• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosesi Pengajian Tafsir di Majelis Ta‟lim Al-Husainy

BAB IV PRAKTIK PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR’AN JUZ 30 DI

A. Praktik Pengajian

1. Prosesi Pengajian Tafsir di Majelis Ta‟lim Al-Husainy

Al-Husainy mulai dijadikan sebagai salah satu materi kajian sejak tahun 2017. Pelaksanaannya yaitu setiap hari Rabu pagi, pekan kedua setiap bulannya. Pembimbing kajian tafsir di majelis ta‟lim ini adalah Ibu Hj. Nurmainis MA.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan dua kali observasi, yaitu pada Rabu pagi tanggal 12 Februari 2020 dengan tema “Al-Qur‟an surah At-Tīn” dan pada tanggal 11 Maret 2020 dengan tema “Al-Qur‟an surah Al-„Alaq”. Al-Qur‟an surah At-Tīn ayat 1-8 menjelasakan tentang, “Penciptaan manusia dengan sempurna, namun akan ditempatkan pada tempat yang serendah-rendahnya, kecuali bagi mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan”.1

Al-Qur‟an surah Al-„Alaq ayat 1-5 yang menjelaskan tentang “Perintah membaca, penciptaan manusia dari segumpal darah dan pentingnya menuntut ilmu pengetahuan”.2

a. Pengajian hari Rabu tanggal 12 Februari 2020.

Pengajian dimulai pukul 08:45 WIB hingga pukul 11:30 WIB. Namun untuk pembahasan pengajian tafsirnya dimulai pukul 10.00 WIB hingga 11.00 WIB, selama ± 60 menit. Pengajian dipimpin oleh Ibu Nurmainis M.A, dengan

1 Al-Qur‟an dan Terjemah, (Qs. At-Tīn ayat 1-8), h. 597.

2

menggunakan panduan Al-Qur‟an terjemah. Dengan jumlah jama‟ah yang hadir ± 30 jama‟ah yang terdiri dari ibu-ibu usia muda, usia pertengahan, dan usia tua, dengan posisi duduk yang menyebar sesuai dengan keinginan dari masing-masing jama‟ah.

Adapun mengenai susunan acara dalam pengajian tafsir di majelis ta‟lim Al-Husainy sebagai berikut: pertama, pembukaan yang dipandu oleh salah satu jama‟ah majelis ta‟lim; kedua, khataman Al-Qur‟an (jama‟ah dibagi menjadi beberapa kelompok, kelompok pertama menghatamkan juz satu pada Rabu pertama, kelompok kedua menghatamkan juz dua pada Rabu kedua, begitupun seterusnya hingga khatam juz 30); ketiga, membaca Sholawat Nabi secara bersama-sama; keempat, membaca do‟a khataman Al-Qur‟an; kelima, sambutan ketua majelis ta‟lim Al-Husainy; keenam, pembukaan dan proses berlangsungnya pengajian Al-Qur‟an juz 30 oleh ibu Nurmainis MA; ketujuh, ibu Nurmainis memimpin do‟a untuk kesembuhan anggota keluarga jama,ah yang sedang sakit; delapan, Doa keselamatan; sembilan, penutup oleh salah satu jama‟ah majelis ta‟lim dan kemudian para jama‟ah dan pembimbing kajian saling bersalam-salaman.

Materi pengajian Al-Qur‟an surah At-Tīn ayat 1-8 yang meliputi teks ayat beserta terjemahan, pembahasan atau penjelasan serta kesimpulan dari isi pengajian tersebut. -Teks Ayat dan Terjemahan

ٖ

Artinya: Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, Demi gunung Sinai, Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini, Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendanya, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya, Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-ketersangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?3

