• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR BAGAN

A. Tinjauan Pustaka

B.6. Proses Berpikir Siswa dalam Memprediksi

B.6.1. Hakekat Berpikir

Berpikir merupakan kegiatan yang tidak dapat diamati secara langsung. Menurut Slameto (1988:144) banyak usaha yang telah dilakukan

untuk menerangkan “berpikir” tetapi pengetahuan tentang proses itu dan demikian juga tentang bagaimana cara meningkatkannya masih belum lengkap.

Langkah-langkah berpikir terutama berpikir reflektif menurut Dewey seperti dikutip Slameto (1988:144-145) adalah sebagai berikut: seseorang yang berada dalam keadaan keragu-raguan atau kebingungan atau adanya kesulitan yang disadari terjadi dalam pikirannya, kemudian diteruskan dengan usaha mencari, menyelidiki, untuk mendapatkan bahan atau informasi guna mengatasi keragu-raguan dan kesulitan yang disadarinya itu.

B.6.2. Hakekat pemecahan masalah

Dalam memecahkan suatu masalah seseorang belajar, seseorang dikatakan berada dalam suatu masalah apabila ia menghadapi situasi yang menuntutnya untuk memberi respon namun ia tidak mempunyai informasi, konsep, prinsip dan cara yang dapat digunakan dengan segera untuk memecahkannya. Dalam memecahkan masalah terdapat langkah-langkah, namun dapat dilakukan secara acak/ loncat-loncat, terutama dalam mengahadapi masalah yang kompleks. Menurut Dewey yang dikutip Slameto (1988:147), langkah-langkah tersebut adalah kesadaran akan adanya masalah, merumuskan masalah, mencari data dan merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan kemudian menerima hipotesis yang benar.

B.6.3. Memprediksi sebagai Bagian Kegiatan Pemecahan Masalah

Prediksi merupakan pemikiran seseorang mengenai apa yang mungkin akan terjadi yang merupakan jawaban dari pertanyaan “apa yang akan terjadi (Louise, 2001). Prediksi adalah jawaban sementara atau semua penjelasan yang besifat rasional, artinya belum didukung dengan fakta empiris (Drost, 1997). Prediksi merupakan suatu gagasan seseorang yang terbentuk dari pikiran mereka sendiri. Menurut salah satu dokumen pendukung yang dipakai di New South Walles yaitu Science and Technology K-6 Syllabus and Support Document (1993:22), memprediksi adalah salah satu bagian dalam mencari pengertian atau pemahaman yang dilakukan oleh seseorang yang dibangun berdasarkan atas berbagai informasi yang telah terseleksi untuk menduga tentang sesuatu yang akan terjadi. Dari uraian ini nampak bahwa memprediksi merupakan suatu proses dalam menduga tentang sesuatu yang akan terjadi dan lebih jauh merupakan salah satu bentuk pencarian pengertian atau pemahaman.

Menurut Dewey dalam Qadir 1988:89, sebelum memasuki tahap memprediksi, untuk memecahkan suatu masalah didahului dengan:

a. Menyadari adanya masalah, kesulitan yang sedang dihadapi. b. Mengetahui letak dan batasan dari masalah tersebut.

Baru kemudian masuk ke dalam tahap memprediksi (saran pemecahan yang mungkin). Kemudian masuk dalam pengembangan melalui penalaran mengenai kedudukan saran itu, dan pada akhirnya prediksi yang terbentuk dibawa kepada percobaan dan pengamatan lebih

lanjut yang mengarahkan ke penerimaan atau penolakan; yaitu kesimpulan mengenai keyakinan atau kesangsian.

Penjelasan:

Dalam menentukan masalah, letak dan batasnya seringkali mengalami kesulitan dengan adanya kepastian yang kurang memadai sehingga kurang mendukung bagaimana jalan pemikiran yang mungkin dan menimbulkan keraguan, kemudian melakukan upaya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kesulitan terletak antara kondisi yang ada dan hasil yang diinginkan, antara tujuan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua hal ini yaitu kondisi yang ada/sarana dengan hasil atau tujuan yang dimaksud sering terjadi ketidaksesuaian. Tujuan menghendaki fakta-fakta/ sarana/ informasi tertentu (yang sesuai) namun kenyataannya sering kali tidak sesuai dan bahkan mungkin bertentangan dengan kondisi yang ada. Kesulitan yang dialami adalah bagaimana menyesuaikan suatu keyakinan yang disaranakan dan diterima (untuk sementara) dengan fakta-fakta yang lain.

