• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit 1. Penurunan kualitas

C. Tahap Operasi

3. Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit 1. Penurunan kualitas

udara Proses

Pengolahan TBS Kelapa Sawit

Tidak terlampuinya nilai baku mutu lingkungan untuk kualitas udara berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999

Pendekatan Teknologi

 Melengkapi sarana penangkap debu (dust collector) pada boiler

 Melakukan perawatan mesin-mesin

Pabrik pengolahan kelapa sawit PT.

Usaha Agro

Indonesia dan

Periode pengelolaan dilakukan secara kontinyu selama

Instansi pelaksana pengelolaan adalah PT.

Usaha Agro Indonesia

Instansi pengawas adalah

tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Emisi Tidak Bergerak (SO2, CO, O3, Hydro Carbon TSP dan Pb) serta KepMenLH

No.

Kep-45/MENLH/10/1997, tentang Indeks Standart Pencemaran Udara (ISPU) sebagai akibat adanya kegiatan proses pengolahan

pabrik secara berkala

 Melakukan kegiatan pemeliharaan ruang terbuka hijau di sekitar pabrik pengolahan kelapa sawit, sehingga tetap dapat memberikan manfaat yang optimal dalam menyerap polutan dari kegiatan pabrik pengolahan kelapa sawit

 Melakukan monitoring kualitas udara pada seluruh sumber pencemar di pabrik pengolahan kelapa sawit

Pendekatan Kelembagaan

Melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam monitoring dan pengelolaan penurunan kualitas udara

pemukiman

penduduk tahap operasi

berlangsung dengan frekuensi pelaporan

pengelolaan enam bulan sekali

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, Camat Manis Mata

Instansi penerima laporan adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan

Permukiman dan

Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang.

2. Peningkatan

kebisingan Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit

Tidak terlampuinya nilai baku mutu lingkungan untuk tingkat kebisingan berdasarkan KepMenLH

No.

Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan sebagai akibat adanya kegiatan proses pengolahan

Pendekatan Teknologi

 Menempatkan genset pada ruangan khusus yang kedap suara

 Melakukan perawatan mesin-mesin pabrik secara berkala (terutama mesin-mesin yang mengasilkan kebisingan tinggi)

 Melakukan kegiatan pemeliharaan ruang terbuka hijau di sekitar pabrik pengolahan kelapa sawit, sehingga tetap

Pabrik pengolahan kelapa sawit PT.

Usaha Agro

Indonesia dan pemukiman

penduduk

Periode pengelolaan dilakukan secara kontinyu selama tahap operasi berlangsung dengan frekuensi pelaporan pengelolaan enam bulan sekali

Instansi pelaksana pengelolaan adalah PT.

Usaha Agro Indonesia

Instansi pengawas adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan

 Perumahan/pemukiman : 55 dB (A)

 Ruang terbuka : 55 dB (A)

 Industri : 70 dB (A)

dapat memberikan manfaat yang optimal dalam meredam kebisingan dari kegiatan pabrik pengolahan kelapa sawit

 Melakukan monitoring tingkat kebisingan di lokasi rencana kegiatan secara berkala.

Pendekatan Kelembagaan

Melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam monitoring dan pengelolaan tingkat kebisingan

Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, Camat Manis Mata

Instansi penerima laporan adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan

Permukiman dan

Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang.

3. Perubahan pola

penyakit Proses

Pengolahan TBS Kelapa Sawit

Pola penyakit yang timbul dan/atau berkembang akibat kegiatan proses pengolahan dapat dicegah dan/atau diminimalisir

Pendekatan Teknologi

 Melaksanakan seluruh tahapan kegiatan dengan mengacu pada standar prosedur operasional serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang telah ditetapkan, sehingga dampak-dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan pekerja dapat dapat diperkecil, seperti penggunaan pelindung kepala (helm pengaman), pelindung telinga (ear plug), safety shoes dan masker kepada karyawan

 Penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja guna menghindari pemaparan bahan pencemar dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Pabrik pengolahan kelapa sawit PT.

Usaha Agro

Indonesia dan pemukiman

penduduk

Periode pengelolaan dilakukan secara kontinyu selama tahap operasi berlangsung dengan frekuensi pelaporan pengelolaan enam bulan sekali

Instansi pelaksana pengelolaan adalah PT.