- Pembahasan atau penjelasan

At-Tīn bermakna buah, Zaitun buah, sina yaitu tempat, baladil-amīn Mekah tempat yang dimuliakan, tempat, buah yang dijadikan Allah untuk bersumpah, membuktikan bahwa pelajaran atau isi Al-Qur‟an adalah benar, sesuatu yang berharga yang perlu kita amalkan dalam kehidupan kita. Manusia adalah mahluk yang paling Ahsani

taqwim (yang paling sempurna), mempunyai bentuk fisik

yang paling baik, mempunyai cara hidup paling baik, tempat tinggal paling baik, serta memiliki pengetahuan yang paling baik. Manusia juga merupakan mahluk yang paling disayang oleh Allah SWT, sehingga semua yang ada di bumi ini, di alam semesta ini yang paling banyak menikmati adalah manusia, hewan dan tumbuhan juga diciptakan untuk

3

manusia, tapi ingat, dalam ayat Al-Qur‟an Surah Al-Mȃ -idah ayat 3:

ۗ

ۗ

ۗ

ۗ

ۗ

ۙ

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (Al-Qur‟an Surah Al-Mȃ -idah ayat 3) .4

Manusia diperbolehkan makan apa saja, asalkan tidak berlebihan-lebihan dan tidak memakan makanan yang dilarang oleh Allah SWT, yaitu: diharamkan bagi kamu mayat, diharamkan bagi kamu darah, kecuali dua darah, yaitu hati dan limpa. Begitu baiknya Allah, Allah sungguh

luar biasa, ditentukannya mana yang boleh kita makan dan mana yang tidak boleh kita makan. Oleh sebab itu, makanlah makanan yang halal, baik dengan cara memperolehnya, ataupun jenis makanan itu sendiri.

Adapun ukuran tinggi baiknya manusia itu “Summa

radadnāhu asfala sāfilīn”, ingatlah bahwa derajat manusia

akan turun ke bawah hingga setara dengan binatang. Nauzubillah, binatang kalau sudah mati tidak akan mendapat hisab, tidak akan masuk surga ataupun neraka, sedangkan kita, jika sudah “asfala sāfilīn”, “asfala” sudah turun,

“sāfilīn” turun lagi, tambah lagi kholidinafiha abada kekal

didalamnya selama-lamanya naudzubillah, hal tersebut terjadi salah satunya dikarenakan manusia tidak memakan makanan yang halal dan thayyib “ halalan thayyiban”. Nah itu salah satu bentuknya, masih banyak lagi ayat yang lain, namun di sini fokusnya kepada halalan thayyiban makanan yang baik, yang halal, sedangkan yang tidak halal tidak boleh dimakan, bekerja yang baik dan mendapatkan rezeky dengan cara yang baik. Banyak manusia yang “Asfala

sāfilīn” yaitu mencari kekayaan dengan cara yang tidak baik.

Agar kita tidak dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang “Asfala sāfilīn” kuncinya adalah “Illallażīna āmanụ”,

Allah melihat, diantara sifat-sifat Allah adalah Allah Maha Melihat, seperti yang terdapat di dalam Asmaul Husna

Al-Bashir. Untuk itu, termotivasilah kita untuk menjadi orang

yang selalu berbuat kebaikan, menghindari perbuatan yang tidak baik, dikarenakan setiap perbuatan yang kita lakukan akan langsung dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.

Selanjutnya, “wa 'amiluṣ -ṣ āliḥ āti”, selain beriman, kita juga harus beramal sholeh, sholeh itu artinya baik, baik untuk kita, baik untuk orang lain dan baik dengan lingkungan masyarakat. Itu adalah aturan yang diberikan oleh agama, mana yang baik, mana yang tidak baik, mana yang harus dijalankan, mana yang harus ditinggalkan. “wa

'amiluṣ -ṣ āliḥ in” mereka itu yang beriman yang beramal sholeh.