Untuk mengatasi kesulitan di atas, pengamatan perlu direncanakan dengan sengaja untuk menjelaskan apa hakikat masalahnya, atau untuk menjelaskan sifat khusus masalahnya. Diperlukan berpikir kritis terkendali, dan apabila tidak demikian maka letak permasalahannya akan kabur dan mengakibatkan sarana pemecahannya menjadi agak serampangan.

Kesan yang terbentuk berasal dari kondisi yang ada, baik fakta yang ada maupun yang tidak ada (imajiner), sehingga kesan ini bersifat spekulatif dan penuh resiko. Kesan merupakan inti dari kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara diwujudkan dalam bentuk gagasan dan dinamakan prediksi. Karena prediksi melampaui apa yang sesungguhnya ada, maka ketepatannya tidak dapat dijamin secara mutlak, sehingga dilakukan pengendalian-pengendalian. Pengendaliannya tidak langsung karena satu pihak mencakup pembentukan kebiasaan berpikir penuh resiko dan sekaligus penuh perhitungan, dan di lain pihak mencakup pemilihan dan penentuan fakta-fakta khusus dan atas dasar persepsi mengenai fakta itu sehingga memberikan kesan. Kesan-kesan melahirkan prediksi yang berlainan, sehingga datangnya suatu fakta atau kesan (informasi) lebih lanjut menjadi petunjuk yang dapat diikuti atau penjelasan yang mungkin lebih mendukung.

Suatu prediksi dikatakan “unggul” dibanding prediksi tandingan yang lain apabila prediksi tersebut disimpulkan dan didukung fakta atau informasi yang lebih lengkap, yang kemudian maknanya dikembangkan menjadi sebuah implikasi. Implikasi dengan melalui suatu penalaran memunculkan suatu akibat-akibat yang menjadi arahan untuk mengembangkan prediksi lebih lanjut. Terkadang sebuah prediksi pada awalnya ‘dianggap’ telah ‘unggul’ karena tampak masuk akal, namun ternyata menjadi tidak cocok atau bahkan mustahil jika seluruh akibatnya diketahui. Pengembangan sebuah prediksi melalui penalaran membantu

memberikan alat penghubung penyelarasan perbedaan-perbedaan besar yang tampaknya tidak sesuai satu dengan yang lainnya.

Langkah akhir adalah pembuktian untuk menguatkan prediksi yang telah dibuat, yakni melalui percobaan guna melihat kebenaran dari prediksi tersebut. Apabila prediksi terbukti kebenarannya dimana telah ditemukan semua persyaratan yang dituntut dari sebuah teori maka prediksi tersebut akan dapat diterima. Namun jika pediksi tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya maka prediksi tidak dapat diterima.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan di dalam proses memprediksi antara lain :

1) Faktor pengetahuan yang digunakan

Pengetahuan yang digunakan menuntut untuk sesuai dengan rumusan permasalahan yang menghendaki munculnya pengetahuan yang semestinya digunakan. Untuk dapat memprediksi seseorang harus memiliki pengetahuan mengenai topik yang dibahas, yang berupa informasi-informasi yang diperlukan untuk menyusun prediksi. Informasi tersebut dapat berupa konsep atau teori mini yang merupakan persepsi dan interpretasi siswa sendiri yang akan disusun oleh siswa sehingga menjadi suatu teori atau konsep paduan yang disebut prediksi.

2) Faktor pengolahan pengetahuan tersebut

Pengolahan pengetahuan harus sesuai dengan maksud dari permasalahan yang ada. Dengan pengetahuan yang cukup mengenai

topik yang dibahas, maka akan terdapat suatu analisis terhadap prediksi yang dibuat berdasarkan alasan, bukti-bukti kuat, pertimbangan atau perhitungan ilmiah. Abruscato State menyebutkan bahwa proses memprediksi didasarkan pada observasi-observasi pengalaman dan pembuatan kesimpulan mengenai hubungan antar variabel-variabel yang diobservasi (Barba, 1998). Prediksi juga dapat dipandang sebagai cara menerapkan informasi yang telah dikumpulkan atau dikelompokkan (Board of Studies, 1993).

3) Hasil akhir

Hasil akhir selain benar, harus pula dapat mencerminkan kebenaran dari pengolahan pengetahuan yang semestinya digunakan.

Menurut Furchan (1982:126-132) ciri sebuah prediksi yang baik adalah : 1. Prediksi harus mempunyai penjelasan

Ini adalah kriteria yang sudah jelas dan penting. Suatu prediksi harus disertai dan didukung dengan penjelasan yang mungkin, masuk akal dengan situasi dan masalah saat prediksi itu dibuat.

Contoh: saat anda mencoba menyetater mesin mobil, ternyata mesinnya tidak mau hidup.

9 Prediksi yang menyatakan bahwa mesin mobil tidak mau hidup karena anda membiarkan air kamar mandi mengalir ke selokan bukan merupakan penjelasan yang tepat.

9 Prediksi yang menyatakan bahwa akinya mati adalah penjelasan yang perlu diuji.

2. Prediksi harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel.

Suatu prediksi harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel, menjelaskan hubungan antara ilmu pengetahuan yang telah ada dengan prediksi yang dibuat.

Contoh :

9 Prediksi yang berbunyi: “mesin mobil tidak mau hidup dan air aki mobil habis“ Prediksi ini tidak menunjukkan hubungan antara variabel sehingga tidak ada hubungan yang dapat diuji.

9 Prediksi yang berbunyi: “mesin mobil tidak mau hidup karena air aki mobil habis“

Prediksi ini menunjukkan hubungan antara variabel sehingga terdapat hubungan yang dapat diuji.

3. Prediksi harus dapat diuji.

Dikatakan bahwa sifat terpenting suatu prediksi yang “baik” ialah kemampuannya untuk diuji (testability). Suatu prediksi yang dapat diuji berarti dapat ditahkikkan/ dibuktikan (verifiable) . Kalau prediksi itu benar, maka beberapa akibat tertentu yang dapat diramalkan harus tampak nyata sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung prediksi tersebut.

Contoh: prediksi yang berbunyi: “mesin mobil tidak dapat hidup adalah hukuman atas dosa-dosa saya”. Prediksi ini tidak dapat diuji di dunia ini.

4. Prediksi hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Prediksi hendaknya tidak bertentangan dengan teori dan hukum-hukum yang ada sebelumnya.

Contoh: Prediksi yang berbunyi: “mesin mobil tidak mau hidup karena air akinya berubah menjadi emas”.

Prediksi ini merupakan prediksi yang dibuat dan bertentang dengan dengan apa yang telah kita ketahui mengenai sifat benda. Prediksi yang berbunyi: “mesin mobil tidak mau hidup karena air akinya habis meluap”. Prediksi ini konsisten dengan pengetahuan yang telah ada.

5. Prediksi hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin. Sebisa mungkin prediksi dinyatakan dalam bahasa yang sederhana, sehingga memudahkan untuk dimengerti dan memudahkan pengujian prediksi tersebut.

Prediksi yang muncul seiring dengan aktivitas pemecahan masalah, merupakan suatu pengetahuan yang terkonstruksi di dalam pikiran yang merupakan hasil dari interaksi baik fisik maupun mental. Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang muncul merupakan perwujudan dari pendapat, gagasan yang harus diuji kebenarannya. Kebenaran dari sebuah prediksi masih harus diuji secara empiris.

Menurut Dirawat (1993:22) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan memprediksi siswa :

1) Mengungkapkan peristiwa-peristiwa atau kejadian yang dapat dijelaskan pemecahan masalahnya oleh siswa berdasarkan pengalaman praktis mereka sehari-hari.

2) Mencari kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah dari pertanyaan-pertanyaan problematis, seperti:

9 Apakah yang mungkin terjadi jika...

9 Jika terjadi ....maka akibat – akibat yang bakal timbul adalah ... 3) Mendorong siswa untuk mencoba menguji berbagai kemungkinan

jawaban (bakal terjadi) terhadap suatu peristiwa atau serentetan kejadian, atau sekumpulan data dan serangkaian informasi.

Pada dasarnya, prediksi disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian, prediksi merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Prediksi merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.

Hal yang terpenting dalam memprediksi adalah proses dari memprediksi itu sendiri, kualitas dari suatu prediksi itu sendiri hanyalah

salah satu komponen dari kemampuan memprediksi. Jika seorang anak mempunyai kemampuan memprediksi yang baik maka ia dapat menggunakannya untuk menghadapi masalah-masalah lain yang ia temukan.

B.7. Pembelajaran yang Dipicu Dengan Pertanyaan “Apa Yang Akan