• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koordinasi Instansi Pemerintah dalam Pemberian Pelayanan Terhadap Mahasiswa Asing Di Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Koordinasi Instansi Pemerintah dalam Pemberian Pelayanan Terhadap Mahasiswa Asing Di Universitas Sumatera Utara"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

1

KOORDINASI INSTANSI PEMERINTAH DALAM

PEMBERIAN PELAYANAN TERHADAP MAHASISWA ASING

DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Pendidikan Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

LASMAIDA TIO EVALINA PANJAITAN

100903037

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Lasmaida Tio Evalina Panjaitan

NIM : 100903037

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Koordinasi Instansi Pemerintah dalam Pemberian Pelayanan terhadap Mahasiswa Asing

di Universitas Sumatera Utara

Medan, April 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Dra. Asima Yanty Siahaan M.A., Ph.D Drs. M.Husni Thamrin Nst, M.Si NIP. 196401261988032002 NIP. 196401081991021001

Dekan

FISIP USU MEDAN

(3)

i ABSTRACT

Coordination of Public Institutions in Providing Various Services for Foreign Students in the University of North Sumatra

Name : Lasmaida Tio Evalina Panjaitan

NIM : 100903037

Program Study : Public Administration

Advisor : Asima Yanty Sylvania Siahaan, Dra, M.A., Ph.D.

Globalization gives various influences on the education of Indonesia. The high number of foreign students who come to the university in Indonesia suggests that the right to access education is unlimited. University of North Sumatra is one of universities in Indonesia which is selected by foreign students to pursue their education. However, the acceptance of foreign students in Indonesia is not attended by supporting infrastructure for them. This occurs because foreign students have to prepare some documents in various public institutions before they arrive in Indonesia, during his study period and when they completed their study in Indonesia. Therefore, a coordination among public institution to provide various service for foreign students at University of North Sumatera is urgently needed.

This study is a qualitative research by using interviews, questionnaires, and observation in data collection techniques. Key informants in this research are, Head and staff of IAO USU, Security and Intelligence Directorate of Region Police North Sumatera, Section Head of the Foreign Counter of Immigration Office Class I Speciality of Medan, Departement Head of Information and Control Population – Office of Civil Registration Medan, Division Head of Traffic Immigration – The Ministry of Law and Human Rights North Sumatera, and some foreign students at USU.

Based on this study, researcher finds out three types coordination among public institution to provide various services to foreign students, namely administrative coordination, vertical coordination, diagonal coordination, voluntary coordination, , and interrelated horizontal coordination. In the midst of the chance of formal coordination, coordination forum is an effective alternative coordination to communicate about various service for foreign students in USU. Foreign students prepare all their documents in KUI USU. University of North Sumatra is considered as a coordinator in the coordination among public institutions in providing various service of foreign students in USU.

This study reccomendation are to effective service of foreign students at USU, KUI USU should be given an authority to coordinate with DIKTI and Direktorat General of Immigration in providing permit study and Visa of foreign students. When foreign students had completed their study at USU, it is needed a coordination between KUI USU and Office of Civil Registration Medan in providing a document as notification that foreign students will leave Indonesia. To effective the administrative management of foreign students, they should be given the Student Visa so that foreign students only prepare their document’s permit before they arrive in Indonesia.

(4)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan bimbingannya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Koordinasi Instansi Pemerintah dalam Pemberian Pelayanan terhadap Mahasiswa Asing di Universitas Sumatera Utara”.

Skripsi ini dikerjakan melalui proses yang panjang dengan segala suka dan duka di dalamnya. Dari skripsi ini banyak hal yang penulis pelajari termasuk cara berhadapan dengan orang lain. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari banyak pihak, maka penulis ini tidak akan dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak – pihak yang telah membantu penulis mulai dari menempuh pendidikan di Administrasi Negara FISIP USU sampai selesainya penelitian ini. Penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zakaria, MSP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang membantu penulis selama menjalankan pendidikan di FISIP USU.

(5)

iii 4. Bapak Drs. M. Husni Tamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis.

6. Dosen – dosen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (Bu Dra. Februarti Trimurti, M.Si, Pak Drs. Robinson Sembiring M.Si, Pak Drs. Tunggul Sihombing, M.A, Kak Siswati, Pak Drs. Rasyudin, M.Si, Pak Drs. Ridwan Rangkuti, M.Si dan dosen – dosen lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu) makasih ya ibu dan bapak buat pengajaran dan motivasinya selama ini.

7. Ibu Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan selama pengerjaan skripsi ini dan memberikan banyak wejangan kepada penulis.

8. Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam pengurusan administrasi selama penulis menempuh pendidikan di Administrasi Negara FISIP USU.

(6)

iv 10.Bapak Anggiat Panjaitan, SH, M.Hum dan Bapak Syamsul Bahri, SH yang telah memberikan bantuan, informasi dan bimbingan kepada penulis selama menjalankan penelitian di Kemenkumham Sumatera Utara.

11.Bapak Selamet Sutarno dan Bapak Faiz yang telah memberikan bantuan, informasi dan bimbingan kepada penulis selama menjalankan penelitian di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan.

12.Bapak Edward yang telah memberikan bantuan, informasi dan bimbingan kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

13.Bapak Arpian Saragih S.Sos, M.Si dan staff yang telah memberikan bantuan, informasi dan bimbingan kepada penulis selama menjalankan penelitian di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.

14.Keluarga saya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. Orangtua (M. Panjaitan, SE dan Dra. L. Barus), opung (Alm. D. Panjaitan dan S. Nainggolan) serta adik – adik saya (Josephin Panjaitan, Christina Panjaitan, Intan Panjaitan, dan Cici Panjaitan).

15.Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama 2 tahun ini dan rekan – rekan Paguyuban Karya Salemba Empat USU yang telah memberikan banyak pengalaman berharga bagi penulis.

16. Teman – teman kelompok II magang Desa Ujung Bandar (Feby, Resa, Fahmi, Bernad, Isti, Umi, Aldemar, Syahrial, Josua, Ratih, dan Ucup). Makasi ya buat pengalaman 2 minggu tinggal bersama selama magang.  17.Teman seperjuangan (Chyntia, Windy, Hanna, Atika, dan Reina) makasih

(7)

v selama ini. Teman – teman AN 2010 (Benny, Modest, Erap, Andhika, Ira, Zudika, Fitri, Nurul Elvandari, David, Siti Harum, Bobby, Ravi, Lona, Mariance, Anya, Christine, Petra, Nurhayati dan kawan – kawan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) makasih ya semua buat 4 tahun kebersamaan kita di AN. Semoga kita sukses semua. Amin...  18.Senior – senior penulis (2006 – 2009) yang banyak memberikan informasi

dan dukungan kepada penulis. K’Elida, K’Marino, K’Nia, K’ Shynta, K’Amel, K’ Uul, B’ Eko, B’ Leo, B’ Bontor, B’Benny, B’ Jaka, B’ Rio, B’ Mian, dan senior – senior lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis. Makasih banyak ya abang dan kakak. Juniorku (2011 – 2013) yang banyak memberikan dukungan kepada penulis. GBU  19.Semua pihak yang selalu memberikan dukungan yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu. Makasih atas doanya...

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritikan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya bagi yang membutuhkannya.

