• Tidak ada hasil yang ditemukan

39RELASI BURUH-MAJIKAN DI SEKTOR INFORMAL

buruhmajikan. Kedekatan fisik (yang merupakan dasar dari relasi pertetanggaan) tersebut turut berperan dalam mekanisme perekrutan tenaga kerja dalam proses produksi perikanan. Di Kamal Muara, banyak majikan/pemilik alat produksi merekrut buruh-buruhnya dari kalangan tetangganya sendiri. Landasan perekrutan buruh nelayan dari kalangan tetangganya ini adalah rasa kepercayaan, kedua belah pihak sudah saling mengenal sebelumnya karena tinggal dalam satu wilayah yang sama.

Salah satu cara dalam melihat sistem pelapisan pada masyarakat ini adalah dengan mengkategorikan anggota-anggota masyarakatnya berdasarkan status-status yang disandangnya dalam komunitas tersebut. Status-status sosial tersebut dapat dibedakan dalam lingkup formal dan informal. Dalam lingkup formal ada posisi atau jabatan seperti Ketua RT atau RW, Ketua KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), Ketua Karang Taruna, anggota DPRD, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

Status sosial yang tinggi dalam ruang lingkup informal di antaranya ditempati oleh mereka yang menyandang predikat “haji.” Jadi, seseorang yang telah menunaikan ibadah haji dikategorikan sebagai lapisan atas. Implikasinya, status tersebut biasanya membawa individu tersebut menjadi pemimpin organisasi-organisasi atau kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya menjabat sebagai Ketua DKM (Dewan Keluarga Mesjid) atau ketua pengajian di lingkungannya. Selain itu, status sosial tinggi atau ketokohan seseorang dalam masyarakat ini juga dilihat dari 'keseniorannya' dalam satu bidang pekerjaan tertentu. Misalnya, seseorang yang telah lama menggeluti sektor produksi bagan selama bertahun-tahun, akan dianggap sebagai tokoh masyarakat karena telah mempunyai pengalaman yang banyak dan pengetahuan yang mendalam tentang sektor produksi yang digelutinya. Bila terjadi

2.1.1Pelapisan Sosial pada Masyarakat Nelayan di Kamal Muara

perselisihan dalam relasi produksi, khususnya di sektor produksi bagan, biasanya mekanisme penyelesaiannya akan diserahkan kepada tokoh tersebut.

Pada dasarnya pelaku ekonomi utama dalam masyarakat nelayan dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu nelayan pemilik atau majikan yang memiliki alat-alat produksi dan nelayan buruh yang tidak mempunyai alat-alat produksi, dan hanya menyumbangkan tenaganya saja untuk proses produksi (Kusnadi, 2002:2). Masyarakat nelayan di Kamal Muara juga dapat dibedakan atas dua kategori tersebut yang sejajar dengan pelapisan sosialnya. Nelayan buruh biasanya berada pada lapisan bawah karena keterbatasan sumber daya yang dimilikinya baik secara ekonomi maupun sosial. Mereka tidak mempunyai sarana atau alat produksi. Dalam lingkungan sosialnya mereka merupakan warga masyarakat biasa. Berbeda dengan majikan yang berada pada lapisan atas yang mempunyai berbagai sumber daya, baik sumber daya ekonomi maupun sosial. Pada masyarakat nelayan di Kamal Muara, posisi penting yang ditempati majikan atau nelayan pemilik alat produksi biasanya menyangkut status-status dalam lingkup formal (sebagai Ketua RT atau RW, dan status lainnya). Status-status seperti ini yang merupakan salah satu penyebab seorang majikan tidak hanya terpandang dari sisi buruh-buruhnya akan tetapi juga dari sisi masyarakat pada umumnya.

Secara ringkas, pelapisan sosial masyarakat di Kamal Muara adalah sebagai berikut:

41

Kalangan yang memiliki status sosial paling tinggi: selain berada dan memiliki banyak usaha, juga menjabat beberapa jabatan sosial dan pemerintahan daerah di masyarakat, juga dikenal dan diakui sebagai tokoh masyarakat.

Lapisan sosial menengah, tokoh yang aktif di kegiatan

2

Sumber daya yang bersifat sosial di sini maksudnya adalah bahwa individu-individu tersebut memegang posisi/jabatan penting dalam lingkungannya, baik sebagai ketua RW, RT, atau organisasi yang lainnya.

