• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Lapangan

3. METODOLOGI

3.2. Teknik Pengumpulan Data

3.2.1. Proses Lapangan

Pencarian topik ini diawali dengan usaha menemukan isu khas yang dialami oleh komunitas Cina Benteng/Orang Keturunan, serta mencari tahu lokasi spesifik untuk pengumpulan data. Usaha ini dimulai pada Agustus 2012 setelah peneliti mendengar dari salah seorang teman mengenai kehidupan komunitas Cina di pedesaan Tangerang, atau yang disebutnya dan dikenal sebagai Cina Benteng. Diketahui bahwa ternyata terdapat komunitas Cina Benteng pula di sekitar Serpong, yang sebelumnya tidak diketahui oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji komunitas tersebut, terlebih karena peneliti belum pernah mendengar adanya literatur mengenainya. Untuk mendatkan klarifikasi atas hal ini, peneliti mewawancarai seorang warga Cina desa yang bekerja di rumah sakit milik seorang paman peneliti di Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Selain itu, peneliti juga sempat menanyakan hal serupa kepada pihak Sekretaris Kantor Kecamatan Cisauk, yang diikuti dengan pemberian akses terhadap data sekunder. Paman peneliti memiliki pengaruh dalam komunitas sekitar, sehingga keterbukaan keterbukaan terhadap peneliri bersifat baik. Dari kegiatan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ternyata benar memang terdapat komunitas keturunan Cina di sekitar dengan isu sosial yang khas. Berdasarkan pemaparan

Universitas Indonesia

berbagai pihak pada hari itu, penduduk Cina setempat memiliki latar belakang agama yang cenderung beragam. Selain itu, terdapat fenomena perubahan istilah pada komunitas Cina lokal ketika mereka melakukan pergantian agama. Peneliti sempat terkejut karena berdasarkan informasi sepintas, Cina Benteng di sekitar desa ini memiliki kecenderungan untuk tidak mengaku sebagai Cina Benteng, dan menyebut diri mereka sebagai Orang Keturunan. Berbeda dengan Cina Benteng, peneliti sama sekali belum pernah mendengar istilah Orang Keturunan.

Maka setelah mendapatkan informasi ini, peneliti telah menentukan lokasi informan kunci di Desa Sampora. Namun, karena keterbatasan alokasi waktu, peneliti baru menuju ke Desa Sampora untuk melakukan penggalian data secara mendalam dan menentukan informan kunci pada tanggal 14 Januari 2013 dimulai dengan Kantor Desa Sampora. Setelah ini, barulah peneliti dapat melakukan proses pengumpulan data secara intens. Proses lapangan ini merupakan sebuah proses yang panjang dan memakan waktu lebih, meski lokasi penelitian yang relatif mudah dijangkau. Hal ini dikarenakan peneliti harus membangun relasi sosial dengan tokoh desa yang paling dihormati. Pembangunan relasi dengan tokoh desa bertujuan agar penduduk lokal bisa menerima kedatangan peneliti dan mempercayai peneliti. Namun alasan utama adalah agar tokoh desa dapat memberikan akses terhadap informan kunci kepada peneliti. Sebab, peneliti adalah seorang pribumi yang berasal dari luar desa, sementara kebanyakan calon informan asalah penduduk asli keturunan Cina. Selain itu, relasi dengan tokoh desa dapat menjamin keterbukaan informan kunci terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Hasil yang didapatkan peneliti dari proses ini antara lain, keterbukaan warga terhadap peneliti, serta pengetahuan akan kondisi lapangan. Pada tahapan ini, peneliti mendalami berbagai literatur mengenai komunitas Cina Peranakan di pedesaan Tangerang. Berbagai macam studi literatur merujuk komunitas Cina Benteng sebagai komunitas Cina Peranakan yang tinggal di pedesaan sekitar Tangerang. Oleh karena itu, peneliti mengasumsikan bahwa komunitas Cina yang sedang peneliti teliti adalah bagian dari komunitas Cina Benteng. Maka, peneliti telah mendapatkan fokus penelitian berupa fenomena

Universitas Indonesia

perubahan identitas berdasarkan pergantian agama Cina Benteng. Namun, yang menjadi permasalahan menarik, komunitas Cina Benteng ini justru kebanyakan tidak mau mengaku sebagai Cina Benteng.

Maka, peneliti kini memiliki beberapa kandidat pada Desa Sampora. Dalam pencarian calon informan, peneliti mendapatkan berbagai informan yang kredibel karena upaya peneliti untuk membangun relasi dengan tokoh setempat. Dalam konteks desa penelitian, maka tokoh desa yang dimaksud adalah Informan IN. Dengan menyatakan diri sebagai seorang kawan Informan IN, warga desa menjadi terbuka dan mempercayai peneliti. Informan IN juga memiliki kerabat tokoh Cina lokal. Jadi, selain dapat menyatakan diri sebagai seorang kawan Informan IN, peneliti juga dapat menyatakan diri sebagai seorang kenalan tokoh Cina lokal tersebut, yakni Informan SSB. Inilah yang menjadi modal bagi kepercayaan penduduk Orang Keturunan, sehingga mereka bersedia untuk mengungkapkan berbagai macam informasi kepada peneliti. Berikut adalah penjabaran proses mendapatkan informan dari hasil membangun relasi dengan Informan IN berdasarkan pemaparan yang telah diberikan sebelumnya.

