• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber : Wawancara dengan Partisipan 01, 1 Maret 2014

DIKTI KUI USU BKLN USU Biro Akademik USU Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kemendiknas

102 Pengurusan surat ijin studi di DIKTI tidak membutuhkan biaya (gratis). Akan tetapi KUI USU belum dapat mengurus surat ijin studi tersebut ke DIKTI. Disamping belum adanya nomenklatur KUI USU yang memberi wewenang dalam pengurusannya, masalah lain yang terjadi yaitu masalah biaya pengiriman yang besar dan belum adanya staff KUI USU yang ditugaskan untuk mengecek dokumen tersebut di Jakarta serta mengontrol penyelesaian surat ijin studi tersebut. Apabila tidak dilakukan pengontrolan terhadap surat ijin studi yang diurus di DIKTI maka surat ijin studi tersebut akan membutuhkan waktu yang lama untuk diselesaikan. Hal ini terjadi karena banyak dokumen yang harus diurus oleh DIKTI.

Staff yang ditugaskan ke DIKTI yang akan membawa dokumen tersebut ke Jakarta. Penugasan staff KUI ke Jakarta membutuhkan biaya yang besar untuk transportasi staff tersebut ke Jakarta, sementara itu tidak ada SK Rektor yang mengatur pembiayaan transportasi staff tersebut ke Jakarta sehingga tidak mungkin biaya tersebut dibebankan kepada mahasiswa asing. Hal ini terjadi dikarenakan setiap pembayaran yang dibebankan kepada mahasiswa asing oleh staff KUI USU dapat di minta jika telah ada SK Rektor yang mengatur masalah pembayaran tersebut. Bila tidak ada SK Rektor yang mengatur pembayaran maka KUI USU tidak diijinkan untuk meminta biaya tersebut kepada mahasiswa asing dan tidak mungkin juga biaya transportasi staff ke Jakarta tersebut diberikan secara gratis kepada semua mahasiswa asing di USU.

Akan tetapi pihak KUI USU masih mengupayakan agar pengurusan surat ijin studi tersebut dapat dilakukan oleh KUI USU sehingga KUI USU dapat berkoordinasi langsung dengan DIKTI untuk mengurus surat ijin studi mahasiswa

103 asing. Apabila suatu saat pengurusan surat ijin studi dilakukan di KUI USU, maka akan dibutuhkan koordinasi internal dengan banyak pihak di USU. KUI USU akan berkoordinasi dengan bagian keuangan apabila menyangkut masalah biaya transportasi ke Jakarta, berkoordinasi dengan biro kemahasiswaan dan berkoordinasi dengan biro akademik apabila menyangkut study plan mahasiswa asing (Wawancara dengan Partisipan 01, 1 Maret 2014).

Dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwa KUI USU memiliki peran yang terbatas dalam pengurusan surat ijin studi mahasiswa asing. KUI USU hanya memiliki peran dalam pembuatan surat rekomendasi saja untuk kelengkapan pengurusan surat ijin studi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Biro Akademik yang berkoordinasi langsung dengan DIKTI dalam pengurusan surat ijin studi mahasiswa asing USU.

V.1.2. Visa

Visa terdiri dari 2 jenis yaitu Visa kunjungan (Visa B) dan visa tinggal terbatas (Visa C). Masa berlaku Visa B hanya selama 2 bulan dari tanggal kedatangannya di Indonesia. Visa B sebenarnya tidak diperbolehkan untuk digunakan oleh mahasiswa asing. Namun, masih ada mahasiswa asing yang menggunakan Visa B untuk datang ke Indonesia. Resiko bagi mahasiswa asing bila menggunakan Visa B adalah mereka harus sadar tanggal berakhirnya Visa B mereka agar Visa B mereka tidak kadaluarsa. Pada tahun 2005 masih diperbolehkan mahasiswa asing untuk menggunakan Visa B. Visa B yang digunakan oleh mahasiswa asing tersebut masih bisa diubah menjadi KITAS tanpa dialihstatuskan ke VISA C. Namun, semenjak 2013 hanya Visa C yang

104 diperbolehkan diubah menjadi KITAS. Jadi, bagi mahasiswa asing yang datang ke Indonesia menggunakan Visa B maka mereka harus terlebih dahulu mengubahnya menjadi Visa C ke Jakarta dan nantinya dari Visa C itu yang akan diubah menjadi KITAS.