Usaha Agro Indonesia

Instansi pengawas adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, Camat Manis Mata

Instansi penerima laporan

Pendekatan Sosial Ekonomi

Memberikan pelayanan kesehatan kepada pekerja dan masyarakat yang terkena dampak dari pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tingkat gangguan kesehatan yang diderita/alami.

adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan

Permukiman dan

Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang.

4. Penurunan kualitas air permukaan

Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit

 Tidak terlampuinya baku mutu lingkungan berdasarkan :

Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/Menkes/PER/IX/

1990 tentang

Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air.

Parameter kualitas

air limbah

berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Pendekatan Teknologi

 Untuk pengelolaan air limbah dari kamar mandi/toilet, akan dibangun septic tank.

 Melakukan pengelolaan limbah cair dari proses pengolahan TBS di pabrik hingga memenuhi baku mutu sebelum dimanfaatkan pada lahan di perkebunan kelapa sawit (land application) melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

 Untuk pengelolaan terhadap minyak diesel dan oli bekas (limbah B3) agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan, maka akan dilakukan beberapa upaya, yaitu :

- Mengidentifikasi seluruh Limbah B3 yang dihasilkan dari pemeliharaan peralatan dan mesin termasuk wadah bekas bahan kimia.

- Menyediakan bangunan TPS (Tempat Penyimpanan Sementara) sesuai dengan persayaratan teknis Kep-01/Bapedal/09/1995.

Lokasi pengelolaan dilakukan di lokasi pabrik dan IPAL dan

Areal Land

Application

 Pengelolaan dilakukan secara kontinyu selama tahap

operasional berlangsung dengan frekuensi pelaporan Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air

Instansi pelaksana pengelolaan adalah PT.

Usaha Agro Indonesia

Instansi pengawas adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, Camat Manis Mata

Instansi penerima laporan adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan

Permukiman dan

Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat,

Hidup Nomor 122 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri (BOD = 100 mg/l, COD = 350 mg/l, TSS

= 250 mg/l, N = 50 mg/l dan pH = 6 – 9)

Untuk land application, pelaksanaan kegiatannya sudah sesuai dengan Kepmen No. 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit dapa Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit serta KepmenLH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman, Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaaran Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit

- Melakukan penyimpanan sementara Limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memberikan simbol dan label pada setiap kemasan Limbah B3.

- Menyerahkan pengelolaan Limbah B3 dari TPS ke pihak ke 3 yang telah memperoleh izin dari KLH dan melengkapi seluruh proses penyerahan dengan manifest Limbah B3

Limbah dari Industri Minyak Sawit dapa

Tanah di

Perkebunan Kelapa Sawit serta KepmenLH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman, Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaaran Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit

Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang.

5. Penurunan

keragaman jenis biota perairan

Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit

Penurunan keragaman jenis biota air dapat dicegah dan/atau diminimalisir

Pendekatan Teknologi

 Untuk pengelolaan air limbah dari kamar mandi/toilet, akan dibangun septic tank.

 Melakukan pengelolaan limbah cair dari proses pengolahan TBS di pabrik hingga memenuhi baku mutu sebelum dimanfaatkan pada lahan di perkebunan kelapa sawit (land application) melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

 Untuk pengelolaan terhadap minyak diesel dan oli bekas (limbah B3) agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan, maka akan dilakukan beberapa upaya, yaitu :

- Mengidentifikasi seluruh Limbah B3 yang dihasilkan dari pemeliharaan peralatan dan mesin termasuk wadah bekas bahan kimia.

- Menyediakan bangunan TPS (Tempat Penyimpanan Sementara) sesuai dengan persayaratan teknis Kep-01/Bapedal/09/1995.

- Melakukan penyimpanan sementara Limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memberikan simbol dan label pada setiap kemasan Limbah B3.

- Menyerahkan pengelolaan Limbah B3 dari TPS ke pihak ke 3 yang telah memperoleh izin dari KLH dan melengkapi seluruh proses penyerahan dengan manifest Limbah B3

Lokasi pengelolaan dilakukan di lokasi pabrik dan IPAL dan

Areal Land

Application

Pengelolaan dilakukan secara terus menerus selama tahap operasional

berlangsung, dengan frekuensi pelaporan pengelolaan enam bulan sekali

Instansi pelaksana pengelolaan adalah PT.

Usaha Agro Indonesia

Instansi pengawas adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, Camat Manis Mata

Instansi penerima laporan adalah Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan

Permukiman dan

Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang.

4. Pelaksanaan Kemitraan