Gambar 3.1. Proses Mendapatkan Informan Kunci dari Perkenalan dengan Informan IN

Gambar 3.1. memberikan penjelasan bahwa relasi peneliti dengan Informan IN mempertemukan peneliti dengan berbagai informan lain. Informan IN membenarkan adanya fenomena perubahan identitas Cina Benteng. Dalam konteks Desa Sampora, fenomena ini ditunjukkan dengan perpindahan identitas Cina ke

Peneliti Relasi Sosial Informan IN (Tokoh yang Dihormati) Kepercayaan Warga Keterbukaan Berbagai Informan Lokal

Universitas Indonesia

pribumi dengan memasuki Agama Islam. Namun, karena jumlah mereka yang semakin sedikit, terpencar-pencar serta tanpa adanya paguyuban yang mengikat mereka, peneliti memutuskan untuk tidak memfokuskan penelitian pada komunitas Cina di Desa Sampora. Berkat bantuan Informan IN, peneliti mendapatkan isu bahwa penduduk Cina pada Desa Situgadung, sebuah desa tetangga, memiliki isu perubahan identitas yang khas. Untuk itu, Informan IN yang memperkenalkan peneliti ke salah seorang kerabatnya, yakni Informan SSB. Informan SSB merupakan penduduk Cina yang paling ditokohkan. Kedekatan dengan Informan IN menjamin keterbukaan oleh Informan SSB, dan penerimaan seorang tokoh Cina terhadap peneliti semakin meningkatkan keterbukaan penduduk Cina lokal. Peneliti sempat mengalami kebingungan karena Informan SSB menyatakan bahwa masyarakat Cina di sekitar wilayahnya bukan merupakan Cina Benteng, tapi Orang Keturunan. Ini merupakan sebuah istilah baru yang peneliti dengar. Terlebih ia menyatakan bahwa terdapat sekumpulan Orang Keturunan yang setelah memasuki Agama Kristen menjadi mengaku bahkan bangga sebagai Cina Benteng. Dalam hal ini peneliti telah menemukan sebuah isu yang belum pernah diabahas sebelumnya. Selain itu, peneliti juga mengunjungi Vihara Boen Hay Bio guna membangun relasi dengan tokoh-tokoh vihara tersebut. Maka ketika peneliti turun lapangan, peneliti mengaku teman Informan IN dan SSB, serta kenal akan tokoh-tokoh Vihara Boen Hay Bio, sebuah perkataan yang menjamin keterbukaan warga lokal.

Setelah membangun relasi dengan kedua tokoh masyarakat, barulah peneliti mulai menemukan topik dan lokasi penelitian yang spesifik pada tanggal 7 April 2013. Pada awalnya, permasalahan yang akan diangkat cenderung bersifat umum, yakni, proses perubahan identitas Orang Keturunan. Proses ini terjadi pula di Desa Sampora, namun setelah mengumpulkan data lebih banyak, peneliti akhirnya menentukan topik dan tempat yang lebih spesifik. Topik yang diangkat menjadi proses perubahan identitas Orang Keturunan menuju Cina Benteng, dan bertempat secara khusus di Desa Situgadung. Hal yang membuat fenomena lapangan semakin menarik, peneliti sudah menyadari bahwa masyarakat keturunan Cina setempat

Universitas Indonesia

bukanlah Cina Benteng. Namun, terdapat sebuah komunitas dimana mayoritas anggotanya bersama-sama menjadi Cina benteng versi lokal dengan adanya kehadiran berbagai macam institusi sosial dekat mereka. Pada saat ini peneliti telah berkenalan dengan dua orang informan kunci tambahan, berkat relasi yang telah dibangun, penerimaan cepat dan baik. Keterbukaan salah seorang informan terhadap peneliti cenderung besar hingga ia memperkenalkan peneliti pada beberapa misionari dan jemaat gereja setempat. Sehingga, sejak April 2013, peneliti sudah mulai mewawancarai informan kunci yang paling penting dalam penelitian ini. Sembari mengumpulkan data di Desa Situgadung, peneliti juga mewawancarai berbagai

gatekeeper, termasuk beberapa pakar dalam sejarah Cina di Tangerang. Peneliti juga

menelusuri berbagai dokumen terkait sebagai pengumpulan data sekunder.

Proses ini berakhir pada tanggal 18 Mei 2013, pada tahapan ini, peneliti melakukan pengecekan validitas data lapangan agar data yang peneliti peroleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dilakukan dengan kembali menanyakan pertanyaan menyangkut validitas data kepada informan yang bersangkutan. Untuk memperkuat validitas data, sehingga data yang ditemukan dapat dianggap sebagai fakta, pada tahapan ini, peneliti mewawancarai tokoh serta akademisi terkait kebudayaan Cina dan Cina Benteng. Instansi yang peneliti kunjungi antara lain Ang Si Toon Hong Tong (Asosiasi Marga Cina), Jurusan Sastra Cina Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Museum Benteng Heritage, dan Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Vihara Boen Tek Bio. Sembari mewawancarai informan sekedar untuk meminta pengecekan kebenaran data, peneliti juga mewawancarai tokoh-tokoh instansi yang telah disebutkan. Barulah pengecekan validitas data selesai pada tanggal 12 Juni 2013, dan mengakhiri kegiatan lapangan penelitiuntuk mengumpulkan data serta memulai kegiatan menulis bagi peneliti.