Medan, April 2014 Penulis

(8)

vi DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

Abstrak i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi vi

Daftar Bagan x

Daftar Gambar xi

Daftar Tabel xii

Bab I Pendahuluan 1

I.1. Latar Belakang 1

I.2. Fokus Masalah 7

I.3. Rumusan Masalah 7

I.4. Tujuan Penelitian 8

I.5. Manfaat Penelitian 8

I.6. Definisi Konsep 9

Bab II Tinjauan Pustaka11

II.1. Globalisasi Pendidikan 11

II.1.1. Pengertian Globalisasi 11

II.1.2. Globalisasi Pendidikan 12

II.2. Koordinasi 14

(9)

vii

II.2.2. Fungsi Koordinasi 15

II.2.3. Syarat – syarat Koordinasi 16

II.2.4. Sifat dan Asas Koordinasi 17

II.2.5. Prinsip Koordinasi 18

II.2.6. Manfaat dan Tujuan Koordinasi 19 II.2.7. Cara Menjalankan Koordinasi 20 II.2.8. Mekanisme dan Tipe Koordinasi 21

II.2.9. Tahap – tahap Koordinasi 23

II.2.10. Hambatan dalam Melakukan Koordinasi 24

II.3. Pelayanan Publik 25

II.3.1. Pengertian Pelayanan 25

II.3.2. Bentuk Layanan 26

II.3.3. Pengertian Publik 27

II.3.4. Pengertian Pelayanan Publik 28 II.3.5. Indikator Pelayanan Birokrasi yang Berkualitas 29

II.4. Mahasiswa Asing 31

II.5. Kebijakan Pemerintah mengenai Mahasiswa Asing 32

Bab III Metodologi Penelitian 35

III.1. Bentuk Penelitian 35

III.2. Lokasi Penelitian 36

III.3. Informan Penelitian 37

III.4. Kharakteristik Informan Utama 39

(10)

viii

III.6. Teknik Pengumpulan Data 41

III.7. Teknik Analisis Data 42

III.8. Pengujian Keabsahan Data 43

III.9. Etika Penelitian 44

III.10. Kesulitan dalam Penelitian 46

Bab IV Deskripsi Lokasi Penelitian 47

IV.1.Kantor Urusan Internasional USU 47 IV.2.Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Sumatera Utara 55

IV.3.Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan 63 IV.4.Kepolisian Daerah Sumatera Utara 68 IV.5.Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan 75

Bab V Temuan Hasil Penelitian 98

V.1. Koordinasi sebelum mahasiswa asing tiba di Indonesia 98

V.1.1.Surat Ijin Studi 99

V.1.2.Visa 103

V.2. Koordinasi ketika mahasiswa asing menjalankan pendidikan di Indonesia108

V.2.1. Pengurusan Alih Status VISA B ke VISA C 116

V.2.2. KITAS 119

V.2.3. MERP / ERP 133

V.2.4. SKLD 136

(11)

ix V.3. Koordinasi ketika mahasiswa asing meninggalkan Indonesia 146

Forum Koordinasi 147

Bab VI Penutup167

VI.1. Kesimpulan 167

VI.2. Saran 170

Daftar Pustaka ix

(12)

x DAFTAR GAMBAR

(13)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Distribusi Informan berdasarkan Jurusan / Departeman 39 Tabel 3.2. Distribusi Informan Berdasarkan Stambuk Perkuliahan 40 Tabel 5.1. Frekuensi Mahasiswa Asing Melihat Facebook IAO USU 126 Tabel 5.2. Ketepatan Waktu Penyelesaian Dokumen Mahasiswa Asing 128 Tabel 5.3. Respon Mahasiswa Asing mengenai Biaya

Pengurusan Dokumen 129

(14)

i ABSTRACT

Coordination of Public Institutions in Providing Various Services for Foreign Students in the University of North Sumatra

Name : Lasmaida Tio Evalina Panjaitan

NIM : 100903037

Program Study : Public Administration

Advisor : Asima Yanty Sylvania Siahaan, Dra, M.A., Ph.D.

Globalization gives various influences on the education of Indonesia. The high number of foreign students who come to the university in Indonesia suggests that the right to access education is unlimited. University of North Sumatra is one of universities in Indonesia which is selected by foreign students to pursue their education. However, the acceptance of foreign students in Indonesia is not attended by supporting infrastructure for them. This occurs because foreign students have to prepare some documents in various public institutions before they arrive in Indonesia, during his study period and when they completed their study in Indonesia. Therefore, a coordination among public institution to provide various service for foreign students at University of North Sumatera is urgently needed.

This study is a qualitative research by using interviews, questionnaires, and observation in data collection techniques. Key informants in this research are, Head and staff of IAO USU, Security and Intelligence Directorate of Region Police North Sumatera, Section Head of the Foreign Counter of Immigration Office Class I Speciality of Medan, Departement Head of Information and Control Population – Office of Civil Registration Medan, Division Head of Traffic Immigration – The Ministry of Law and Human Rights North Sumatera, and some foreign students at USU.

Based on this study, researcher finds out three types coordination among public institution to provide various services to foreign students, namely administrative coordination, vertical coordination, diagonal coordination, voluntary coordination, , and interrelated horizontal coordination. In the midst of the chance of formal coordination, coordination forum is an effective alternative coordination to communicate about various service for foreign students in USU. Foreign students prepare all their documents in KUI USU. University of North Sumatra is considered as a coordinator in the coordination among public institutions in providing various service of foreign students in USU.

This study reccomendation are to effective service of foreign students at USU, KUI USU should be given an authority to coordinate with DIKTI and Direktorat General of Immigration in providing permit study and Visa of foreign students. When foreign students had completed their study at USU, it is needed a coordination between KUI USU and Office of Civil Registration Medan in providing a document as notification that foreign students will leave Indonesia. To effective the administrative management of foreign students, they should be given the Student Visa so that foreign students only prepare their document’s permit before they arrive in Indonesia.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Batas – batas wilayah suatu negara bukanlah menjadi suatu kendala yang cukup berarti pada masa sekarang ini. Setiap orang dapat berkomunikasi dengan mudah tanpa memandang ruang dan waktu.

Globalisasi yang terjadi pada saat ini berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan yang tersebar luas ke seluruh dunia.

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbukanya peluang lembaga pendidikan, mahasiswa asing, dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia.

(16)

2 Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki universitas yang masih diperhitungkan di Asia. Institut Teknologi Bandung (posisi 27), Universitas Gajah Mada (posisi 42), dan Universitas Indonesia (posisi 92) misalnya yang masuk ke dalam 100 besar universitas terbaik di Asia1. Bahkan di Indonesia, Universitas Sumatera Utara masih diperhitungkan oleh warga negara asing sebagai tempat mereka untuk melanjutkan pendidikannya2.