Visa kunjungan terdiri atas 2 jenis yaitu bebas Visa kunjungan dan Visa kunjungan saat kedatangan (Visa on arrival). Visa on arrival merupakan Visa bagi orang asing yang diurus pada saat tiba di Indonesia. Masa berlakunya selama 30 hari dan hanya dapat digunakan satu kali. Visa kunjungan saat kedatangan merupakan Visa yang diurus pada saat kedatangan di bandara dan hanya berlaku selama 1 bulan dan tidak bisa diperpanjang masa berlakunya.

Visa tinggal terbatas (Visa C) diurus dengan melampirkan surat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dan sponsor / penjamin. Visa ini berlaku selama 2 tahun. Bila mahasiswa asing menggunakan Visa C harganya jauh lebih murah dan lebih mudah dalam pengurusannya jika dibandingkan bila menggunakan Visa B dikarenakan tidak perlu lagi melakukan alih status ke Jakarta dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama (Wawancara dengan Partisipan 01, 02 Desember 2013).

Berdasarkan kebijakan keimigrasian yaitu UU no. 6 tahun 2011, pemberian Visa bagi mahasiswa asing dan orang asing yang melancong ke Indonesia dengan tujuan untuk perjalanan wisata diberlakukan sama. Tidak ada

Student Visa yang diberikan dengan tujuan pendidikan bagi mahasiswa asing yang hanya diurus sekali dan dapat digunakan sampai mahasiswa asing menyelesaikan perkuliahannya di Indonesia. Hal ini yang mengakibatkan mahasiswa asing harus mengurus Visa dan dokumen mereka berulang kali dikarenakan setiap surat

105 mempunyai masa berlakunya masing – masing. Kebijakan tersebut tidak secara detail dan khusus mengatur pengurusan dokumen keimigrasian dan izin untuk mahasiswa asing. Hal ini dikarenakan mahasiswa asing disamakan statusnya dengan turis / pelancong.

Hal inilah yang dikatakan oleh Kepala KUI USU melalui wawancara yang telah peneliti lakukan.

Sampai saat ini kebijakan pemerintah terkait pelayanan administrasi mahasiswa asing belum terintegrasi dengan baik sehingga pengurusan izinnya harus dilakukan secara berulang – ulang. Untuk meninggalkan Indonesia dan pulang ke negaranya pun, mahasiswa harus mengurus ERP. Tidak adanya Student Visa bagi mahasiswa asing sehingga mereka tidak mengurusnya secara berulang – ulang, hanya sekali mengurus. Ini terjadi karena mahasiswa asing dianggap hanya sebagai orang asing yang melancong / turis.”

(Wawancara dengan Asima Yanty, 02 Desember 2013)

Hal ini juga diperjelas oleh staff Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara.

“Tidak adanya visa untuk pelajar. Statusnya sebagai pelajar dibuat dalam KITAS. Selama mahasiswa asing di Indonesia maka yang bertanggung jawab atas mahasiswa asing adalah penjamin yaitu universitas, tempat yang bersangkutan menjalankan pendidikan.”

(Wawancara dengan Syamsul Bahri, 06 Desember 2013)

Student Visa penting diberikan kepada mahasiswa asing dikarenakan mahasiswa asing akan tinggal di Indonesia dalam waktu yang cukup lama tidak seperti pelancong yang hanya datang berkunjung. Dengan pemberian Student Visa, mahasiswa asing hanya melakukan pengurusan dokumen sekali sebelum mereka datang ke Indonesia untuk menempuh perkuliahannya dan akan berlaku sampai mahasiswa yang bersangkutan menyelesaikan perkuliahannya di Indonesia.

106 Pengurusan Visa dan ijin masuk mahasiswa asing ke Indonesia hanya dapat dilakukan bila telah diperoleh surat ijin studi. Berdasarkan prosedur yang telah dibuat oleh KUI USU, KUI USU akan meneruskan dokumen mahasiswa asing ke Imigrasi di Jakarta untuk melanjutkan proses keimigrasian mahasiswa asing dan mahasiswa asing dapat mengambil Visa mereka yang telah selesai di Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia.

Ketika ditanyakan kepada mahasiswa asing melalui kuesioner yang dibagikan berkaitan pengurusan dokumen tersebut, mahasiswa asing mengatakan bahwa pengurusan Visa dan ijin masuk mereka tidak diurus oleh KUI USU melainkan diurus oleh agent mereka bukan mahasiswa asing sendiri yang mengurus dokumen tersebut. Pengurusan Visa dilakukan agent tersebut di Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia. Mahasiswa asing tinggal menunggu selesai dokumen – dokumen mereka tersebut.

Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Kantor Urusan Internasional USU.

“Keperluan mahasiswa asing di Indonesia yang berkaitan dengan izin diurus oleh agent mereka. pada bulan – bulan pertama mereka di Indonesia, agent semua yang mengurus keperluan mereka dan agent mengurus bukan melalui Kantor Urusan Internasional sehingga mahasiswa asing hanya tinggal menunggu selesainya Visa mereka.”

(Wawancara dengan Asima Yanty, 02 Desember 2013)

Hal ini semakin menunjukkan bahwa prosedur yang diterapkan oleh KUI USU untuk mahasiswa asing sebelum tiba di Indonesia belum dapat diterapkan. Bahkan agent yang menangani mahasiswa asing dan Konsulat Jenderal Malaysia yang memiliki peran yang sangat dominan dalam pengurusan dokumen sebelum mahasiswa asing tiba di Indonesia.

Pengurusan Visa tersebut melibatkan koordinasi antara Kedutaan Besar Indonesia di Luar Negeri dan Konsulat Jenderal Malaysia dengan Dirjen Imigrasi

107 di Jakarta tanpa melalui KUI USU melainkan melalui Biro Akademik dan Biro Kerjasama Luar Negeri USU. Kedutaan Besar Indonesia yang ada di luar negeri menjadi pintu pengurusan awal dokumen keimigrasian mahasiswa asing di luar negeri. Pengurusan Visa mahasiswa asing akan disesuaikan dengan keperluan mahasiswa asing berdasarkan surat ijin studi yang telah mereka urus. Dengan kata lain, masa berlakunya Visa mahasiswa asing ini sama dengan masa berlakunya surat ijin studi mahasiswa asing.

Penyesuaian – penyesuaian yang dilakukan oleh instansi terkait dalam pengurusan dokumen mahasiswa asing ini memperlihatkan adanya koordinasi antar instansi pemerintah tersebut. Seperti pernyataan Leonard D White54, koordinasi adalah penyesuaian diri dari bagian – bagian satu sama lain dan gerakan serta pengerjaan bagian – bagian pada saat yang tepat sehingga masing – masing dapat memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari adanya penyesuaian yang dilakukan oleh instansi pemerintah ditengah – tengah diimplementasikannya pembuatan dokumen keimigrasian yang harus sesuai dengan surat ijin studi mahasiswa asing dari DIKTI dan SOP yang ditetapkan oleh Direktorat Imigrasi Jakarta. Surat ijin belajar yang diurus mahasiswa asing di DIKTI mempunyai peranan penting di dalam mengurus surat – surat keimigrasian mahasiswa asing selanjutnya. Ini dikarenakan dokumen keimigrasian dan kependudukan mahasiswa asing yang selanjutnya akan diurus setibanya di Indonesia akan sesuai dengan surat ijin studi yang dikeluarkan oleh DIKTI.

54

108 V.2. Koordinasi ketika mahasiswa asing menempuh pendidikan di

Indonesia

Ketika mahasiswa asing tiba dan menjalankan pendidikan mereka di Indonesia, mahasiswa asing harus mengurus dokumen – dokumen keimigrasian dan kependudukan mereka lainnya. Mahasiswa asing tidak bisa begitu saja menempuh pendidikannya di Indonesia. Berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, mahasiswa asing diharuskan mengurus dokumen – dokumen mereka selama di Indonesia. Dokumen – dokumen tersebut diperlukan sebagai ijin mereka tinggal di Indonesia. Kebijakan pemerintah tersebut yaitu Undang – Undang nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian (Undang – Undang Keimigrasian yang baru) yang dijalankan oleh imigrasi, Undang – Undang nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan yang dijalankan oleh Dinas Kependudukan, Undang – Undang nomor 9 tahun 1992 tentang keimigrasian (Undang – Undang Keimigrasian yang lama) yang dijalankan oleh Kepolisian. Akibat dari kebijakan tersebut, mahasiswa asing harus mengurus KITAS, MERP/ERP, SKLD, dan SKTT.

Pelaksanaan kebijakan ini sangat dipengaruhi oleh stakeholder yang menjalankan kebijakan tersebut. Pelaksanaan kebijakan tersebut harus didukung oleh personil atau sumber daya yang baik sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik.

Sebagai ujung tombak dalam pelayanan mahasiswa asing di USU, KUI USU memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan pelayanan dan menjalankan kebijakan sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik.

109 Untuk menjalankan suatu kebijakan sangat dibutuhkan personil atau sumber daya manusia yang mampu menjalankan kebijakan dan mengerti akan kebijakan yang ada. Kemampuan seseorang sangat mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan.

Pelayanan terhadap mahasiswa asing di USU sangat bergantung kepada staff KUI USU. Ini dikarenakan Mahasiswa asing USU mengurus segala surat – suratnya di KUI USU bukan di Kantor Imigrasi, Dinas Kependudukan ataupun di Kepolisian sehingga staff KUI yang mengetahui dan merasakan masalah yang terjadi berkaitan pelayanan mahasiswa asing sementara instansi pemerintah lainnya tidak mengetahui masalah pelayanan terhadap mahasiswa asing tersebut. Ini terjadi dikarenakan instansi pemerintah yang bersangkutan hanya menerima berkas mahasiswa asing yang telah lengkap syarat – syarat pengajuannya saja

(Wawancara dengan Selamet Sutarno, 30 Desember 2013).

KUI USU merupakan “pintu masuk” pelayanan mahasiswa asing sehingga staff KUI USU yang sering berhadapan langsung dengan mahasiswa asing namun proses penyelesaiannya bukan di KUI USU. Kemampuan staff KUI USU dalam memberikan pelayanan akan menentukan penyelesaian pengurusan setiap dokumen yang diurus oleh mahasiswa asing.

Personil (sumber daya manusia) yang ada di KUI USU untuk melayani 1080 mahasiswa asing USU sangat minim. Staff KUI USU hanya ada 5 orang. Kelima staff tersebut tidak seluruhnya berada di kantor. Berdasarkan pembagian tugas yang telah ditetapkan, hanya ada 3 staff yang selalu ada di kantor sementara 2 staff lainnya mengantarkan, mengurus, dan menunggu penyelesaian surat – surat

110 mahasiswa asing di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan dan Kantor Imigrasi Polonia (Wawancara dengan Partisipan 02, 14 Maret 2014).

Pekerjaan staff KUI USU yang tidak sebanding dengan jumlah personilnya menjadikan staff KUI USU ibaratnya buruh kasar yang harus mengurus 1080 mahasiswa asing di USU dengan berbagai macam dokumen yang diurus. Namun pengurusan dokumen yang dominan dilakukan oleh mahasiswa asing adalah ERP dan Visa (Observasi 2014).

Personil yang ada di KUI USU menjadi salah satu objek pengamatan dari peneliti. Jumlah personil yang sedikit untuk mengerjakan semua dokumen di KUI USU membuat setiap staff sibuk mengerjakan semua dokumen dan menyelesaikan pekerjaannya masing - masing. Semua staff melayani mahasiswa asing yang datang ke KUI USU untuk mengurus dokumen – dokumen mereka (Observasi 2014).

Jumlah staff KUI USU yang minim tersebut juga diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala KUI USU.

“Masalah yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa asing di USU adalah masalah sumber daya manusianya yang sangat minim kuantitasnya. Staff pegawai yang ada di Kantor Urusan Internasional USU hanya lima orang sementara mahasiswa asing yang harus dilayani sebanyak 1080 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh kelima pegawai. Sehingga sering sekali pegawai Kantor Urusan Internasional USU lembur untuk bekerja menyelesaikan surat – surat mahasiswa asing dan kadang kala 1 orang staff bisa bisa merangkap pekerjaan kawannya apabila sedang banyak pekerjaan di KUI USU.”

(Wawancara dengan Asima Yanty, 02 Desember 2013)

Hal ini juga senada dengan apa yang dikatakan dalam wawancara dengan staff KUI USU yang secara langsung memberikan pelayanan kepada mahasiswa asing. Pekerjaan yang sangat banyak tersebut membuat lelah setiap staff KUI dan

111 hampir tidak ada jam istirahat setiap harinya (Wawancara dengan Partisipan 01, 02 Desember 2013). Bahkan staff tersebut berharap jumlah staff di KUI ditambah dikarenakan banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan yang tidak sebanding dengan staff yang ada.

