• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Produksi dan Pelaku-pelakunya

Anne Friday Safaria

4.2.2 Proses Produksi dan Pelaku-pelakunya

Pakan: garis benang yang mengarah ke lebar kain

7

langsung dan tidak langsung. Subkontraktor bertugas mengerjakan “kain bodasan” (kain polos) atau kadang-kadang ada yang menyebutnya sebagai kain grey atau kain blacu. Disebut kain “bodasan” karena merupakan kain polos tanpa motif atau disebut juga kain “mentahan.”

Proses produksi ini diawali dengan pengiriman sebanyak dua kali seminggu benang pakan dari pihak prinsipal dan benang lusi dari subkontraktor pengkanjian (mehani). Namun, ada beberapa pabrik subkontraktor tenun yang melakukan proses mengkanji sendiri. Dengan demikian, untuk proses pengkanjian ada sebagian pengusaha yang mensubkontrakkan dan sebagian lagi ada yang memproses sendiri. Setelah itu dilanjutkan dengan “tahap persiapan” yang terdiri atas persiapan benang lusi, benang pakan, dan menaikkan beam (bagian dari perangkat mesin tenun yang terbuat dari besi dan berfungsi sebagai tempat menggulungnya benang pakan) ke mesin tenun.

Proses pertama ini disebut “nyucu”, yaitu menarik atau memasukkan benang lusi satu persatu ke bagian penganyam pada mesin tenun yang disebut gelombang dan sisir. Tahap ini dilakukan oleh dua orang (dapat perempuan atau laki-laki). Dua orang tersebut duduk berseberangan. Satu orang menarik benang dari beam satu persatu dengan tangannya ke arah tongkat pengait yang digerakkan oleh orang yang satunya lagi hingga benang masuk ke “lubang gelombang” (bagian alat tenun yang berfungsi untuk mengaitkan benang lusi). Tongkat pengait terbuat dari besi tipis yang panjangnya kurang lebih 25 cm. Gerakan tangan harus cepat karena jumlah benang yang sangat banyak. Proses ini dilakukan dua kali dalam seminggu. Setelah proses nyucu selesai, beam dinaikkan ke mesin tenun. Satu

beam untuk satu mesin tenun.

Proses lainnya yang termasuk ke dalam tahap persiapan adalah “malet. Malet adalah proses memintal benang pakan dari kones ke tongkat palet. Berbeda dengan

Kones (cones): tempat gulungan benang pakan yang terbuat dari kardus dan berbentuk seperti pipa. Palet: tongkat dari kayu yang panjangnya kurang lebih

8

138

nyucu, tahap ini dibantu oleh mesin khusus untuk malet. Operator mesin malet dapat laki-laki dan dapat juga perempuan meskipun umumnya adalah perempuan karena dianggap pekerjaan ringan dan mudah atau bukan merupakan barang berat yang harus diangkat. Biasanya satu orang mengoperasikan dua mesin. Proses ini dilakukan setiap hari mengikuti kebutuhan buruh di bagian tenun. Benang pakan dipecah ke dalam bagian-bagian kecil tongkat palet. Buruh malet termasuk ke dalam kategori buruh harian.

Setelah beam dinaikkan ke mesin tenun dan benang pakan telah siap dipasang, para penenun pun dapat mulai bekerja. Sebelum mesin tenun dijalankan, para penenun harus memasukkan palet ke dalam toropong dan mengatur “pik” (gigi mesin yang menentukan ketebalan kain). Selama menenun, yang harus diperhatikan adalah pada saat penggantian benang pakan. Pada tahap tersebut biasanya ada sisa benang sambungan di ujung/sisi kain yang menyembul keluar jalur dan harus digunting. Di samping itu, harus diperhatikan lebar kain, jangan sampai tidak sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan prinsipal.

Setelah penenunan selesai, kain diukur pada alat pengukur kain sebanyak tiga kali seminggu, yaitu hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pengukuran dilakukan oleh staf tetap (bagian persiapan).

Setelah pengukuran kain selesai dilakukan, prinsipal akan mengambil hasil produksi pada saat yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah sampai di prinsipal, barang itu selanjutnya memasuki tahap penyortiran, yaitu pengukuran kembali panjang dan berat kain. Apabila kain telah dinilai memenuhi syarat, maka dapat diteruskan ke proses berikutnya, yaitu proses pencelupan, penggulungan, dan pengepakan. Setelah pengepakan selesai, maka kain pun siap untuk dipasarkan.

RELASI BURUH-MAJIKAN DI SEKTOR INFORMAL

Toropong: bagian dari perangkat mesin tenun berupa tongkat kayu berukuran 30 cm. Fungsinya sebagai tempat meletakkan palet benang pakan dan menganyamkannya ke benang lusi ketika mesin melakukan proses penenunan

9

Upah diberikan oleh prinsipal setiap minggu tanpa memperhatikan apakah hasil produksinya sudah diambil/diterima oleh prinsipal atau belum. Uang dari prinsipal ditransfer melalui rekening bank. Upah untuk buruh di tingkat subkontraktor diberikan pada hari Sabtu. Pada hari itu buruh bekerja setengah hari dan setelah selesai bekerja mereka pergi ke rumah mandor untuk mengambil upah.

Pelaku produksi. Pelaku-pelaku produksi di lapisan atas meliputi prinsipal, subkontraktor pengkanjian, dan subkontraktor tenun. Prinsipal adalah pengusaha pria keturunan Cina yang bertempat tinggal dan memiliki pabrik tenun di Cicalengka. Prinsipal selain menenun juga melakukan beberapa proses produksi seperti penyortiran hasil produksi, penggulungan, dan pengepakan.