Kondisi ini didukung dari data Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan3. Menurut beliau, jumlah mahasiswa asing di Indonesia dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan sebesar 20 persen. Dari jumlah sekitar 8.000 mahasiswa asing pada 2011 meningkat menjadi sebanyak 10.000 mahasiswa asing pada tahun 2013. Sedangkan jumlah mahasiswa asing yang terdata di kota Medan saat ini sekitar 2.158 orang4. Dari 2.158 mahasiswa asing tersebut, hampir 1000 mahasiswa asing berada di Universitas Sumatera Utara dan selebihnya tersebar di Universitas Negeri dan Swasta lainnya5. Namun, Fakultas Kedokteran Umum dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mendominasi banyaknya minat mahasiswa asing sebagai tempat menimbah ilmu. Ini terlihat pada tahun 2012, Universitas Sumatera Utara menyediakan sebanyak 180 kursi yang diterima melalui Jalur Program Internasional dan Twinning Program dengan Allianze University College of Medical Sciences Malaysia, masing-masing 100 kursi di

1

www.4icu.org diakses pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 21.00 WIB

2

www.webometrics.info/en/asia/indonesia, diakses pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 21.10 WIB

3

http://www.pikiran-rakyat.com/node/253855, diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 21.15

4

http://www.ceritamedan.com/2012/11/mahasiswa-asing-di-medan-wajib-lapor.html, diakses pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 21.35 WIB

5

(17)

3 Fakultas Kedokteran (FK) dan 80 di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), sementara untuk fakultas lainnya belum disediakan.6

Untuk bisa menjadi salah satu mahasiswa di universitas negeri ataupun swasta, warga negara asing tersebut harus mematuhi kebijakan – kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dan universitas yang bersangkutan bagi mereka. Dasar kebijakan yang harus mereka patuhi salah satunya yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007

tentang Persyaratan dan Prosedur bagi Warga Negara Asing untuk menjadi

Mahasiswa pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Kebijakan tersebut

berimplikasi kepada kebijakan pemerintah lainnya yang mengharuskan mahasiswa asing mengurus dokumen keimigrasian, kependudukan dan lapor diri dari kepolisian. Kebijakan pemerintah tersebut mengakibatkan warga negara asing mengurus sejumlah dokumen sebagai syarat bagi mereka untuk bisa menjalankan pendidikannya di universitas di Indonesia.

Namun, penerimaan mahasiswa asing di Indonesia tidak diikuti dengan penyediaan infrastruktur yang baik dari pemerintah yang dapat mendukung mahasiswa asing untuk merasa nyaman dalam menempuh pendidikannya di Indonesia. Mahasiswa asing harus mengurus sejumlah dokumen sebagai ijin mereka untuk menempuh pendidikan di Indonesia sebelum mereka tiba di Indonesia hingga menyelesaikan perkuliahannya dan kembali ke negara asalnya. Mahasiswa asing harus mengurus dokumen – dokumen tersebut secara berulang - ulang. Hal ini dikarenakan keterbatasan masa berlaku masing – masing dokumen

6

(18)

4 tersebut sehingga setiap dokumen harus diperpanjang apabila masa berlakunya telah habis.

Berdasarkan kebijakan tersebut, warga negara asing yang akan menjadi mahasiswa asing di salah satu universitas di Indonesia harus mengurus Surat Ijin Studi, VITAS (Visa Tinggal Terbatas), KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas), SKLD (Surat Keterangan Lapor Diri), SKTT (Surat Keterangan Tempat Tinggal), ERP (Exit Re-entry Permit), MERP (Multiple Exit Re – entry Permit), dan EPO

(Exit Permit Only) demi keamanan dan keselamatan mereka selama menempuh perkuliahan di Indonesia. Dokumen - dokumen tersebut harus diperoleh dengan segera dan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintah bila mahasiswa asing ingin tetap menjalankan pendidikannya di Indonesia.

Pengurusan dokumen – dokumen bagi mahasiswa asing tersebut melibatkan banyak instansi. Sebelum mahasiswa asing tiba di Indonesia, mahasiswa asing harus mengurus Visa ke Dirjen Imigrasi dan surat ijin studi ke DIKTI. Setelah tiba di Indonesia, mahasiswa asing harus mengurus KITAS dan MERP / ERP di Kantor Imigrasi, SKLD di Kepolisian, dan SKTT di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan ketika mereka ingin meninggalkan Indonesia mereka harus mengurus EPO. Sebelum mengurus semua dokumen – dokumen mereka di Indonesia, mahasiswa asing harus terlebih dahulu mengurus surat permohonan dan surat jaminan yang berasal dari universitas tempat mahasiswa asing menjalankan pendidikannya.

(19)

5 KITAS, MERP / ERP dan EPO di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan atau di Kantor Imigrasi Polonia Medan. Mengurus SKLD di Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan mengurus SKTT di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan serta mengurus surat permohonan dan surat jaminan dari USU.

Pengurusan dokumen – dokumen tersebut di setiap instansi memiliki proses yang panjang dan tidak cukup pengurusannya hanya dilakukan pada satu instansi saja melainkan harus mengurusnya ke empat instansi dengan prosedur pengurusan yang berbeda pula.7 Pengurusan dokumen tersebutpun tidak dapat dilakukan secara acak, semua harus mengikuti prosedurnya. Mahasiswa asing harus terlebih dahulu mengurus ke DIKTI dan Dirjen Imigrasi, setelah itu ke Imigrasi, kemudian ke Kepolisian dan terakhir ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Ini dilakukan karena dokumen yang diperoleh dari DIKTI dan Dirjen Imigrasi akan melengkapi syarat pengurusan di Imigrasi, dokumen dari Imigrasi akan melengkapi syarat pengurusan di Kepolisian dan dokumen dari Imigrasi dan Kepolisian akan melengkapi syarat pengurusan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Penyelesaian dokumen – dokumen tersebut mempunyai jangka waktu yang tidak sebentar. Sementara lamanya penyelesaian satu dokumen dari satu instansi akan mempengaruhi mahasiswa asing untuk mengurus dokumen di instansi selanjutnya. Ketepatan waktu instansi sebelumnya untuk menyelesaikan dokumen tersebut akan mempengaruhi pengurusan dokumen mahasiswa asing di instansi berikutnya. Sementara dari pengalaman yang pernah peneliti alami, peneliti membutuhkan waktu yang lama untuk mengurus satu dokumen di instansi

7

(20)

6 pemerintah. Setiap dokumen yang kita urus di satu instansi pemerintah tidak dapat diselesaikan dalam waktu satu hari. Sementara, bila mahasiswa asing tidak mempunyai dokumen – dokumen tersebut, mahasiswa asing akan dikenakan sanksi bahkan bisa dianggap sebagai orang asing ilegal yang datang ke Indonesia dikarenakan tidak mempunyai dokumen yang jelas selama berada di Indonesia.

Peraturan ini bisa dilaksanakan bila ada koordinasi yang baik antar instansi pemerintah yang bersangkutan. Koordinasi tersebut sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan pelayanan yang akan diberikan kepada mahasiswa asing sehingga satu instansi tidak menjadi penghambat bagi mahasiswa asing untuk mengurus dokumen di instansi selanjutnya. Koordinasi ini dipandang sangat sulit dikarenakan setiap instansi mempunyai Standard Operating Procedure (SOP) yang berbeda – beda. Apalagi tidak adanya suatu instansi yang mengkoordinir semua instansi tersebut untuk melaksanakan tugas mereka. Semua instansi berada pada jenjang yang sama dan saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga satu instansi tidak dapat menuntut instansi yang lain mengenai pelayanan yang akan diberikan oleh instansi terkait.

(21)

7 I.2. Fokus Masalah

Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut dengan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang bersifat umum. Fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Pada penelitian kualitatif, penemuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara dan akan berkembang di lapangan.8

Adapun fokus masalah pada penelitian ini adalah mengenai koordinasi yang dilakukan antar instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa asing, strategi instansi pemerintah dalam melakukan koordinasi dan hambatan dalam melakukan koordinasi antar instansi pemerintah tersebut. Adapun pelayanan terhadap mahasiswa asing yang dilakukan oleh instansi pemerintah adalah pelayanan dalam bentuk administrasi yaitu pengurusan dokumen – dokumen guna melengkapi syarat – syarat penerimaan sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara dan dalam rangka menjaga keamanan dan keselamatan mahasiswa asing selama menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

I.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimanakah koordinasi yang dilakukan

8

(22)

8 instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan terhadap mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara?”

