuat kompetensi dasar 3.6 dan 4.6 yaitu menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak) berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, materi yang dipelajari pada tema 5 yaitu pengukuran satuan panjang baku.

Analisis ketiga yaitu analisis kebutuhan, analisis dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara di dua sekolah yang berbeda yaitu dengan guru kelas II A dan II B dari sekolah pertama yang beralamat kan di Jl. Cempaka Blok CT10, Manggung, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 serta guru kelas II dari sekolah kedua yang beralamat kan di Jl. Gambir No.6 B, Karang Gayam, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Observasi pertama kali dilaksanakan pada Rabu, 27 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II A dengan Ibu Desi Chandra Rismi, S. Pd. beserta 31 peserta didik. Berdasarkan dari hasil observasi di kelas, peneliti menemukan bahwa guru belum menggunakan media saat mengajar materi pengukuran satuan panjang serta guru terpaku pada penggunaan papan tulis dan spidol. Selain itu, guru menerapkan metode ceramah kepada peserta didik sehingga pembelajaran terkesan monoton. Di dalam kelas juga tidak ada buku

panduan tentang permainan tradisional tetapi di kelas terdapat media permainan tradisional yaitu dakon.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan wawancara terhadap guru kelas pada saat istirahat. Berdasarkan wawancara, guru mengatakan bahwa media yang digunakan guru berupa LCD Projector. Guru juga mengaku belum pernah menggunakan buku panduan permainan tradisional dalam pembelajaran matematika. Namun, guru pernah menerapkan media permainan tradisional berupa dakon untuk mengajak peserta didik belajar pembagian menggunakan media tersebut. Selain itu, guru juga pernah mengajak anak untuk bermain permainan tradisional yaitu pasar kelas untuk mengenal nilai mata uang. Guru berpendapat apabila permainan tradisional digunakan dalam pembelajaran matematika, dirasa baik karena dapat mengasah kegiatan sosial dan sebagai variasi pembelajaran agar tidak membosankan.

Observasi kedua dilaksanakan pada hari yang sama seusai istirahat yaitu pukul 10.00-11.40 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II B dengan Ibu Rias Winanti, S. Pd. beserta 31 peserta didik. Berdasarkan dari hasil observasi di kelas, peneliti menemukan bahwa guru belum menggunakan media saat mengajar materi pengukuran satuan panjang serta guru terpaku pada penggunaan papan tulis dan spidol. Selain itu, guru menerapkan metode ceramah kepada peserta didik sehingga pembelajaran terkesan monoton. Di dalam kelas juga tidak ada buku panduan tentang permainan tradisional dan media permainan tradisional.

Hasil observasi juga diperkuat dengan wawancara terhadap guru kelas seusai kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan wawancara, guru mengatakan bahwa media yang digunakan yaitu gambar pada buku dan stick es krim berisi soal perkalian yang diberikan kepada peserta didik secara agak untuk melatih keterampilan berhitung. Hal ini bertujuan karena keterampilan berhitung berkaitan dengan materi mengubah satuan panjang baku. Guru memaparkan bahwa belum pernah menggunakan buku panduan permainan tradisional dalam pembelajaran matematika. Namun, guru pernah menggunakan permainan tradisional untuk belajar matematika yaitu pasar

kelas pada materi mengenal nilai mata uang. Berdasarkan pendapat guru bahwa permainan tradisional bermanfaat dalam pembelajaran yaitu dengan permainan tradisional peserta didik menjadi lebih bersemangat dan senang saat mengikuti pembelajaran dan dapat mengasah kemampuan sosial peserta didik.

Observasi ketiga dilaksanakan pada Kamis, 28 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II dengan Ibu Dwi Susanti, S. Pd. beserta 10 peserta didik. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di kelas oleh peneliti, guru menggunakan media saat belajar materi pengukuran yaitu penggaris dan meteran jahit. Guru menerapkan metode berdiskusi kepada peserta didik dan mengajak peserta didik untuk bermain-belajar. Peneliti tidak menemukan buku panduan tentang permainan tradisional di kelas dan media permainan tradisional.

Wawancara dilakukan seusai kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil wawancara, guru mengatakan bahwa media yang digunakan berupa alat ukur baku seperti, penggaris, meteran jahit, dan jangka sorong. Media tersebut digunakan guru untuk menunjukan kegunaan alat ukur baku. Guru juga menyampaikan bahwa belum pernah menggunakan buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika tetapi guru pernah menerapkan permainan tradisional. Permainan tradisional yang diterapkan dalam pembelajaran matematika yaitu pasar kelas untuk belajar mengenal nilai mata uang. Berdasarkan pendapat guru bahwa permainan tradisional dapat digunakan sebagai referensi mengajar dan dapat diterapkan dalam pembelajaran agar tidak membosankan.