Dikarenakan minimnya staff KUI yang melayani mahasiswa asing, sementara banyak dokumen yang harus diurus, maka kepala KUI USU mengambil inisiatif agar semua pekerjaan di KUI USU dapat selesai. Mahasiswa asing hanya dapat mengurus dokumen – dokumen mereka di KUI USU selama 4 hari yaitu Senin sampai Kamis dari jam 09.00 – 15.00 WIB sementara hari Jumat dan Sabtu difokuskan untuk penyelesaian semua pengurusan dokumen. Hal ini dilakukan agar semua pekerjaan staff KUI USU tidak terbengkalai dan dapat terselesaikan dengan baik sehingga dokumen tersebut dapat segera dikirim ke instansi terkait.

Hal ini dikemukakan ketika mewawancarai Kepala KUI USU.

“Pegawai KUI setiap hari melayani pengurusan surat – surat mahasiswa asing termasuk mengantar surat – surat tersebut ke instansi pemerintah terkait. Namun, apabila ada yang sangat penting saja, baru pihak dari instansi pemerintah yang mengantarkannya ke Kantor Urusan Internasional USU. Akan tetapi hari Jumat dan Sabtu pegawai KUI tidak menerima pengurusan surat di kantor. Ini dikarenakan begitu banyaknya pekerjaan yang harus segera dikerjakan, sehingga pada hari Jumat dan Sabtu semua pekerjaan tersebut bisa semua diselesaikan. Sehingga tidak ada pekerjaan yang menumpuk dan terbengkalai.”

(Wawancara dengan Asima Yanty, 02 Desember 2013)

Personil KUI yang minim itu juga tidak diberikan pelatihan khusus sebagai tim ketika mereka pertama sekali memulai pekerjaan mereka. Staff KUI yang mempelajari hal – hal yang menyangkut pengurusan surat – surat keimigrasian mahasiswa asing tersebut. Akan tetapi ketika staff tersebut tidak mengetahui akan kebijakan ataupun prosedur tertentu, staff tersebut bisa berdiskusi dengan Kepala KUI USU sebagai atasannya mengenai hal – hal yang tidak dimengerti. Diskusi

112 ini dilakukan secara rutin bersama dengan staff KUI. Seiring berjalannya waktu, staff KUI USU sudah mengerti akan pekerjaan mereka dan melayani mahasiswa asing dengan baik.

Hal inilah yang dikemukakan melalui wawancara dengan Kepala KUI USU.

Staff KUI kurang diberi pelatihan khusus. Staff KUI yang bekerja dapat memberikan pelayanan dilakukan dengan belajar sendiri dan bisa dikatakan “terjun bebas”. Namun, ada dilakukan diskusi rutin dengan para staff berkaitan dengan peraturan dan masalah tertentu yang dihadapi oleh para staff.”

(Wawancara dengan Asima Yanty, 02 Desember 2013)

Ketika dikonfirmasi kepada salah seorang staff KUI berkaitan dengan diskusi ataupun rapat rutin antara para staff KUI. Staff tersebut membenarkan bahwa rapat rutin diadakan sebulan sekali dan rapat rutin tersebut diadakan di hari sabtu. Rapat tersebut membicarakan masalah yang dihadapi, kinerja setiap staff ataupun mengenai acara yang akan diselenggarakan oleh KUI USU. Setiap masalah dibicarakan di dalam rapat dan dicari jalan keluar dari masalah tersebut

(Wawancara dengan Partisipan 02, 14 Maret 2014). Hal ini menunjukkan bahwa adanya sinergi antara setiap staff dan kepala kantor untuk tetap memberikan pelayanan yang memuaskan kepada mahasiswa asing di KUI USU.

Staff KUI USU bukan hanya mengurus ketika surat – surat tersebut berada di KUI namun mengantarkan serta mengontrol surat – surat tersebut hingga selesai di instansi terkait. Bila pengurusan awal sudah selesai dilakukan di KUI USU maka dokumen tersebut selanjutnya diurus di instansi terkait yang berwenang mengurus dokumen tersebut. KUI USU yang mengantarkan dokumen mahasiswa asing ke instansi yang berwenang untuk mengurusnya bukan mahasiswa asing yang mengurus dokumen mereka sendiri. Mahasiswa asing

113 hanya tinggal mengambil kembali dokumen mereka yang telah selesai diurus di KUI USU.