I.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pelayanan yang diberikan oleh Universitas Sumatera Utara dan instansi pemerintah terkait kepada mahasiswa asing dalam hal mengurus keperluan administrasi mahasiswa asing.

b. Untuk mengetahui koordinasi yang terjadi antara Universitas Sumatera Utara dengan instansi – instansi pemerintah terkait yang mengurus masalah administrasi mahasiswa asing.

c. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi di dalam melakukan koordinasi antara Universitas Sumatera Utara dan instansi pemerintah terkait dalam pemberian pelayanan terhadap mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara.

d. Untuk mengetahui strategi instansi pemerintah terkait dalam melakukan koordinasi untuk memberikan pelayanan terhadap mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara.

I.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

(23)

9 b. Secara ilmiah, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

serta mengembangkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi terkait demi peningkatan pelaksanaan kebijakan dan peningkatan pelayanan publik.

d. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang koordinasi antar instansi pemerintah terhadap mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara.

I.6. Defenisi Konsep

Definisi Konsep memberikan batasan terhadap pembahasan dari permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Menurut Singarimbun, konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.9

Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan uraian dan kerangka teori diatas, konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Koordinasi instansi pemerintah adalah keselarasan kerja dan kerja sama yang dilakukan oleh instansi pemerintah sehingga adanya

9

(24)

10 kesamaan pedoman yang jelas pada suatu tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh insatansi pemerintah. Koordinasi antar instansi pemerintah ini erat kaitannya dengan komunikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah tersebut.

b. Pelayanan publik dalam bentuk pelayanan administratif diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan masyarakat dalam rangka mengurus dokumen atau keperluan administrasi lainnya yang dilakukan oleh instansi pemerintah terkait. Instansi pemerintah tersebut merupakan instansi yang memiliki wewenang dalam mengurus dokumen – dokumen tersebut selaku penyelenggara negara.

c. Mahasiswa asing adalah warga negara yang berasal dari luar negara Indonesia yang menjalankan pendidikan tinggi di salah satu universitas di Indonesia baik universitas negeri maupun universitas swasta.

(25)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Singarimbun, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya teori, peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya berdasarkan unsur ilmu dalam teori.10

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : II.1. Globalisasi Pendidikan

II.1.1. Pengertian Globalisasi

Menurut Sztompka, globalisasi dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal sehingga masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung secara global.11

Sementara menurut Jamiah, globalisasi dipandang sebagai suatu proses sosial yang akan membawa seluruh bangsa dan negara semakin terikat satu sama lain, mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru dengan menyingkirkan batas – batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.12

Definisi lain mengatakan bahwa proses globalisasi merupakan suatu rangkaian proses yang mengintegrasikan kehidupan global didalam suatu ruang dan waktu melalui internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari produksi dan keuangan, internasionalisasi dari komoditas budaya yang ditopang

10

Singarimbun. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES, Hal 37

11

Sztompka. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, Hal 101 – 102

12

(26)

12 oleh jaringan sistem telekomunikasi global yang semakin canggih dan cepat. Intinya dari proses globalisasi yaitu terciptanya suatu jaringan kehidupan yang semakin terintegrasi.13

Dari ketiga pernyataan diatas, peneliti berpendapat bahwa globalisasi ditandai dengan adanya proses yang menghasilkan jaringan dunia tunggal dan tatanan kehidupan baru yang didukung dengan sistem komunikasi yang canggih dan mendunia sehingga kehidupan manusia semakin tergantung satu sama lain tanpa mengenal batas geografis, budaya dan ekonomi masyarakat.

II.1.2. Globalisasi Pendidikan

Globalisasi memberikan banyak dampak di berbagai aspek kehidupan manusia salah satunya dalam bidang pendidikan. Dengan adanya globalisasi pendidikan setiap orang dapat menempuh pendidikan dan memperoleh ilmu pengetahuan tanpa memandang batasan wilayah negara. Salah satu kelanjutan yang tidak dapat dihindari dari proses globalisasi adalah semakin terkaitnya proses pendidikan di berbagai pelosok tanah air dengan kondisi yang terjadi di mancanegara.

Walaupun begitu globalisasi pendidikan memberikan dampak positif dan negatif. Disatu sisi, PBB melalui trilogi pendidikan global mengatakan bahwa dampak globalisasi pendidikan akan menumbuhkan demokrasi pendidikan, modernisasi pendidikan dengan menghormati identitas budaya, adaptasi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan produktif searah dengan kebutuhan

13

(27)

13 lapangan kerja.14 Dalam trilogi pendidikan global yang dicetuskan oleh PBB tersebut menekankan bahwa globalisasi pendidikan akan menjamin pemerataan pendidikan bagi setiap orang.

Namun disisi lain, globalisasi akan memberikan dampak negatif terhadap pendidikan di Indonesia. Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam 3 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan15 yaitu pertama, dalam perspektif neo – liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan komersil dengan mencari pasar baru dan memperluas bentuk – bentuk usaha secara berkesinambungan. Kedua, globalisasi mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara yang semakin terbatas dikarenakan kebijakan pemerintah lebih dipengaruhi oleh pasar. Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan di mana orang-orang belajar dalam suasana yang sangat individual dan menghalanginya untuk berinteraksi dengan orang – orang di sekitarnya.

Dari pernyataan yang berbeda tersebut, namun dapat disimpulkan bahwa globalisasi sangat ditentukan oleh kompetisi global yang berpusat pada “pasar”.16 Kompetisi tersebut tidak akan pernah lepas dari faktor ketangguhan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan output dari pendidikan. Oleh karena itu, hubungan antara pendidikan nasional dengan globalisasi tidak saja dalam aspek dampak tetapi juga dalam segi tantangan. Artinya, globalisasi adalah sebagai sebuah proses yang tidak bisa diputar mundur dan terus bergulir menantang dunia

14

Harijanto. Dampak Globalisasi Pendidikan terhadap Pelestarian Kearifan Lokal

(http://utsurabaya.files.wordpress.com/2013/01/harijanto.pdf diakses pada tanggal 13 November 2013 pukul 23.49 WIB)

15

Kompas. Globalisasi Pendidikan ( http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/08/globalisasi-pendidikan-371426.html, diakses pada tanggal 27 Maret 2014, pukul 16.00 WIB).

16

(28)

14 pendidikan. Walaupun dikatakan globalisasi tersebut memberikan dampak negatif terhadap pendidikan namun globalisasi pendidikan tidak memberikan dampak yang buruk terhadap sumber daya manusia. Dampak negatif tersebut masih bisa diatasi dan diminimalisir. Globalisasi mampu memberikan banyak dampak positif terhadap pendidikan yang membuat kemampuan sumber daya manusia berkembang lebih pesat lagi. Globalisasi pendidikan dapat menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.

II.2. Koordinasi

II.2.1. Pengertian Koordinasi

Menurut Leonard D. White dalam buku Sutarto17, koordinasi adalah penyesuaian diri dari bagian – bagian satu sama lain dan gerakan serta pengerjaan bagian – bagian pada saat yang tepat sehingga masing – masing dapat memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil secara keseluruhan.

Menurut Henry Fayol dalam buku Sutarto18, koordinasi berarti mengikat bersama, menyatukan, dan menselaraskan semua kegiatan dan usaha.

Menurut George R. Terry dalam buku Sutarto19, koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha – usaha untuk menciptakan kepantasan kuantitas, waktu, dan pengarahan pelaksanaan yang menghasilkan keselarasan dan kesatuan tindakan untuk tujuan yang telah ditetapkan.

17

Sutarto. Dasar – Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 126

18

Ibid, hal 127

19

(29)

15 Manajer yang sukses adalah manajer yang dapat melakukan “koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS)” dengan baik.20

Integrasi adalah suatu usaha untuk menyatukan tindakan – tindakan berbagai badan, instansi, unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan – kegiatan, tindakan – tindakan, unit – unit, sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja.

Dari pejelasan diatas, maka peneliti berpendapat bahwa untuk koordinasi dapat dipakai satu istilah yaitu keselarasaan. Baik kesatuan tindakan, waktu, kesatuan usaha, penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar bagian maupun sinkronisasi semua kegiatan. Atas dasar itu pula, agar tercipta koordinasi yang baik maka di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan organisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.

II.2.2. Fungsi Koordinasi

Fungsi koordinasi21 ialah mengsinkronisasikan dan melaraskan kegiatan semua unit departemen organisasi menuju tercapainya suatu hasil akhir yang sama. Koordinasi menyangkut semua orang, kelompok, unit organisasi, sumber daya organisasi dan semua kegiatan yang bekerja sama di dalam setiap organisasi. Tanpa koordinasi terjadi pemborosan waktu, daya upaya, dan uang yang sangat banyak untuk menccapai suatu tujuan dari suatu organisasi.

20

Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara, hal 86

21

(30)

16 Fungsi dari koordinasi tersebut akan tercapai bila didukung oleh semua pihak dalam organisasi. Koordinasi yang baik dimulai dengan sikap pegawai – pegawai, perencanaan, saling percaya, dan integrasi kegiatan tetap dan terus – menerus dari semua anggota manajemen dan seluruh angkatan kerja, semangat kelompok yang baik dan moral yang tinggi. Hal ini tidak dapat tercapai jika pegawai yang berkoordinasi tidak merasa cocok dengan pimpinan yang mengkoordinir kegiatan tersebut. Struktur organisasi juga mempunyai pengaruh yang besar pada suatu koordinasi, karena menentukan kerangka yang mengurus semua garis komando, saluran komunikasi dan pola hubungan yang harus diintegrasikan menjadi satu hasil gabungan yang serasi.

Dari penjelasan diatas, maka peneliti berpendapat bahwa fungsi koordinasi adalah untuk mengefisienkan kinerja setiap komponen dalam organisasi guna mencapai hasil yang maksimal dari tujuan organisasi tersebut.

II.2.3. Syarat – syarat Koordinasi

Suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai suatu kegiatan koordinasi apabila terpenuhinya syarat – syarat dari suatu kegiatan koordinasi. Adapun yang menjadi syarat – syarat koordinasi22 yaitu:

a. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.

b. Rivalry, dalam perusahaan – perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian – bagian, agar bagian – bagian ini berlomba – lomba untuk mencapai tujuan.

22

(31)

17 c. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai. d. Espirit de corps, artinya bagian – bagian yang diikutsertakan atau dihargai,

umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

Dari penjelasan diatas, maka peneliti berpendapat bahwa syarat untuk melakukan koordinasi adalah adanya perasaan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, tujuan yang sama, saling menghargai dan berpartisipasinya semua pihak untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Bila salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka kegiatan tersebut bukanlah suatu tindakan koordinasi.

II.2.4. Sifat dan Asas Koordinasi

Koordinasi memiliki sifat – sifat. Adapun yang menjadi sifat – sifat dari koordinasi23 yaitu koordinasi adalah dinamis bukan statis, koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran, dan koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas koordinasi adalah asas skala (scalar principle = hierarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang – jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang berbeda – beda. Asas hierarki ini menunjukkan bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi bawahannya langsung.

Dari penjelasan diatas, maka peneliti berpendapat bahwa sifat dan asas koordinasi adalah kegiatan yang selalu berkembang, ada yang mengkoordinir, dan

23

(32)

18 adanya struktur organisasi yang memperjelas hubungan kerja sama di antara mereka.

II.2.5. Prinsip Koordinasi

Prinsip – prinsip yang perlu diterapkan dalam menciptakan koordinasi24 antara lain:

a. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai dan kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing – masing pihak termasuk target dan jadwalnya.

b. Rancang pertemuan berkala guna memonitor kemajuan, saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama mengenai kegiatan dan hasil termasuk pemecahan masalah – masalah yang dihadapi masing – masing pihak.

c. Adanya saling menghormati terhadap wewenang fungsional masing – masing pihak sehingga tercipta semangat kerja sama untuk saling membantu guna mengefektifkan kegiatan bersama.

d. Sempurnakan sistem kerja dan sederhanakan bila perlu.

Dari penjelasan di atas, peneliti berpendapat bahwa prinsip terutama dari sebuah koordinasi adalah dirancangnya pertemuan berkala antar organisasi yang berkoordinasi. Dengan adanya pertemuan berkala, maka akan terjalin komunikasi diantara organisasi tersebut dalam memonitoring kegiatan satu dengan yang lain termasuk dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah yang ada dalam koordinasi tersebut.

24

(33)

19 II.2.6. Manfaat dan Tujuan Koordinasi

Adapun yang menjadi tujuan koordinasi25 yaitu:

a. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan, keterampilan spesialis, pemanfaatan 6M, serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan. b. Untuk menghindari kekosongan, tumpang – tindih pekerjaan, kekacauan dan

penyimpangan tugas dari sasaran dan menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.

Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi maka ada beberapa manfaat yang dapat dipetik daripadanya26, yaitu:

a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan – satuan organisasi, dihindarkan pendapat bahwa satuan organisasinya atau jabatannya merupakan yang paling penting, pertentangan antar satuan organisasi atau antar pejabat, rebutan fasilitas, waktu menunggu yang memakan waktu lama, kekosongan pengerjaan dan kekembaran pengerjaan terhadap sesuatu aktivitas oleh satuan – satuan organisasi .

b. Dengan koordinasi dapat ditumbuhkan kesadaran diantara para pejabat untuk saling bantu satu sama lain diantara pejabat yang ada dalam satuan organisasi yang sama, saling memberitahu masalah yang dihadapi bersama, adanya kesatuan langkah antar para pejabat, sikap antar pejabat dan kesatuan kebijaksanaan antar pejabat.

Dari penjelasan diatas, peneliti berpendapat bahwa tujuan dan manfaat koordinasi adalah untuk mengefisienkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi.