Kemudian “Falahum ajrun gairu mamnụn”, mereka itu akan mendapat ajrun, yaitu pahala, upah, atau ganjaran. Orang yang bekerja selain mendapat upah juga akan mendapatkan pahala, jika bekerja dengan benar dan tidak menyalahi agama. Jadi semua orang yang beriman dan beramal sholeh akan dimasukkan kedalam surga. Jika kita sama-sama belajar, sama-sama mengamalkan, sama-sama berbuat baik, maka kita akan dipertemukan kembali oleh Allah, baik dengan keluarga, ataupun dengan orang-orang yang beriman, namun jika kita tidak beramal sholeh atau tidak melakukan amal kebaikan, dengan anak kita sendiri saja kita tidak akan dipertemukan, sehingga ketika sang ibu sudah hendak masuk surga namun anaknya masuk neraka, ibunya tidak jadi dimasukan ke dalam surga (ditunda dulu), dikarenakan sang anak merasa bahwa ia tidak pernah dibimbing oleh ibunya, sehingga tidak tahu mana yang halal mana yang haram, mana yang baik mana yang tidak baik. Kita juga, ketika kita berbuat baik atau beramal sholeh harus ikhlas, lillahi ta‟ala, kuncinya lillahi ta‟ala, berbuat baik jangan karena orang lain atau karena ingin dilihat orang

lain, tetapi diniatkan karna Allah SWT, maka kita akan mendapatkan pahala dan masuk surga “abada”, selama-lamanya, tidak ada lagi hari kiamat, kita tidak perlu beli apa-apa lagi, karena di sana hanya ada kesenangan-kesenangan. Jika mau masuk surga kuncinya adalah beramal sholeh mukhlisina lahuddin apapun yang dikerjakan diniatkan dengan ikhlas.

Fa mā yukażżibuka ba'du bid-dīn maka apakah

yang akan engkau dustakan?, Addīn artinya agama, agama itu untuk membimbing kita dan meluruskan kita menjadi orang-orang yang menjalani kehidupan dengan baik, masuk kubur dengan baik, di alam Barzah dalam keadaan baik. Alam Barzah itu bukan surga, akan tetapi di dalamnya terdapat kesenangan bagi orang yang baik.

Alaisallāhu bi`aḥ kamil-ḥ ākimīn cukuplah Allah. Allah itu adalah Akhsanil Khakimin yaitu hakim yang paling baik, yang paling adil, jadi kita perhatikan apa yang telah disampaikan Allah, apa yang telah diperintahkan Allah, itulah yang paling baik, itulah yang akan kita laksanakan, InsayaAllah, Amin ya robbal‟Alamin.5

-Kesimpulan

Dari penjelasan Ibu Nurmainis di atas, dapat penulis simpulkan sebagai berikut : Manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk (paling sempurna) dan memiliki derajat yang paling tinggi di antara semua ciptaan-Nya. Namun, derajat manusia dapat turun hingga setara dengan binatang, karna disebabkan memakan makanan secara berlebih-lebihan

dan memakan makanan yang dilarang oleh Allah, serta bekerja dengan jalan atau cara yang tidak baik. Bagi mereka yang bekerja dengan baik, maka selain mendapatkan upah, mereka juga akan diberikan pahala. Selain itu, manusia harus beramal sholeh, baik untuk diri kita sendiri, untuk keluarga dan untuk masyarakat. Amal sholeh yang kita kerjakan juga harus disertai dengan keikhlasan (tanpa mengharap pamrih). Jika sudah beriman dan beramal sholeh dengan ikhlas, maka Allah akan janjikan bagi mereka surga, dan mereka akan kekal di dalamnya. Karena Allah Adalah hakim yang paling baik (sebaik-baiknya hakim).6

b. Pengajian yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2020.

Pengajian dimulai pukul 08: 55 WIB hingga pukul 11:40 WIB. Namun, untuk pembahasan pengajian tafsirnya dimulai pukul 10 pagi hingga 12:30 siang, selama ± 60 menit.