Subkontraktor pengkanjian (warping atau mehani) adalah pengusaha pribumi Majalaya yang skala usahanya dikategorikan kecil. Subkontraktor pencelupan adalah juga WNI keturunan Cina yang berdomisili di kecamatan Majalaya. Sedangkan subkontraktor tenun adalah juga pengusaha pribumi Majalaya dengan skala usaha kecil. Perbedaan antara subkontraktor warping dan pencelupan dengan subkontraktor tenun (Gambar 4.1) adalah bahwa subkontraktor tenun dan pencelupan bekerja pada lebih dari satu orang prinsipal, sedangkan subkontraktor tenun umumnya bekerja hanya pada satu orang prinsipal. Buruh-buruh di tingkatan subkontraktor adalah penduduk setempat yang berdomisili di desa tempat pabrik itu berada dan desa-desa sekitarnya yang masih berada di kawasan kecamatan Majalaya.

Di lokasi penelitian tidak banyak unit usaha yang mengelola usaha pengkanjian dan pencelupan. Hal itu disebabkan pengelolaan unit usaha tersebut membutuhkan kemampuan untuk menyediakan alat produksi khusus (mesin mehani, alat pencelupan). Kedua unit usaha ini membutuhkan modal yang lebih besar dibandingkan dengan modal untuk unit usaha penenunan. Selain itu, sifat usaha yang cenderung terspesialisasi menjadikan kedua unit usaha tersebut tidak hanya bergantung pada satu orang prinsipal. Suatu unit usaha yang membutuhkan proses pengkanjian dan pencelupan untuk hasil produksinya

10

Di lapisan bawah atau tingkat subkontraktor, para pelaku produksi terdiri atas petugas persiapan, mandor, montir, buruh malet, buruh nyucu, dan buruh tenun. Dari segi usia para pelaku tersebut berkisar antara usia 14 hingga 60 tahun. Dari segi jenis kelamin, jumlah buruh perempuan lebih banyak 2% daripada buruh laki-laki.

Petugas persiapan adalah seorang buruh laki-laki yang termasuk dalam kategori staf tetap. Buruh/staf tetap adalah pekerja yang perhitungan upahnya ditentukan oleh subkontraktor secara perseorangan dan tidak berdasarkan jumlah hari ia bekerja atau pun jumlah komoditas yang dihasilkannya. Pekerja bagian persiapan bertugas mempersiapkan kegiatan produksi, yaitu dari mempersiapkan ketersediaan benang, beam, atau pun onderdil yang diperlukan. Ia pun bertanggungjawab terhadap kebersihan pabrik, penguncian pabrik setelah kegiatan produksi di pabrik berakhir, dan pengukuran meteran kain sebelum digulung dalam bentuk gulungan besar (bal) yang kemudian diberi nomor mesin yang menenunnya. Pengukuran kain dilakukan tiga kali seminggu. Pekerja bagian persiapan sehari-harinya bertanggungjawab kepada mandor.

Kemudian proses malet biasanya dilakukan oleh perempuan karena dianggap pekerjaan paling mudah dan tidak memerlukan tenaga besar, termasuk kategori buruh harian. Buruh harian adalah pekerja yang perhitungan upahnya berdasarkan jumlah hari ia bekerja. Selanjutnya adalah buruh pada proses nyucu dan tenun yang termasuk ke dalam kategori buruh borongan. Buruh borongan adalah pekerja yang perhitungan upahnya berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing. Proses nyucu

bisa dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki, tetapi umumnya adalah perempuan. Sedangkan perbandingan antara buruh tenun perempuan dan laki-laki biasanya berimbang.

Mandor --yang selain bertugas mengawasi para pekerja, juga dapat mengoperasikan mesin tenun apabila ada mesin tenun yang kosong (tidak ada yang

mengoperasikan)-- adalah staf tetap dengan gaji bulanan. Tugas sampingan sebagai penenun dilakukan mandor apabila orderan semakin berkurang (kiriman benang dari prinsipal berkurang) atau bertambah banyak. Apabila

orderan semakin berkurang, maka hari kerja dikurangi dari enam hari menjadi empat atau lima hari, sehingga banyak buruh yang mengundurkan diri. Ada dua alasan keterlibatan mandor dalam proses penenunan: pertama,

untuk menggantikan atau melengkapi kekurangan buruh tenun (disebut nyelang) dan dalam rangka mengejar target yang telah ditentukan oleh prinsipal, kedua, untuk menambah penghasilan.

Montir termasuk dalam staf tetap dengan upah bulanan. Tugas utama montir adalah memastikan mesin tenun di pabrik dapat beroperasi setiap harinya. Sehari-hari ia bertanggung jawab kepada mandor. Apabila montir membutuhkan onderdil untuk mesin yang rusak, montir akan memberitahukan jenis dan jumlah onderdil mesin yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin kepada mandor.

Dalam subbab ini akan digambarkan bagaimana kekuasaan dan kontrol yang dilakukan superordinat (prinsipal) terhadap subordinat (subkontraktor). Sebelumnya telah ditegaskan pula bahwa kondisi tersebut telah menghasilkan format relasi buruh-majikan informal -- meskipun tidak ada suatu perjanjian yang secara eksplisit mengikat mereka sebagai buruh dan majikan -- dan bukannya relasi antara dua pengusaha yang mandiri.

Beragamnya latar belakang sejarah hubungan antara subkontraktor dengan prinsipal di Majalaya melahirkan keragaman hubungan kerja di antara keduanya. Pada Relasi Subkontraktor-Prinsipal: Relasi Buruh-Majikan?