25

Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara, hal 87 - 88

26

(34)

20 II.2.7. Cara Menjalankan Koordinasi

Organisasi tentu saja ingin menjalankan koordinasi yang efektif. Suatu koordinasi yang efektif dapat dicapai dengan berbagai cara. Menurut Reksohadiprodjo, cara menjalankan koordinasi27, yaitu:

a. Menyederhanakan organisasi, bagian – bagian yang secara konstan berhubungan dan bekerja sama ditempatkan dalam satu sistem.

b. Harus diadakan prosedur yang terang dan jelas dan setiap orang mengetahui dan mengikutinya sehingga waktu penyelesaiannya tepat; ditentukan tanggal (deadline) penyelesaian.

c. Sedapat mungkin dipakai metode komunikasi tertulis. d. Sebaiknya diadakan rencana sedini mungkin.

e. Para karyawan diminta / didorong agar mengadakan koordinasi secara sukarela f. Koordinasi dilakukan secara formal melalui pemimpin, staf pembantu, panitia

maupun pejabat penghubung, walaupun kontak tak formal perlu dikembangkan Sementara menurut Hasibuan28, cara – cara mengadakan koordiansi yaitu: a. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat.

b. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota sebagai tujuan bersama.

c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, saran – saran, dan berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran. d. Membina human relations yang baik antara sesama karyawan.

e. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan.

27

Reksohadiprodjo. Dasar – dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE, hal 57

28

(35)

21 Ringkasnya, menurut peneliti suatu koordinasi dapat dilakukan dengan adanya partisipasi, komunikasi dan dukungan dari semua pihak yang berkoordinasi dalam proses pengambilan keputusan dan kegiatan – kegiatan dalam koordinasi tersebut.

II.2.8. Mekanisme dan Tipe Koordinasi

Biasanya organisasi menciptakan mekanisme koordinasi tertentu. Menurut Litterer dalam buku Reksohadiprodjo29, ada 3 mekanisme koordinasi, yaitu:

a. Koordinasi hierarki, dimana berbagai kegiatan dihubungkan di bawah satu kekuasaan pusat

b. Koordinasi administratif, yang berhubungan dengan pekerjaan yang rutin sifatnya

c. Koordinasi sukarela, dimana individu atau kelompok melihat adanya kebutuhan, menciptakan program dan menerapkannya

Menurut Hasibuan30, tipe – tipe koordinasi yaitu:

a. Koordinasi vertikal adalah kegiatan – kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit – unit, kesatuan – kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur

b. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan – tindakan atau kegiatan – kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan – kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi

29

Reksohadiprodjo. Dasar – dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE, hal 57

30

(36)

22 horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat.

Koordinasi horizontal ini dibagi atas:

Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan – tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara ekstern pada unit – unit yang sama tugasnya

Interrelated adalah koordinasi antarbadan (instansi); unit – unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan atau mempunyai kaitan baik cara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf.

Selain tipe koordinasi diatas, Suganda memberikan tipe koordinasi31 lainnya yaitu:

a. Menurut lingkupnya, terdapat koordinasi intern, yaitu koordinasi antar pejabat antar unit di dalam suatu organisasi dan koordinasi ekstern, yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi atau antar organisasi. b. Menurut arahnya, terdapat koordinasi diagonal, yaitu koordinasi antar

pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya dan koordinasi fungsional yaitu koordinasi antar pejabat, antar unit atau antar organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi, atau karena koordinatornya mempunyai fungsi tertentu.

31

(37)

23 Dari tipe dan mekanisme koordinasi tersebut maka jenis koordinasi yang akan dijalankan oleh suatu organisasi tergantung pada jenis kegiatan yang akan dikoordinasikan dan instansi yang ikut terlibat dalam menjalankan kegiatan tersebut.

II.2.9. Tahap – Tahap Koordinasi

Tahap – tahap penting dari koordinasi32 yaitu: 1. Komunikasi

Kemampuan organisasi untuk melakukan koordinasi akan sangat tergantung pada cara bagaimana orang mempergunakan sistem komunikasi dengan baik. Pesan yang disampaikan oleh satu instansi harus bisa diterima dan dimengerti oleh instansi yang lain sehingga pelaksanaan kegiatan antar instansi tersebut akan berjalan dengan baik.

2. Penentuan waktu

Penentuan waktu yang tepat dan penyusunan jadwal merupakan bagian – bagian pokok dari koordinasi. Setiap situasi memerlukan suatu analisis yang cermat dan teknik perencanaan yang baik untuk disesuaikan dengan kebutuhan koordinasi yang akan dijalankan.

3. Fleksibilitas

Hampir setiap prosedur senantiasa berubah. Oleh sebab itu, manajemen harus selalu waspada terhadap kebutuhan perubahan kegiatan dan perubahan dalam koordinasi yang berkaitan dengan kegiatan itu.

32

(38)

24 4. Pengendalian

Koordinasi dengan sendirinya bergantung pada pengendalian efektif. Pengendalian biasanya baik, bila diciptakan suasana yang menyebabkan orang – orang bekerja sama sebagai satu tim. Tetapi, jika orang – orang tersebut tidak ingin bekerja sama, koordinasi menjadi suatu pekerjaan yang sangat sulit, sekalipun dengan adanya pengendalian yang efektif.

II.2.10. Hambatan dalam Melakukan Koordinasi

Menurut Handayaningrat33, yang menjadi hambatan dalam koordinasi vertikal yaitu disebabkan oleh perumusan tugas, wewenang dan tanggung jawab tiap – tiap satuan kerja kurang jelas. Di samping itu adanya hubungan dan tata kerja yang kurang dipahami oleh pihak – pihak yang bersangkutan dan terkadang timbul keraguan di antara yang mengkoordinasi dan yang dikoordinasi bahwa ada hubungan dalam susunan organisasi yang bersifat hierarki.

Dan ada pula hambatan dalam koordinasi fungsional baik dalam koordinasi horizontal dan koordinasi diagonal yaitu disebabkan oleh pihak yang mengkoordinasi dan yang dikoordinir tidak terdapat hubungan hierarki (garis komando).

Menurut Sugandha, hambatan di atas menimbulkan beberapa kesalahan yang sering dilakukan seseorang dalam melakukan usaha pengkoordinasian34, yaitu kesalahan anggapan orang mengenai organisasinya sendiri, kesalahan anggapan orang mengenai instansi induknya, kesalahan pandangan mengenai arti

33

Handayaningrat. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung. hal 129.

34

(39)

25 koordinasi sendiri, dan kesalahan pandangan mengenai kedudukan departemennya di pusat.

II.3. Pelayanan Publik

II.3.1. Pengertian Pelayanan

Menurut Kotler dalam Sinambela35, pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Menurut Sampara dalam Sinambela36, pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Menurut Keputusan Menteri Negara Aparatur Negara No. 63 tahun 2003

pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan instansi

pemerintah baik di pusat, di daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara /

daerah dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan

masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.

Dari penjelasan diatas, penulis berpendapat bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan yang memberikan kepuasan bagi orang yang dilayaninya. Pelayanan tersebut harus diberikan sesuai dengan permintaan dari orang yang dilayaninya karena yang merasakan kepuasan tersebut adalah orang yang merasakan pelayanan tersebut.

35

Sinambela. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi aksara, hal 4

36

(40)

26 II.3.2. Bentuk Layanan

Layanan umum yang dilakukan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas dari 3 macam yaitu37:

1. Layanan dengan lisan

Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan agar layanan lisan ini dapat berjalan dengan baik yaitu dengan memahami benar masalah – masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya sehingga dapat memberikan penjelasan dengan jelas kepada orang yang dilayani dengan sopan dan ramah tamah.

2. Layanan melalui tulisan

Pada dasarnya, layanan melalui tulisan cukup efisien terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya. Agar layanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani, satu hal yang harus diperhatikan ialah kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun dalam proses penyelesaiannya. Layanan tulisan terdiri atas dua golongan yaitu:

a. Layanan berupa petunjuk, informasi, dan yang sejenis ditujukan pada orang – orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga

b. Layanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian / penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya dengan dibuatnya standard blangko surat, baik standard surat berkepala maupun standar materi bagi keperluan yang sifatnya rutin.

37

(41)

27 3. Layanan melalui perbuatan

Dalam kenyataan sehari – hari jenis layanan perbuatan dan layanan lisan sering tergabung. Hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang berkepentingan. Jadi tujuan utama orang yang berkepentingan ialah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan.

Dari ketiga bentuk layanan tersebut, yang paling terpenting dalam proses pelayanan publik yaitu pelayanan melalui perbuatan. Sikap aparatur yang melayani dengan segera dan tanpa menunda – nunda waktu merupakan suatu bentuk pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat sehingga setiap dokumen yang diurus oleh masyarakat dapat terselesaikan dengan cepat.

II.3.3. Pengertian Publik

Istilah publik berasal dari Bahasa Inggris “public” yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai.38

Inu dan kawan – kawan dalam Sinambela mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kesamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai – nilai norma yang merasa memiliki.39

38

Sinambela. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara, hal 5

39

(42)

28 H. George Frederickson menjelaskan konsep “publik” dalam lima perspektif40, yaitu (1) publik sebagai kelompok kepentingan masyarakat, (2) publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat yang terdiri atas individu – individu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri, (3) publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat, kepentingan publik diwakili melalui suara, (4) publik sebagai konsumen, yaitu konsumen yang sebenarnya tidak terdiri dari individu – individu yang tidak berhubungan satu sama lain, namun dalam jumlah yang cukup besar mereka menimbulkan tuntutan pelayanan birokrasi. Karena itu posisinya dianggap sebagai publik, dan (5) publik sebagai warga negara yaitu warga negara sebagai warga publik karena partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan warga negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dipandang segala sesuatu yang paling penting.

Dari penjelasan diatas, penulis berpendapat bahwa publik bersifat umum, menyeluruh dan menyangkut kepentingan orang banyak.

II.3.4. Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Syafiie dalam Sinambela, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.41

40

Frederikson. The Spirit of Public Administration. San Francisco: Jossey-Bass Publishers, hal 46 (http://usepmulyana.files.wordpress.com/2009/02/pengantar-kuliah-1.pdf diakses pada tanggal 15 Maret 2014 pukul 17.09 WIB)

41

(43)

29 Pelayanan publik diartikan pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.

Pelayanan birokrasi adalah melayani konsumen yang sesuai dengan kebutuhan dan seleranya. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan, semuanya sudah terukur ketepatannya karena yang diberikan adalah kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Dari penjelasan diatas, maka penulis berpendapat bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan baik dalam bentuk barang ataupun jasa kepada masyarakat umum oleh penyelenggara negara sesuai dengan mekanisme yang telah ada dan menjunjung tinggi kepuasan masyarakat dalam pemberian pelayanan.

II.3.5. Indikator Pelayanan Birokrasi yang Berkualitas

Menurut Fitzsimmons dan Fitzsimmons dalam Sinambela berpendapat terdapat lima indikator pelayanan publik yaitu42:

1. Reability yang ditandai pemberian pelayanan yang tepat dan benar 2. Tangibles yang ditandai dengan penyediaan sumber daya yang memadai 3. Responsiveness yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan

cepat

42

(44)

30 4. Assurance yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam

memberikan pelayanan

5. Emphaty yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan

Indikator lain dikemukakan oleh Sinambela. Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasaan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari43 :

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dimengerti dan dapat diakses oleh semua pihak

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain – lain

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

43

(45)

31 Indikator lain diberikan oleh Patricia Patton dalam Sinambela. Pelayanan yang berkualitas juga dapat dilakukan dengan konsep “layanan sepenuh hati”.44 Layanan seperti ini tercermin dari kesungguhan aparatur untuk melayani. Kesungguhan yang dimaksud, aparatur pelayanan menjadikan kepuasaan masyarakat sebagai tujuan utamanya. Kepuasaan masyarakat dijadikan suatu barometer dalam mengukur keberhasilan dalam pelayanan.

Dari penjelasan diatas, maka penulis berpendapat bahwa indikator pelayanan birokrasi yang berkualitas adalah masyarakat mempunyai hak yang sama untuk merasakan kepuasan atas pelayanan yang diberikan oleh birokrat tanpa adanya pembedaan dalam pengurusan setiap dokumen di instansi pemerintah.

II.4. Mahasiswa Asing

Mahasiswa didefinisikan sebagai individu yang telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan memasuki perguruan tinggi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2007 pasal 1, mahasiswa asing adalah warga negara asing yang mengikuti pendidikan pada perguruan tinggi di Indonesia.

Ada 4 motif mahasiwa asing menurut Bochler45 yakni : a. Mendapatkan gelar

b. Mendapatkan kemampuan akademik ataupun profesional c. Mempelajari budaya lain

d. Menambah pengalaman personal

44

Ibid, hal 7

45

(46)

32 II.5. Kebijakan Pemerintah mengenai Mahasiswa Asing

Kebijakan pemerintah yang mengatur mengenai keberadaan warga negara asing di Indonesia khususnya di Kota Medan. Kebijakan yang menaungi hal ini yaitu:

a. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 20 ayat 1 tentang Administrasi Kependudukan

b. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang Persyaratan dan Prosedur bagi Warga Negara Asing untuk menjadi Mahasiswa pada perguruan Tinggi di Indonesia

d. Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor IMI– IZ.01.10 – 1217 mengenai Persyaratan Visa dan Izin Tinggal Terbatas Pelajar / Mahasiswa Asing

e. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

f. Keputusan Rektor USU Nomor 1023/J05/SK/PP/2005 tentang Peraturan Akademik Program Sarjana (S1) USU

(47)

33 a. Persyaratan bagi warga negara asing untuk menjadi calon mahasiswa

pada perguruan tinggi di Indonesia meliputi:

i. memenuhi persyaratan akademik untuk mengikuti pendidikan tinggi di Indonesia;

ii. memiliki sumber pembiayaan untuk menjamin kelangsungan mengikuti pendidikan di perguruan tinggi;

iii. diterima oleh perguruan tinggi sebagai mahasiswa; iv. memiliki izin belajar dari Sekretariat Jenderal; v. memiliki visa atau izin tinggal di Indonesia; dan

vi. mematuhi peraturan perundang-undangan di Indonesia dan ketentuan perguruan tinggi yang dituju.

b. Prosedur bagi warga negara asing untuk menjadi mahasiswa pada perguruan tinggi meliputi:

i. melamar langsung kepada perguruan tinggi yang dituju; dan/atau ii. mengikuti test masuk perguruan tinggi; dan

iii. mengurus ijin belajar ke Direktorat Jenderal.

(48)

34 mahasiswa di perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat – surat yang harus diurus orang asing tersebut46 yaitu:

a. Pengurusan administrasi di perguruan tinggi bersangkutan b. Pengurusan administrasi di Dirjen DIKTI

c. Pengurusan administrasi di Dirjen Imigrasi

d. Pengurusan administrasi di Kedutaan Besar / Konsulat Jenderal Republik Indonesia di negara asal mahasiswa asing

e. Pengurusan administrasi di Polsek dan Polda f. Pengurusan administrasi di Kantor Imigrasi g. Pengurusan administrasi di Dinas Kependudukan

46

(49)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan asosiatif. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dikarenakan penelitian kualitatif dapat memberikan gambaran yang jelas atas fakta yang terjadi di masyarakat, hasil penelitian yang mendalam, dan sesuai dengan kondisi yang terjadi di masyarakat. Perspektif penelitian kualitatif menurut Hamidi dikemukakan dalam bentuk pembagian perspektif emik yakni data dipaparkan dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang dari subjek penelitian.47 Pendekatan asosiatif dimaksudkan untuk mengkonstruksikan hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya.