2

Menurut Satria, seiring dengan masuknya program modernisasi perikanan, perubahan dalam stratifikasi sosial masyarakat nelayan pun bermunculan, karena: (1) munculnya organisasi-organisasi sosial baru yang menyebabkan, (2) munculnya profesi-profesi (vocations) baru akibat tumbuhnya industri pengolahan perikanan (cold storage), industri pengasinan, industri perbengkelan perahu, pasar perikanan (tempat pelelangan ikan), (3) perubahan dalam kelembagaan kerja usaha penangkapan, dan (4) masih bertahannya sebagian kecil nelayan tradisional dan post-traditional (2001:7). Namun, sesungguhnya modernisasi perikanan tersebut hanya memunculkan perubahan dalam stratifikasi kelembagaan kerja dalam organisasi produksi perikanan yang ditandai dengan semakin beragamnya tingkatan buruh (misalnya, juru mudi, juru selam, dan buruh) seperti yang terjadi pada masyarakat nelayan Kamal Muara. Sedangkan dalam kehidupan sosialnya, buruh dengan berbagai spesifikasi pekerjaannya tetap berada pada lapisan sosial paling bawah.

Terdapat beberapa institusi lokal yang sudah berbentuk organisasi di Kamal Muara, baik yang bersifat formal maupun informal. Beberapa organisasi sosial tersebut berbentuk KSM, baik yang merupakan bentukan

Nelayan post-traditional menunjuk pada nelayan yang sudah mulai menggunakan alat modern, seperti motor tempel, tetapi belum dapat dikategorikan nelayan modern karena skala usaha, organisasi kerja, dan

3

3

kegiatan sosial di masyarakat, atau dikenal sebagai orang kaya.

Lapisan sosial paling bawah, yaitu warga masyarakat biasa yang bekerja sebagai buruh-buruh nelayan serta para pedagang ikan tidak kaya dan tidak juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.

2.1.2 Institusi-institusi Lokal Masyarakat Nelayan Kamal Muara

masyarakat setempat maupun yang dibentuk oleh beberapa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang masuk ke Kamal Muara. Ruang lingkup KSM di Kamal Muara terfokus pada masalah-masalah sosial-kemasyarakatan, pendidikan, dan ekonomi (perkumpulan atau koperasi simpan-pinjam). Sebagian besar KSM tersebut dibentuk pada tingkatan RT yang anggota-anggotanya merupakan warga masyarakat setempat, baik dari kalangan nelayan atau pun bukan. KSM simpan-pinjam bertujuan memberikan keringanan bantuan pinjaman bagi para anggotanya, baik dari segi proses peminjaman maupun pengembaliannya. Pinjaman yang diberikan berbentuk pinjaman lunak, dengan bunga yang relatif lebih kecil (antara 13%), dengan jangka waktu yang lebih panjang.

Beberapa institusi lokal lain yang aktif adalah arisan ibu-ibu dan kelompok-kelompok pengajian dari berbagai golongan umur. Masing-masing RT memiliki kelompok pengajian tersendiri. Ada juga beberapa kelompok pengajian yang keanggotaannya lintas RT dalam wilayah RW setempat. Untuk kalangan remaja, terdapat kelompok-kelompok sosial yang merupakan kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan persamaan hobi atau minat, yang antara lain berbentuk kelompok olah raga, seperti basket, voli, sepakbola, dan kelompok musik. Menurut mereka, salah satu tujuan pembentukan kelompok demikian adalah untuk mempererat jalinan pertemanan di antara sesama mereka.

Di luar kelompok-kelompok tersebut, terdapat kelompok kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan persamaan etnis di antara para anggotanya. Di Kamal Muara terdapat KKSS (Kerukunan Kelompok Sulawesi Selatan), yang para anggotanya berasal dari etnis Bugis. Kelompok ini bertujuan untuk mempererat tali kekerabatan di antara warga masyarakat etnis Bugis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok ini berkisar seputar kegiatan-kegiatan keagamaan (berbentuk pengajian-pengajian) dan kebudayaan, seperti pelaksanaan tradisi budaya Bugis dalam bentuk upacara-upacara khitanan, perkawinan, dan upacara-upacara yang lainnya.

43