Analisis ketiga yaitu analisis karakteristik peserta didik, analisis dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara di dua sekolah yang berbeda yaitu dengan guru kelas II A dan II B dari sekolah pertama yang beralamat kan di Jl. Cempaka Blok CT10, Manggung, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 serta guru kelas II dari sekolah kedua yang beralamat kan di Jl. Gambir No.6 B, Karang Gayam, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Observasi pertama kali

dilaksanakan pada Rabu, 27 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II A dengan Ibu Desi Chandra Rismi, S. Pd. beserta 31 peserta didik. Berdasarkan dari hasil observasi di kelas, peneliti menemukan bahwa peserta didik mengalami kesulitan mengubah satuan panjang (perkalian dan pembagian). Hal tersebut disebabkan karena peserta didik belum lancar berhitung pada operasi hitung perkalian dan pembagian. Peserta didik kurang aktif saat pembelajaran karena sebagian peserta didik yang terlihat menjawab pertanyaan dari guru.

Sementara, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru saat istirahat untuk memperkuat hasil observasi. Berdasarkan hasil wawancara, Kesulitan yang dihadapi guru saat mengajar materi matematika yaitu pengukuran satuan panjang baku yaitu menjelaskan kepada peserta didik mengenai konsep mengubah satuan panjang karena peserta didik kesulitan untuk memahami konsep tersebut. Guru memaparkan bahwa peserta didik memiliki kendala saat mengikuti pembelajaran yaitu kurangnya minat dan motivasi belajar serta peserta didik kurang lancar berhitung. Oleh karena itu, guru memiliki solusi dalam mengajarkan materi pengukuran satuan panjang. Solusi tersebut adalah guru menggunakan kegiatan tutor sebaya atau belajar dan berdiskusi bersama teman. Hal ini bertujuan agar peserta didik lebih memahami materi saat mendapat penjelasan secara langsung oleh temannya. Observasi kedua dilaksanakan pada hari yang sama seusai istirahat yaitu pukul 10.00-11.40 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II B dengan Ibu Rias Winanti, S. Pd. beserta 31 peserta didik. Berdasarkan dari hasil observasi di kelas, peneliti menemukan bahwa kesulitan yang dihadapi peserta didik yaitu mengenai pemahaman konsep mengubah satuan panjang serta masalah keterampilan berhitung perkalian dan pembagian yang berkaitan dengan materi. Peserta didik kurang fokus dalam mengerjakan soal. Apabila peserta didik merasa kurang paham maka peserta didik cenderung kurang aktif dan tidak bertanya kepada guru mengenai kesulitannya.

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru. Wawancara dilakukan seusai kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan

kegiatan tersebut maka guru menyampaikan bahwa kesulitan yang dihadapi pada materi pengukuran satuan panjang baku yaitu konsep materi yang abstrak untuk peserta didik sehingga cukup sulit untuk menanamkan konsep tersebut. Selain itu, guru juga menyampaikan bahwa peserta didik memiliki kendala berupa keterampilan berhitung yang belum lancar. Sedangkan, keterampilan berhitung berkaitan dengan materi mengubah satuan panjang baku. Oleh sebab itu, guru memiliki solusi atas masalah tersebut yaitu dengan memberikan latihan soal kepada peserta didik serta melatih peserta didik agar terampil berhitung.

Observasi ketiga dilaksanakan pada Kamis, 28 November 2019 pada pukul 07.30-09.00 saat kegiatan belajar mengajar di kelas II dengan Ibu Dwi Susanti, S. Pd. beserta 10 peserta didik. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di kelas oleh peneliti, peserta didik kurang menguasai keahlian berhitung perkalian dan pembagian. Peserta didik cenderung ramai dan kurang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan sedang menjelaskan materi sehingga peserta didik menjadi tidak memahami materi. Selain itu, peserta didik cukup aktif ketika menjawab pertanyaan yang diajukan guru tetapi jawaban kurang tepat.

Hasil observasi juga diperkuat dengan hasil wawancara. Wawancara dilakukan seusai kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan wawancara tersebut, guru menyampaikan bahwa kesulitan yang dihadapi yaitu saat peserta didik diajak untuk membandingkan dua jenis alat ukur yaitu alat ukur baku dan tidak baku. Hal tersebut dikarenakan pada kehidupan sehari-hari alat ukur tidak baku sudah jarang digunakan sehingga kurang kontekstual untuk peserta didik. Selain itu, peserta didik harus diberi benda dan masalah yang kontekstual agar memudahkan pemahaman mereka. Kendala yang dihadapi peserta didik Guru memiliki solusi yaitu dengan mengajarkan materi menggunakan benda konkret.

Berdasarkan penjelasan dari keempat bentuk analisis dalam tahap analysis (analisis) tersebut, maka peneliti mengembangkan produk berupa buku panduan permainan tradisional anak untuk belajar matematika kelas II tema 5 sekolah dasar agar guru memiliki referensi mengajar berupa buku

panduan sehingga dapat mempermudah guru dalam mengajarkan materi pengukuran satuan panjang baku kepada peserta didik.

b. Design (perancangan)

Design atau perancangan merupakan tahap kedua model ADDIE. Produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II sekolah dasar. Pada awalnya peneliti mengaitkan materi pembelajaran matematika dengan permainan tradisional anak. Lalu, peneliti mulai merancang bagian-bagian yang diperlukan dalam buku panduan. Terdapat bagian-bagian yang termuat pada buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika tema 5 kelas II sekolah dasar. Bagian tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Sampul

Sampul buku panduan menggunakan background berwarna putih dan dibuat dengan software yaitu microsoft word 2010. Sampul buku dicetak dengan ukuran A5 dan menggunakan jenis kertas yaitu ivory serta diberi judul "Permainan Tradisional Anak untuk Belajar Matematika Kelas II SD" yang diletakkan di tengah atas. Judul ditulis menggunakan jenis huruf Calibri, sedangkan ukuran huruf untuk judul yaitu 18pt. Selain itu, di bagian pojok kiri atas tertulis "Buku Panduan". Bagian pojok kanan bawah terdapat tulisan "Tema 5". Nama penulis diletakkan di bagian pojok kiri bawah. Penulis juga memberikan gambar berupa 4 (empat) foto anak bermain permainan tradisional. Foto pertama memperlihatkan anak sedang bermain gobag sodor. Lalu, foto kedua memperlihatkan anak sedang bermain dor-doran atau tembak-tembakan. Kemudian, foto ketiga memperlihatkan anak sedang bermain Sunda manda atau engklek. Foto terakhir memperlihatkan anak sedang bermain pasaran.

2) Isi

Pada isi buku panduan permainan tradisional anak untuk belajar matematika kelas II sekolah dasar dibuat menggunakan software yaitu

Microsoft Word. Penulisan isi buku menggunakan jenis huruf Calibri dengan ukuran huruf 14 pt untuk subjudul dan 12 pt untuk bagian isi. Isi buku dicetak menggunakan kertas Ivory. Buku panduan berisi kata pengantar, daftar isi, asal-usul permainan tradisional, subtema, materi, alat dan bahan yang digunakan dalam permainan tradisional, cara bermain, bagian permainan yang terkait dengan materi, latihan soal, soal tantangan, kunci jawaban, daftar referensi, dan biografi penulis. 3) Kata Pengantar

Kata pengantar berisi ucapan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah berhasil menyusun buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II SD, tujuan buku panduan disusun, kesediaan penulis dalam menerima kritik dan saran untuk perbaikan buku panduan, keterangan waktu buku disusun, serta nama penulis. Kata pengantar dibuat agar pembaca memiliki gambaran besar mengenai buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II SD.

4) Tentang Buku

Tentang buku memuat gambaran besar dari buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II SD tema 5. Bagian ini ditujukan bagi pembaca dalam mengetahui keunggulan buku panduan. Selain itu, bagian ini juga membantu pembaca mengetahui manfaat dari buku panduan yaitu memberikan inovasi kepada pembaca. 5) Bagian Permainan yang Terkait dengan Materi

Bagian ini digunakan untuk memperjelas pembaca mengenai materi yang dipelajari peserta didik ketika bermain permainan tradisional. Bagian ini juga menjelaskan kegiatan yang dilakukan peserta didik saat bermain, terkait dengan materi matematika yang sesuai dengan subtema; kompetensi dasar; dan indikator. Selain itu, bagian ini bertujuan agar pembaca lebih memahami isi dari buku panduan

permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II SD sehingga dapat mempraktikkan kepada peserta didik dengan tepat.

6) Refleksi Guru untuk Peserta Didik

Refleksi diberikan oleh guru untuk peserta didik setelah bermain sambil belajar dengan permainan tradisional. Bagian ini digunakan sebagai evaluasi agar guru mengetahui perasaan peserta didik setelah bermain dan belajar menggunakan permainan tradisional. Oleh karena itu, bagian ini diberikan oleh guru pada akhir kegiatan setelah peserta didik bermain sambil belajar.

7) Biografi Penulis

Biografi penulis memuat informasi tentang penulis buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II SD tema 5. Bagian ini ditulis agar pembaca mengetahui identitas penulis. Biografi penulis meliputi, foto penulis, nama penulis, keterangan penulis yaitu tempat dan tanggal lahir, serta riwayat pendidikan penulis.

Pada tahap Design atau perancangan, peneliti menyusun buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II SD menggunakan sepuluh kriteria buku panduan menurut Greene dan Petty. Desain yang telah disusun kemudian dievaluasi dengan kriteria tersebut.

c. Development (Pengembangan)

Development (pengembangan) adalah tahap ketiga pengembangan model ADDIE. Peneliti mengembangkan desain buku panduan sesuai rancangan yang telah dilakukan pada tahap design (perancangan). Produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah buku panduan permainan tradisional untuk belajar matematika kelas II sekolah dasar. Berikut bagian buku panduan yang dikembangkan peneliti dari rancangan sebelumnya.

1) Isi

Buku panduan ini memerlukan sumber informasi tentang permainan tradisional, meliputi asal-usul permainan, alat dan bahan dalam permainan serta langkah permainan. Oleh karena itu, peneliti mencari sumber informasi berdasarkan buku referensi tentang permainan tradisional. Setelah itu, peneliti mencoba menghubungkan materi pembelajaran matematika dengan permainan tradisional. Buku panduan memuat 4(empat) permainan tradisional yang berasal dari daerah di Indonesia, seperti Semarang, Yogyakarta, dan Betawi. Pada langkah permainan tradisional telah dimodifikasi oleh peneliti untuk disesuaikan dengan materi.

2) Soal Latihan dan soal tantangan

Buku panduan juga terdapat bagian soal latihan dan soal tantangan. Bagian pertama berupa soal latihan yang memuat 5 (lima) soal yang memiliki bentuk isian dengan tingkat kesulitan soal rendah. Sementara, bagian kedua berupa soal tantangan yang memuat 5 (lima) soal yang memiliki bentuk uraian dan menjodohkan dengan tingkat kesulitan sedang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan membaca, berhitung, dan berpikir peserta didik.

3) Kunci Jawaban

Peneliti mengembangkan buku panduan yang dilengkapi dengan kunci jawaban. Kunci jawaban digunakan sebagai acuan jawaban yang benar dan untuk memberikan skor. Peneliti menyusun kunci jawaban yang terdapat di setiap subtema dari soal latihan dan soal tantangan. Soal latihan berisi 5 (lima) kunci jawaban dan soal tantangan berisi 5 (lima) kunci jawaban. Selain itu, kunci jawaban disusun berdasarkan bentuk soal. Soal yang berbentuk isian maka kunci jawaban berupa jawaban singkat. Sedangkan, soal berbentuk uraian atau cerita maka kunci jawaban berupa jawaban yang diuraikan meliputi diketahui (informasi yang ditemukan), ditanyakan (permasalahan yang harus

diselesaikan), jawaban (cara atau langkah menemukan jawaban), dan jadi (kesimpulan dari jawaban).

4) Daftar Referensi

Peneliti mengembangkan buku panduan dengan menggunakan referensi dari berbagai sumber. Oleh karena itu, buku panduan memuat daftar referensi untuk menunjukkan sumber yang digunakan penulis buku. Referensi berfungsi sebagai pelengkap dan penguat pernyataan maupun gambar. Sumber referensi dapat berasal dari buku dan internet.

Selanjutnya, peneliti menyusun Peneliti menyusun instrumen berupa kuesioner validasi untuk ahli yang digunakan sebagai alat ukur kualitas produk. Produk berkualitas artinya layak untuk diujicobakan. Lalu, peneliti menyusun kuesioner ujicoba untuk guru yang digunakan sebagai alat ukur efektifitas produk. Produk efektif artinya mampu mencapai tujuan sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, peneliti juga menyusun kuesioner uji coba untuk peserta didik yang digunakan agar peneliti mengetahui perasaan peserta didik sesudah mengikuti pembelajaran matematika dengan permainan tradisional dan mengetahui pemahaman peserta didik tentang materi pembelajaran yang diterapkan dengan permainan tradisional. Instrumen kuesioner validasi untuk ahli ditujukan pada ketiga ahli yaitu ahli psikologi anak, ahli matematika dan seorang guru kelas bawah. Kuesioner ini berisi 23 item pernyataan yang memiliki satu variabel pernyataan yaitu tentang buku panduan dan sepuluh indikator berdasarkan karakteristik buku panduan berkualitas menurut Greene and Petty. Selain itu, kuesioner juga menggunakan skala Likert model empat pilihan serta ada kolom komentar dan saran perbaikan, dan tanda tangan validator. Instrumen kuesioner uji coba untuk guru ditujukan tiga guru orang kelas II yaitu guru kelas II A dan II B dan satu orang guru di kelas non-paralel. Kuesioner ini berisi 5 item pernyataan dengan satu variabel yaitu

Dokumen terkait