• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan IndonesiaIndonesia

Dalam dokumen BSE kelas 8 IPS (Halaman 137-140)

terhadap Nasionalisme Indonesia

D. Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan IndonesiaIndonesia

1. Manifesto Politik 1925

Tahukah kalian apa itu Manifesto Politik 1925? Apa pengaruhnya terhadap pembentukan identitas kebangsaan Indonesia? Pada 1923, Iwa Kusumasumantri, pengurus Perhimpunan Indonesia mengeluarkan manifesto politik. Isi penting manifesto tersebut adalah sebagai berikut.

a. Masa depan bangsa Indonesia terletak pada adanya bentuk pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat.

b. Pemerintahan yang kuat adalah yang bebas dari belenggu asing dan mengandalkan kekuatan sendiri.

c. Menghindari perpecahan dan menanamkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia untuk membangun negara nasional.

Manifesto 1923 didukung oleh manifesto yang dikeluarkan pada 1924 yang dikeluarkan pimpinan Nazir Datuk Pamuncak. Prinsip isinya sama, yaitu usaha membentuk pemerintahan sendiri yang bebas dari penjajahan. Persatuan sebagai kunci keberhasilan mencapai Indonesia Merdeka.

Pada 1925, Sukiman Wiryosanjoyo sebagai pimpinan PI mengeluarkan manifesto 1925 yang lebih tegas dan jelas. Isinya adalah sebagai berikut.

a. Indonesia bersatu, menyingkirkan perbedaan dapat mematahkan kekuasaan penjajah.

b. Diperlukan aksi massa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia Merdeka.

c. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat merupakan syarat mutlak untuk perjuangan kemerdekaan.

d. Anasir yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.

e. Penjajahan telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik bangsa

sehingga normalisasi jiwa dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.

Manifesto 1925 sangat menggugah kesadaran bangsa Indonesia dan sangat memengaruhi pola pergerakan nasional bangsa Indonesia. Gagasan manifesto 1925 terealisasi saat Sumpah Pemuda dikumandangkan pada 28 Oktober 1928.

2. Kongres Pemuda II tahun 1928

Berdirinya berbagai organisasi pergerakan yang bersifat modern telah mendorong keinginan untuk bekerja sama. Menyadari adanya persamaan, berbagai dialog dilakukan antara pergerakan. Para pemuda dan pelajar mempunyai pemikiran untuk membentuk kekuatan besar dalam menghadapi penjajahan Belanda.

Gambar 6.17Tempat Diselenggarakannya Sumpah Pemuda

Kesadaran Nasional dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia

129

Di Sekitar Kita

Kesadaran membentuk bingkai pergerakan kebangsaan mulai tampak dengan berdirinya berbagai organisasi nasionalis yang bersifat terbuka. Mereka tidak lagi memandang latar belakang etnis, daerah asal, ataupun agama. Beberapa organisasi yang awalnya bersifat etnis dan kedaerahan pun kemudian berubah menjadi nasionalis. Komunikasi antara tokoh pergerakan semakin membuka pandangan nasionalisme yang lebih tegas. Langkah-langkah jelas untuk berjuang bersama-sama dibuktikan dengan diselenggarakannya kongres-kongres pemuda.

Kongres Pemuda I dilaksanakan pada 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta dan dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda. Kongres ini telah berhasil membentuk jaringan yang lebih kokoh untuk mempersatukan diri. Keinginan membentuk suatu badan sentral telah digulirkan. Sebagian peserta ingin menyatukan seluruh organisasi pemuda. Sebagian lainnya menginginkan badan sentral dalam bentuk federasi. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan diusulkan M. Yamin.

Kongres Pemuda I belum membentuk keputusan bulat, namun mereka sepakat untuk melakukan Kongres Pemuda II. Pada September 1926, berdiri organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta. Beberapa tokohnya adalah para pemuda, seperti Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, M. Yamin, A.K. Gani, Amir Syarifuddin, dan beberapa tokoh lainnya.

Gambar 6.18 Peserta Kongres Pemuda II

Sumber: www.wikipedia.org

Museum Sumpah Pemuda

Tempat diputuskannya rencan Kongres Pemuda Kedua di Gedugn Sekretariat PPI di Jalan Kramat Raya 106, saat ini dijadikan Museum Sumpah Pemuda. Di sana terdapat berbagai penginggalan yang berkaitan dengan peristiwa Sumpah Pemuda

Panitia Kongres Pemuda II dibentuk pada 12 Agustus 1928 dengan ketuanya Sugondo Joyopuspito. Susunan panitia mewakili wilayah seluruh Indonesia. Beberapa tokoh panitia kongres, antara lain Sugondo (PPPI), Joko Marsaid (Jong Java), M. Yamin (Jong Sumatranen Bond), Amir Syarifuddin (Jong Batak), Senduk (Jong Celebes), J. Leimena (Jong Ambon), Johan Muh. Cai (Jong Islamieten Bond), dan tokoh-tokoh lainnya.