Materi pengajian Al-Qur‟an surah Al-„Alaq ayat 1-5 yang meliputi teks ayat beserta terjemahan, pembahasan atau penjelasan serta kesimpulan dari isi pengajian tersebut. - Teks dan terjemahan Al- Qur‟an Surah Al- „Alaq ayat 1-5

-

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Allah yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha

6

Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu”.(QS. Al-'Alaq ayat 1-5)7

- Pembahasan atau Penjelasan

Al-'alaq yaitu penciptaan manusia dari segumpal

darah. “iqra`” adalah kata-kata perintah dari Allah SWT kepada ummatnya melalui Nabi Muhammad Saw, karena Al-Qur‟an adalah wahyu Allah atau kalammullah. Jadi iqro‟ artinya perintah untuk membaca “bacalah”. Nabi didatangi oleh seseorang yang tidak beliau kenal sebelumnya, kemudian Nabi langsung diperintah untuk membaca, karena Nabi tidak tahu apa yang harus ia baca, maka Nabi bertanya, apa yang mau saya baca?, “bismi rabbikallażī khalaq” bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Maha Tinggi.

Surah ini dikenal sebagai surah yang pertama atau wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw. Ayat ini diturunkan di gua Hira, saat Nabi sedang mengasingkan diri, untuk menenangkan pikiran, di karenakan pada saat itu Nabi melihat gejolak masyarakat yang sudah tidak karu-karuan, gejolak-gejolak yang sangat menyedihkan, laki-laki berbuat kehendak hatinya, perempuan tidak menjaga harga dirinya, sehingga timbullah suatu kebejatan moral yang sangat dalam pada saat itu, yaitu malu jika mempunyai anak perempuan., jadi, ketika anak perempuan lahir, mereka sudah disiapkan kuburnya. Selain itu, masih banyak lagi perbuatan-perbuatan

7

yang tidak jelas, yaitu menyembah berhala dan menyembah patung sebagai suatu kebanggaan. Di saat itu, Nabi tidak bisa berbuat apa-apa, saat itu Nabi hanya sebagai seorang pemuda, yang mempunyai keprihatinan saja terhadap masyarakat. Nabi ingin merubah juga tidak bisa, dikarenakan orang-orang yang beliau hadapi adalah orang-orang yang besar (para pembesar Qurasy), yang sangat berpengaruh di masayarat, dan juga mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Nabi, yaitu pamannya Abu Jahal, Abu Lahab dll. Setelah melihat gejolak-gejolak yang tidak baik dalam masyarakat, beliau menghindar, dan pergi ke gua Hira. Ayat pertama ini yang paling disorot adalah manusia.

Ayat selanjutnya, “Khalaqal-insāna min 'alaq” yang menciptakan manusia dari segumpal darah, jadi kita diciptakan dari segumpal darah, lebih rendah lagi disebut dengan air yang hina (air mani). Jika ia bertumpang pada tempat yang tidak baik maka akan menjadi air yang hina, namun jika bertumpang pada tempat yang telah diinginkan oleh Allah, maka ia akan menjadi cikal bakal seorang manusia. Kita semua sama, baik yang jadi presiden, orang miskin dan lain sebagainya. Kita semua sama, di mana kita sama-sama diproses dari segumpal darah, itulah fitrah seorang wanita, ditempatkan di tempat yang baik, dengan cara yang baik, yang telah diatur oleh agama, itulah yang disebut dengan “Akhsani taqwim”, tetapi jika ditempatkan pada tempat yang tidak baik, tidak menurut aturan atau ketentuan Allah, perbuatannya saja itu sudah dosa besar. Jadi jika kita mempunyai anak perempuan, sudah mempunyai

pacar dan sudah dibawa kemana-mana, maka sebaiknya segera nikahkan, jangan sampai tumpah menjadi haram, tidak lagi “Akhsani taqwim”.

