• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010: 308) Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempat nya (Sugiyono, 2010: 309). 1. Observasi

Hadi (Sugiyono, 2010:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut Marshall (Sugiyono, 2010: 310).

Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation (Sugiyono, 2010: 204). Penelitian ini menggunakan observasi non partisipan, dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Dari segi implementasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur, observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya (Sugiyono, 2010: 205). Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati.

2. Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2010: 317) mengatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksi kan makna dalam suatu topik tertentu. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi Stainback (Sugiyono, 2010:318).

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Penelitian ini menggunakan jenis wawancara terstruktur, wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatat nya. Pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data (Sugiyono, 2010)

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010:199) 4. Tes

Tes merupakan pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur penelitian Mills (Kunandar, 2008: 186). Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2013: 193). Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto, 2013: 266).

Rancangan teknik tes dalam penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda adalah soal yang memiliki konstruksi pokok soal (stem) dan alternatif jawaban (option). Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban yang benar atau paling benar (kunci

jawaban), sedangkan alternatif jawaban yang lain berfungsi sebagai pengecoh (distractor) (Asep, 2018: 161).

Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest dan posttest. Soal Tes disusun berdasarkan kompetensi dasar kemudian diturunkan kembali menjadi indikator yang mengacu pada kata kerja operasional dari Taksonomi bloom ranah kognitif/pengetahuan dan ranah psikomotorik.

Taksonomi Bloom merupakan struktur hierarki yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Setiap tingkatan dalam Taksonomi Bloom memiliki korelasinya masing-masing. Maka, untuk mencapai tingkatan yang paling tinggi, tentu tingkatan-tingkatan yang berada di bawahnya harus dikuasai terlebih dahulu. Konsep Taksonomi Bloom, membagi domainnya menjadi 3 ranah, yaitu (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotorik (Utari, 2012).

Ranah Kognitif mengurutkan keahlian sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan (Utari, 2012). Ranah kognitif ini, meliputi (1) Remembering (mengingat), (2) Understanding (memahami), (3) Applying (mengaplikasikan), (4) Analyzing (menganalisis), (5) Evaluating (mengevaluasi), (6) Creating (mencipta). Berikut merupakan taksonomi bloom ranah kognitif yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) yang dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Taksonomi Bloom Ranah Kognitif

Tingkatan Ranah Kognitif

C1 Mengingat C2 Memahami C3 Mengaplikasikan C4 Menganalisis C5 Mengevaluasi C6 Mencipta

Taksonomi bloom merupakan kata kerja operasional yang dijadikan acuan sebuah indikator pada perangkat pembelajaran. Taksonomi bloom ranah kognitif atau pengetahuan meliputi C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Taksonomi bloom ranah kognitif yang termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) meliputi C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Ranah psikomotorik dapat dilihat berdasarkan aspek keterampilan peserta didik yang merupakan implementasi dari proses pembelajaran di kelas. Peserta didik tidak cukup menghafal suatu teori dan definisi tetapi peserta didik juga harus menerapkan teori ke dalam aktualisasi nyata. Ranah psikomotorik ini, meliputi (1) meniru, (2) manipulasi, (3) presisi, (4) artikulasi, (5) artikulasi. Berikut merupakan taksonomi bloom ranah psikomotorik dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Taksonomi Bloom Ranah Psikomotorik

Tingkatan Ranah Kognitif

P1 Meniru

P2 Manipulasi

P3 Presisi

P4 Artikulasi

P5 Naturalisasi

Taksonomi bloom merupakan kata kerja operasional yang dijadikan acuan sebuah indikator pada perangkat pembelajaran. Taksonomi bloom ranah psikomotorik meliputi P1 (meniru), P2 (manipulasi), P3 (presisi), P4 (artikulasi), P5 (naturalisasi). Berikut dijelaskan bahwa (1) meniru yaitu menafsirkan rangsangan atau stimulus dan kepekaan terhadap rangsangan, (2) manipulasi yaitu menyiapkan diri secara fisik, (3) presisi yaitu berkonsentrasi untuk menghasilkan ketepatan, (4) artikulasi yaitu mengkaitkan berbagai keterampilan dan bekerja berdasarkan pola, (5) naturalisasi yaitu menghasilkan karya cipta dan melakukan sesuatu dengan ketepatan tinggi.

Pelaksanaan posstest pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika sebelum dan sesudah guru menggunakan produk berupa buku panduan permainan pasaran untuk belajar matematika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas produk dan peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah penerapan produk dalam proses pembelajaran.

Dokumen terkait