Kongres II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh perwakilan organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. Selain itu, hadir pula tokoh-tokoh politik, seperti Soekarno dan Tan Malaka, anggota Volksraad, dan para pendidik. Dalam kongres ini, keinginan untuk membentuk negara sendiri semakin kuat. Suasana kebangsaan tidak dapat dibendung lagi. Akhirnya, pada 28 Oktober 1928, dibacakan keputusan hasil Kongres Pemuda II, berupa ikrar pemuda yang terkenal dengan Sumpah Pemuda.

Keputusan penting Kongres II adalah sebagai berikut: a. ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928;

b. menetapkan lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan;

c. menetapkan bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia.

Realisasi hasil kongres adalah dengan didirikannya Indonesia Muda pada 1930. Indonesia Muda berasaskan kebangsaan dan bertujuan Indonesia Raya. Pemerintah Belanda sangat menekan rapat-rapat yang diselenggarakan oleh para tokoh pemuda. Lagu “Indonesia Raya” pernah dilarang dan penyebutan Indonesia Merdeka tidak diperbolehkan. Para tokoh pemuda menyiasati tekanan ini. Pada Kongres III di Yogyakarta tahun 1938, tujuan kemerdekaan nusa dan bangsa diganti menjunjung tinggi martabat nusa dan bangsa.

3. Peran Perempuan dalam Pergerakan Nasional

Perjuangan pergerakan nasional bukan semata milik kaum pria. Para wanita juga aktif berperan dalam berbagai organisasi yang ada, baik organisasi sosial maupun politik. Selain itu, kaum perempuan juga memiliki organisasi tersendiri yang anggotanya khusus kaum perempuan.

Peran serta perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan telah ada sejak dahulu. Beberapa tokoh pejuang wanita zaman dahulu adalah R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan Maria Walanda Maramis. R.A. Kartini adalah putra Bupati Jepara yang memperjuangkan emansipasi (persamaan derajat) antara laki-laki dan perempuan. Ia mendirikan sekolah khusus untuk perempuan.

Dewi Sartika mendirikan sekolah di Bandung, Jawa Barat. Sementara Maria Walanda Maramis mendirikan sekolah di Gorontalo, Sulawesi. Dalam masa pergerakan nasional, kaum perempuan aktif mendukung usaha persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka aktif

Jendela Info

Sumpah Pemuda

• Kami Putra dan Putri Indonesia mengak u bertumpah darah satu, Tanah Indonesia. • Kami Putra dan Putri

Indonesia mengaku ber-bangsa satu ,Bangsa Indonesia.

• Kami Putra dan Putri Indo-nesia mengaku menjun-jung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Gambar 6.19 R.A. Kartini

Kesadaran Nasional dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia

131

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1912, Putri Mahardika berdiri di Jakarta. Aktivitasnya adalah dalam pendidikan dan penerbitan pers. Tahun 1914 Rahena Kudus mendirikan Kerajinan Amai Setia di Gadang, Bukittinggi Sumatra Barat. Rahena aktif dalam usaha mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan.

Organisasi Muhammadiyah di Yogyakar ta pada tahun 1917 membentuk Aisyiyah. Aisyiyah sebagai organisasi wanita Muhammadiyah pertama kali dipimpin oleh Siti Wardah, istri K.H. Ahmad Dahlan. Kegiatan Aisyiyah, terutama dalam bidang dakwah, pendidikan, kesehatan, dan budaya.

Hampir setiap organisasi pergerakan nasional mempunyai sayap organisasi wanita. Misalnya, Sarekat Putri Islam (SPI), Ina Tuni (Jong Ambon), dan Meisjekring (Jong Java). Organisasi-organisasi kaum perempuan juga mempunyai semangat perjuangan kebangsaan. Pada 22-25 Desember 1928, Kongres Perempuan diadakan di Yogyakarta. Kongres ini diikuti oleh tujuh organisasi perempuan. Mereka merespons Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Kongres dipimpin oleh R.A. Sukanto dan menghasilkan beberapa isi penting.

a. Kongres membicarakan masalah peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

b. Menentukan sikap dalam menghadapi perjuangan mengusir kolonialisme.

c. Hasil terpenting adalah terbentuknya Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).

PPPI merupakan kumpulan dari organisasi wanita yang berbeda latar belakangnya. Pada masa selanjutnya, PPPI berubah namanya menjadi Perserikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII). Pada Desember 1930, PPII secara tegas menyatakan dirinya sebagai bagian pergerakan bangsa Indonesia.

PPII menyelenggarakan Kongres Wanita II yang salah satu hasilnya adalah membubarkan PPII. Sebagai gantinya, Kongres Perempuan Indonesia (KPI) terlihat lebih tegas dan terbuka. Kaum perempuan di samping kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, tidak ketinggalan dalam berperan memperjuangkan kemerdekaan. Hal ini menunjukkan bahwa emansipasi wanita telah ada sejak zaman dahulu.

E. Garis Besar Aktivitas Organisasi Pergerakan

Dalam dokumen BSE kelas 8 IPS (Halaman 137-140)