“Iqra` wa rabbukal-akram”, dengan nama Tuhanmu

yang maha Mulia. Selanjutnya “Allażī 'allama bil-qalam”, yang Mulia itu, yang mengajarkan kepada manusia menulis dengan qolam atau pena. Pada zaman Nabi Muhammad Saw belum ada qolam (pena), dulu pada zaman Nabi menulis dengan cara diukir. Allah SWT sangat Pengasih dan Penyayang bagi siapa saja yang belajar dan membaca Al-Qur‟an dengan baik maka akan diberikan pahala, walaupun kita belajarnya belum sempurna, dalam hadis Nabi Muhammad Saw:

“Telah menceritakan kepada kami Adam Telah menceritakan kepada kami Syu'bah Telah menceritakan kepada kami Qatadah ia berkata; Aku mendengar Zurarah bin Aufa menceritakan dari Sa'd bin Hisyam dari Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan orang membaca Al Qur`an sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia. Sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al Qur`an dengan teku, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua ganjaran pahala”.8

8

Orang yang membaca Al-Qur‟an masih dalam keadaan tertatih-tatih (belum lancar), namun ia semangat untuk belajar membaca Al-Qur‟an, maka dia akan diberi dua pahala, dari pada orang yang membaca Al-Qur‟an dengan lancar, akan tetapi sesudah itu ditinggal, maka ia hanya akan mendapat satu pahala, sedangkan yang tertatih-tatih tadi mendapat dua pahala. Jadi, Allah sangat memperhitungkan amal perbuatan kita.

'Allamal-insāna mālam ya'lam”, yang mengajarkan

manusia, mālam ya'lam yang mengajarkan apa-apa yang belum mereka ketahui. Jadi, ayat ini merupakan ayat yang sangat mendorong manusia agar semangat dalam menuntut ilmu. Belajar dan mendapat gelar S1, S2, S3, bahkan hingga Profesor. Jadi, sebagai manusia kita harus belajar, agar kita tidak menjadi orang yang bodoh dan dibodoh-bodohi. Selain itu, tujuan dari kita belajar adalah agar kita mendapat pahala. Jika kita beribadah tetapi tidak degan ilmu, maka ibadah kita tidak akan mendapatkan pahala, dan bahkan tidak akan diterima oleh Allah SWT. Jadi kuncinya adalah, kita belajar, dapet ilmu, sampaikan, diterima, dipraktekkan. Jadi ketika kita membaca Al-Qur‟an, kita baca dengan artinya, kita pahami maknanya dan kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.9

- Kesimpulan

Dari penjelasan ibu Nurmainis terkait Al-Qur‟an Surah Al-„Alaq ayat 1-5 di atas, dapat penulis simpulkan sebagai berikut: Pertama, berkenaan dengan perintah

9

membaca oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril, surah Al-„Alaq ini juga merupakan wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT. Kedua, berkenaan dengan penciptaan manusia dari dari segumpal darah dan larangan berbuat zina. Semua manusia diciptakan dari segumpal darah, lebih rendah lagi disebut dengan air mani, jika ditempatkan ditempat yang baik, sesuai dengan syariat agama, itulah yang disebut

Ahsani taqwim, namun jika ditempatkan pada tempat yang

tidak baik, yang dilarang oleh Allah, maka perbuatanya merupakan dosa besar dan tidak lagi masuk ke dalam golongan manusia yang Ahsani taqwim. Ketiga, berkenaan dengan keutamaan bagi orang yang semangat membaca Al-Qur‟an. Orang yang membaca Al-Qur‟an dalam keadaan tertatih-tatih, namun semangat untuk terus belajar membaca Al-Qur‟an dan membacanya dengan konsisten (setiap hari) maka akan mendapatkan dua pahala, sedangkan bagi orang yang membaca Al-Qur‟an dengan lancar namun tidak konsisten (jarang membaca Al-Qur‟an) maka hanya akan mendapatkan satu pahala. Keempat, berkenaan dengan anjuran dan dorongan agar manusia semangat dalam menuntut ilmu, sehingga dapat dipraktikkan dan diamalkan dalam beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait