• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relasi-relasi pada Organisasi Produksi Perikanan Bagan

43RELASI BURUH-MAJIKAN DI SEKTOR INFORMAL

2.3 Relasi-relasi pada Organisasi Produksi Perikanan Bagan

dan keterkaitan, baik yang bersifat vertikal antara buruh dengan majikan, maupun horizontal yaitu antara buruh yang satu dengan yang lainnya.

Bila pada sistem produksi perikanan lainnya seorang majikan pemilik alat produksi memiliki beberapa anak buah atau buruh, pada sistem produksi bagan, seorang majikan hanya mempunyai satu orang buruh. Oleh sebab itu, relasi di antara keduanya merupakan relasi person to person. Untuk memahami persoalan relasi-relasi buruh-majikan yang terbentuk dalam sistem produksi perikanan bagan, sebagai titik awal akan digambarkan mengenai organisasi produksinya, yang memuat ragam bentuk hak dan kewajiban dari masing-masing pelaku produksi, proses produksi, dan sistem pengupahan yang disepakati.

Sebagian besar nelayan di Kamal Muara, terutama di kalangan orang Bugis, menggeluti sektor usaha perikanan bagan. Unit produksi bagan sesuai dengan topografi Pantai Utara yang landai, tidak terlalu banyak karang di dasar laut, dan gelombangnya relatif tidak terlalu besar. Berbeda dengan organisasi produksi perahu jaring yang harus berlayar selama berhari-hari di laut lepas untuk mencari ikan, sektor produksi bagan ini sifatnya menetap pada suatu tempat dan menunggu ikan-ikan yang datang menghampiri jaring yang sudah dipasang. Cara menarik perhatian ikan-ikan tersebut adalah dengan menggunakan cahaya lampu petromaks. Oleh karena itu, proses produksi bagan ini dilakukan pada malam hari.

Pada dasarnya ada beberapa jenis alat produksi perikanan bagan pada masyarakat nelayan Kamal Muara, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2.

49

Bagan tancap terbagi lagi dalam tiga jenis, yang dibedakan berdasarkan jarak atau kedekatannya dengan lokasi pantai atau daratan, yaitu bagan pinggir, tengah, dan luar. Dinamakan bagan pinggir jika bagan tersebut letaknya dekat dengan pantai, dinamakan bagan luar jika letaknya jauh dari pantai, dan dinamakan bagan tengah jika letaknya

K a y u n i b u n g d a n b a m b u y a n g ditancapkan langsung ke dasar laut. Pada bagian atasnya dibangun sebuah gubuk sebagai tempat bernaung nelayan bagan. Di bawah gubuk tersebut dipasang jaring sebagai perangkap ikan, dan digantungi lampu petromaks sebagai alat untuk menarik perhatian ikan-ikan.

Bagan tancap

Jenis Bagan

No. Bahan Dasar

1

Pembagian jenis alat produksi bagan pada masyarakat nelayan Kamal Muara

Tabel 2.2

Bentuknya sama seperti kedua jenis b a g a n t e r s e b u t d i a t a s , y a n g m e m b e d a k a n n y a a d a l a h b a h a n landasannya, yaitu menggunakan dua buah perahu.

Bagan dua perahu 3

Konstruksinya sama seperti pada bagan tancap, hanya pada bagan kambang digunakan drum-drum bekas yang diapungkan di permukaan air laut, sehingga konstruksi ini tidak menetap di satu tempat, bisa dipindah-pindah. Di atas drum-drum tersebut dibangun gubuk seperti pada bagan tancap.

Bagan kambang 2

Sumber: Data Lapangan AKATIGA, 2002

berada di antara keduanya. Tetapi, tidak ada ukuran standar mengenai jarak bagan dari pantai yang membedakan masing-masing jenis bagan tersebut di atas.

Penancapan bagan ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu :

Biasanya untuk hal seperti ini keterlibatan tokoh informal dalam masyarakat nelayan tersebut sangat diperlukan. Peranan tokoh informal adalah sebagai pengambil kebijakan apabila terdapat persoalan-persoalan yang menimpa para nelayan bagan, misalnya, jika mendirikan bagan tidak di tempat yang semestinya. Oleh karena itu, di Kamal Muara nelayan yang akan mendirikan bagan baru harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan tokoh masyarakat setempat untuk mendapatkan izin lokasi untuk mendirikan bagan.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk proses produksi pada bagan tancap ini tidak begitu besar. Untuk pembuatan bagan tancap, biaya yang dikeluarkan berkisar antara 5 juta sampai 15 juta rupiah. Perbedaan harga tergantung pada lokasi bagan tersebut akan ditancapkan dan bahan baku yang digunakannya. Sedangkan untuk menjalankan proses produksinya sehari-hari, sebuah bagan menghabiskan biaya sebesar 20 ribu sampai 35 ribu rupiah setiap harinya.

Kedalaman laut: nelayan akan memilih kedalaman laut dengan karakteristik dasarnya yang tertentu,

misalnya bagian dasar laut tidak berupa karang, sehingga tidak menyulitkan ketika akan menancapkan kayu-kayu nibung yang digunakan sebagai penyangga bagan.

Faktor lokasi: bila bagan makin jauh dari pantai, risiko rubuhnya akan lebih tinggi, karena semakin ke tengah gelombang laut pun semakin besar. Selain itu, letaknya juga tidak mengganggu jalur lalu lintas kapal-kapal yang menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

Pemilik bagan, yaitu orang yang membiayai pembelian bahan-bahan untuk bagan, mulai dari kayu nibung, bambu, tali, dan sebagainya. Pemilik bagan ini adalah orang yang menanamkan modalnya untuk pembuatan bagan tersebut, yang juga menanggung risiko yang menyangkut keberlangsungan bagan, seperti bila bagan rubuh tertabrak kapal atau terkena badai. Kuli bagan, yakni orang yang menunggui bagan yang menjalankan proses produksinya seperti “memutar” (istilah masyarakat setempat untuk menyebut proses mengangkat dan menurunkan jaring pada bagan), menyalakan lampu petromaks, serta mengangkat hasil ikannya dan memasukkannya ke dalam keranjang ikan (lowa).

Pemilik kapal atau perahu adalah orang yang memiliki perahu untuk mengantarkan para nelayan bagan dari darat ke bagan mereka masing-masing. Para pemilik perahu tersebut rata-rata mendapatkan bagian sebesar 20% dari total penjualan ikan dari setiap nelayan bagan yang menjadi langganannya.

Penjual ikan atau pelele adalah orang yang menjualkan hasil ikan para nelayan bagan. Keterikatan mereka dengan para nelayan tersebut adalah dalam pemilikan saham pada waktu proses pembuatan bagannya. Penanaman saham tersebut disimpulkan sebagai tanda jadi bahwa nelayan tersebut tidak boleh menjual hasil ikannya kepada orang lain selain kepada dirinya. Dari pekerjaannya ini mereka mendapatkan komisi sebesar 10% dari keseluruhan penjualan ikan.

Nepi, yaitu orang yang bertugas membantu pelele

dalam menjual ikan. Tugasnya adalah menunggu nelayan bagan yang baru datang dari laut, kemudian mengangkut hasil ikan-ikannya tersebut dari perahu ke tempat penjualan, yaitu ke TPI atau ke pasar tradisional yang ada. Dari pekerjaannya ini mereka

51