Adapun alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian kualitatif dengan pendekatan asosiatif dikarenakan penelitian ini menggambarkan fakta – fakta yang berhubungan satu sama lain dan menjelaskan keadaan yang terjadi di lapangan dan kemudian melakukan analisa data untuk memberikan kebenaran dan fakta – fakta dari data yang telah diperoleh sehingga peneliti dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai koordinasi pelayanan instansi pemerintah terhadap mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara.

47

(50)

36 III.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu:

1. Kantor Urusan Internasional Universitas Sumatera Utara (KUI USU) yang terletak di Jalan Dr. Mansur No. 9, Kampus USU Medan lantai 2 Biro Rektor.

2. Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Sumatera Utara (Kanwil Kemenkumham Sumut) di Jalan Putri Hijau No. 4 Medan

3. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan di Jalan Gatot Subroto KM 6,2 No. 268A Medan

4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan (Disdukcapil) di Jalan Iskandar Muda No. 270 Medan

5. Kepolisian Daerah Sumatera Utara di Jalan Sisimangaraja XII KM 10,5 No. 60 Medan

Alasan memilih lokasi ini dikarenakan KUI USU yang bertanggung jawab atas pengurusan dokumen – dokumen ijin, kependudukan dan keimigrasian mahasiswa asing. Di KUI USU juga tempat mahasiswa asing USU mengurus semua dokumen ijin, kependudukan dan keimigrasian mereka.

(51)

37 Penelitian juga dilakukan di Kanwil Kemenkumham Sumut dikarenakan Kanwil Kemenkumham Sumut sebagai koordinator dari Kantor Imigrasi sehingga terdapat hubungan vertikal antara Kantor Imigrasi dan Kemenkumham Sumut.

III.3. Informan Penelitian

Menurut Hendarso dalam buku Usman, penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian sehingga subjek penelitian telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja.48

Dalam penelitian kualitatif diperlukan informan penelitian agar setiap informasi di dapat secara detail oleh peneliti. Maka dalam peneltitian ini, peneliti menggunakan dua teknik yaitu purposive sampling dan snowball sampling.

Menurut Sugiyono, yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu sedangkan

snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya sedikit, lama-lama menjadi besar.49

Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

48

Usman. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, hal 56

49

(52)

38 1. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key informant) adalah pihak - pihak yang melakukan koordinasi dalam pelayanan administrasi mahasiswa asing yaitu:

a. Kepala Kantor Urusan Internasional Universitas Sumatera Utara b. Kepala Polda Sumatera Utara

c. Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan d. Kepala Dinas Kependudukan Kota Medan.

e. Kepala Kementerian Hukum dan HAM Sumatera utara yang berkoordinasi secara vertikal dengan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan

2. Informan Utama adalah individu ataupun kelompok yang dimana kebijakan ini ditujukan yaitu mahasiswa asing di lingkungan Universitas Sumatera Utara

Namun, setelah dilakukan penelitian, informan penelitian jadi berubah khususnya pada informan kunci. Ini disebabkan karena ada bagian atau divisi tertentu yang lebih mengetahui dan terlibat langsung dalam koordinasi instansi pemerintah dalam pelayanan mahasiswa asing yang sedang diteliti oleh peneliti. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini menggambarkan secara jelas koordinasi yang dijalankan oleh instansi pemerintah tersebut.

Adapun informan kunci yang diwawancarai berkaitan dengan koordinasi instansi pemerintah dalam pelayanan mahasiswa asing yaitu:

a. Kepala dan staff Kantor Urusan Internasional Universitas Sumatera Utara

(53)

39 c. Kepala Seksi Loket Asing Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan d. Kabid Pengelolaan Informasi dan Pengendalian Penduduk Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.

e. Kepala Sub Bidang Lalu Lintas Keimigrasian Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Sumatera Utara

III.4. Kharakteristik Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah mahasiswa asing yang memiliki kharakteristik yang berbeda – beda. Berikut ini data hasil penelitian berkaitan dengan kharakteristik informan.

a. Identitas Informan berdasarkan Asal Negara

Informan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang mahasiswa asing. 30 orang tersebut berasal dari negara Malaysia. Hal ini menggambarkan bahwa mayoritas mahasiswa asing yang menjalankan pendidikan di USU berwarga negara Malaysia.

b. Identitas Informan berdasarkan Jurusan / Departemen

Informan dalam penelitian ini mayoritas menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran USU dan sebagian menjalankan pendidikannya di Kedokteran Gigi USU. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1.

Distribusi Informan berdasarkan Jurusan / Departeman

No Jurusan Jumlah Persentase (%)

1 Kedokteran 25 83,33

2 Kedokteran Gigi 5 16,67

Jumlah 30 100

(54)

40 c. Identitas Informan berdasarkan Stambuk / Tahun Perkuliahan

Informan dalam penelitian ini mayoritas kuliah pada stambuk 2009 sampai stambuk 2013. Namun mayoritas mahasiswa asing berada pada stambuk 2010. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2.

Distribusi Informan Berdasarkan Stambuk Perkuliahan

No Stambuk Jumlah Persentase

1 2009 2 6,67

2 2010 20 66,67

3 2011 3 10,00

4 2012 3 10,00

5 2013 2 6,67

Jumlah 30 100

Sumber: Kuesioner 2014

III.5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, selain peneliti menjadi human instrument. Peneliti juga menggunakan existing data (data sekunder) sebagai instrumen penelitian. Menurut Nasution dalam Sugiyono, peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. Selain itu peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.50

50

(55)

41 III.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung ke

lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Tahapan pengumpulan data dilakukan melalui : a. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak – pihak yang terkait.

b. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang alternatif pertanyaan tidak ditentukan dan responden bebas memberikan jawaban. Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka. c. Observasi

Yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala – gejala yag ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

Gambar

Gambar 4.1. Logo Kanwil Kemenkumham Sumut
Gambar 4.2. Logo Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan
Tabel 5.2. Ketepatan Waktu Penyelesaian Dokumen Mahasiswa Asing
Tabel 5.3. Respon Mahasiswa Asing mengenai Biaya Pengurusan Dokumen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi mahasiswa asing di Universitas Sumatra Utara, maka peneliti memberikan saran yaitu

Berdasarkan uraian latar belakang maka perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah “Bagaimana Etiket Kerja Seorang Sekretaris Terhadap Pelayanan Tamu Pada Bagian Sekretariat

Selanjutnya dengan perhitungan koefisien determinan diperoleh hasil sebesar 24,2% yang berarti bahwa pelayanan perpustakaan mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa

Maka berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Iklan Terhadap Loyalitas Konsumen Dalam

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa pada Jurusan Akuntansi

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penerbitan izin lingkungan diperlukan kordinasi antar instansi pemerintah daerah, juga perlu pengaturan

Dari data yang sudah diwawancarai saya mendapatkan data yaitu berbagai pertanyaan wawancara diantaranya, Bagaimana cara pelayanan humas Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pelayanan, Kualitas Produk dan Harga Terhadap