Pengurusan yang melibatkan banyak instansi ini membutuhkan koordinasi antar instansi pemerintah tersebut. Hal ini terlihat jelas dari kegiatan yang dilakukan oleh instansi – instansi tersebut yang menunjukkan adanya penyesuaian – penyesuaian antara instansi tersebut satu sama lain. Seperti pernyataan George R. Terry55, koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha – usaha untuk menciptakan kepantasan kuantitas, waktu, dan pengarahan pelaksanaan yang menghasilkan keselarasan dan kesatuan tindakan untuk tujuan yang telah ditetapkan.

Kegiatan penyesuaian, pengarahan pelaksanaan, dan kesatuan tindakan yang dilakukan instansi – instansi pemerintah tersebut menunjukkan adanya koordinasi yang terjalin antara mereka.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala KUI USU.

“Koordinasi yang terjadi selama ini antara KUI USU dengan instansi pemerintah lainnya berada di dalam satu jenjang dengan SOP yang berbeda – beda antar instansi pemerintah tersebut sehingga banyak sekali yang tidak sesuai satu dengan yang lain dan banyak hal yang sering sekali terlambat dalam hal pengurusan surat – surat tersebut. SOP yang berbeda – beda antar instansi tersebut membutuhkan penyesuaian diri antar instansi yang satu dengan instansi yang lain tersebut, yang bermuara pada peraturan yang lebih membantu mahasiswa asing dalam pengurusan surat – surat dan terciptanya keteraturan antara satu instansi dengan instansi lainnya. Maka dari itulah pengurusan surat – surat semuanya difokuskan di Kantor Urusan Internasional USU.

(Wawancara dengan Asima Yanty, 02 Desember 2013)

Namun, terjadi perbedaan pendapat antara Kepala KUI USU dengan Dinas Kependudukan Kota Medan dan Kantor Imigrasi Kota Medan mengenai koordinasi yang terjalin di antara mereka.

55

114 Berikut pernyataan salah satu staff Dinas Kependudukan Kota Medan

“Dulu memang hubungannya bersifat koordinasi namun sekarang adalah bersifat kerja sama bukan koordinasi. Ini dikatakan karena bila melakukan koordinasi maka setiap instansi melakukan fungsinya masing – masing sedangkan hubungan sekarang bersifat bekerja secara bersama – sama.” (Wawancara dengan Arpian Saragih, 20 Desember 2013)

Ketika dikonfirmasi kembali kepada staff Dinas Kependudukan tersebut berkaitan dengan pernyataannya, maka staff tersebut mengatakan bahwa kordinasi itu lebih fokus kepada satu kepentingan instansi saja sementara instansi yang lain mendukung kepentingan instansi tersebut sehingga ada satu instansi yang mengkoordinir semua kegiatan. Sedangkan kerja sama itu terjadi karena semua instansi yang terlibat memiliki kepentingan yang sama bukan hanya satu instansi saja (Wawancara dengan Arpian Saragih, 10 Februari 2014).

Perbedaan pendapat ini juga muncul dari pernyataan salah satu staff Kantor Imigrasi.

“Kalau bicara koordinasi sangat sulit dilakukan apalagi kalau diteliti. Karena biasanya koordinasi hanya sebatas teori. Dalam implementasinya sangat sulit untuk dilakukan koordinasi. Sebenarnya tidak pernah terjadi koordinasi antar instansi dalam pelayanan mahasiswa asing. Yang terpenting dalam pengurusan pengajuan kepada kami adalah syarat – syaratnya terpenuhi maka surat – surat mereka akan kami selesaikan.”

(Wawancara dengan Selamet Sutarno, 30 Desember 2013)

Dari pernyataan tersebut, terjadi perbedaan pendapat yang dipahami oleh staff Dinas Kependudukan Kota Medan dan Kantor Imigrasi Kota Medan. Tindakan yang mereka lakukan menunjukkan adanya koordinasi yang terjalin diantara mereka. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya oleh George R. Terry dan Leonard D. White56 yang menyatakan dibutuhkan penyesuaian – penyesuaian, pengarahan pelaksanaan dan kesatuan tindakan dalam suatu koordinasi. Bila KUI

56

115 tidak melakukan pengurusan dokumen – dokumen sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh instansi terkait maka tentu saja intansi pemeritah tersebut tidak akan menerima berkas – berkas tersebut. KUI USU menyesuaikan syarat pengurusan dan pelayanan sesuai dengan SOP Kepolisian, Imigrasi dan Dinas