• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAJIAN TAFSIR Al-QUR AN JUZ 30 DI MAJLIS TA LIM AL-HUSAINY TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAJIAN TAFSIR Al-QUR AN JUZ 30 DI MAJLIS TA LIM AL-HUSAINY TANGERANG SELATAN"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TA’LIM AL-HUSAINY TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)

Oleh:

RIRIN HINDA TUJUANA NIM: 11160340000134

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Ririn Hinda Tujuana

PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR’AN JUZ 30 DI MAJELIS TA’LIM AL-HUSAINY TANGERANG SELATAN

Fokus penelitian ini adalah tentang praktik pengajian tafsir Al-Qur‟an di lingkungan masyarakat. Selain menjadi salah satu bentuk kegiatan dakwah Islam yang sangat dibutuhkan masyarakat, kegiatan ini juga menjadi salah satu tolok ukur bagaimana isi kandungan al-Qur‟an ditransmisikan kepada masyarakat.

Penelitian ini bermaksud menggambarkan bagaimana proses pengkajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan, yang meliputi beberapa aspek seperti penyampaian pembimbing dalam memandu kajian, metode, corak dan sumber penafsirannya, serta penerimaan jama‟ah terhadap materi kajian tafsir tersebut.

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan ditinjau dari beberapa kepustakaan.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengajian tafsir Al-Qur‟an juz 30 di majelis ta‟lim Al-Husainy dilaksanakan pada setiap hari Rabu pekan kedua setiap bulannya, dengan jumlah jama‟ah ± sekitar 30 jama‟ah, dengan rujukan Al-Qur‟an terjemah. Pembimbing kajiannya yaitu Ibu Hj. Nurmainis MA., menggunakan metode ijmali, dengan corak ijtimȃ ‟ī, dan sumber penfasirannya bir-ra‟yi. Meskipun mayoritas jama‟ah majelis ta‟lim tidak mampu menjelaskan kembali tema kajian QS. At- Tīn ayat 1-8, namun mereka merasa bahwa dengan mengikuti pengajian tafsir juz 30 ini keimanan dan pengetahuan mereka bertambah, sholat menjadi lebih khusuk, sedikit banyak mengetahui makna/inti surah-surah juz 30 ketika melaksanakan shalat, lebih rutin melaksanakan amalan-amalan sunnah, dan terhindar dari hal-hal negatif.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengajian Tafsir Al-Qur’an Juz 30 di Majelis Ta’lim Asl-Husainy Tangerang Selatan sebagai syarat kelulusan dan mendapatkan gelar Sarjana Agama Islam di Fakultas Ushuluddin. Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang sinar agama Islam yang kita rasakan saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai macam pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Ibu Prof. Dr. Amany Lubis MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Bapak Dr. Yusuf Rahman MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta seluruh jajaranya.

3. Kepada Bapak Dr. Eva Nugraha, M. Ag, dan Bapak Fahrizal Mahdi, MIRKH selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

4. Kepada Bapak Moh. Anwar Syarifuddin MA, selaku dosen pembimbing, terimakasih yang tak terhingga, telah membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

(7)

5. Kepada Bapak Dasrizal, M.I.S, selaku dosen penasehat akademik, dan dosen konsultasi terkait permasalahan-permasalahan akademik.

6. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/ Karyawan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu yang telah diberikan dan atas bantuanya selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada Pengurus masjid Al-Husainy yang telah memberikan izin serta membantu penulis untuk memperoleh informasi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepada Ibu Nurmainis MA, Ibu Wasmini, dan jama‟ah majelis ta‟lim yang telah membantu dan memberikan banyak informasi dalam penelitian skripsi ini.

9. Kepada Mbk Musiam yang selalu membantu dan mendampingi di saat penulis melakukan penelitian.

10. Kepada orang tua penulis yang tercinta, Bapak Moh. Yasin dan Mamak Sri Zuliana yang senantiasa memberikan dukungan, biaya, do‟a dan kasih sayang yang tak terhingga dan tiada putusnya; kepada kakak Yusmawati A.Md, Abang Ahmad Sabli Afandi S.Sos, keponakan Datin Sayyidatun Nafisah; Paman Syamsul Mua‟arif S.Pd dan Mudrofin; Bibi Eni Fitriyana dan Siti Rohmah, yang selalu menginspirasi, mendukung dan mendoakan penulis agar semangat dan berhasil menuntut ilmu di tanah rantau.

11. Kepada Abang Andi Firman S.Th.I yang telah mendaftarkan penulis di UIN, Sehingga penulis dapat melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

12. Kepada Abang Asmungi S.Sy.,M.A. yang telah membantu mencarikan bahan refrensi pustaka dan Uda Iswandi yang telah mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

13. Kepada teman terdekat penulis Siti Sofiyah, Nur Atiqoh Alawiyah, kk Faras, Nurul, Nurul Rahyamantel, Lusi Ulfah, Neng Maulida, Anita, Rosalina Nor Rizky, Kebe, Firda, F ikha, Syifa, Eti, Kiki, yang selalu memberikan semangat, motivasi dan inspirasi selama penulis kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

14. Kepada semua teman-teman Angkatan 2016, yang selama kurang lebih 4 tahun bersama, menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Al-Qur dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan masukannya dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, dan dapat menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, 09 Oktober 2020

(9)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

- Tidak dilambangkan

b Be

t Te

ṡ Es (dengan titik di atas)

j Je

ḥ h (dengan titik di bawah)

Kh Ka dan Ha

d De

ż Zet (dengan titik di atas)

r Er

z Zet

s Es

Sy Es dan Ye

ṣ Es dengan titik di bawah ḍ De dengan titik di bawah

(10)

ṭ Te dengan titik di bawah ẓ Zet dengan titik di bawah

„ Apostrof terbalik g Ge f Ef q Qi k Ka l El m Em n En w We

ھ

h Ha ` Apostrof y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‟).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab- Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut doftong. Untuk vokal tunggal sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

(11)

I Kasrah

U Ḍ ammah

Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i

Au a dan u

Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan Ā a dengan garis di atas

Ī i dengan garis di atas Ū u dengan garis di atas

C. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf syamsiyah dan huruf qamariyah.

al-Qamariyah al-Munīr

(12)

D. Syaddah atau Tasydîd

Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan ( ) ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:

al-Qamariyah al-Quwwah

al- Syamsiyah al-Ḍ arūrah

E. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbūṭ ah ada dua, yaitu: ta marbūṭ ah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭ ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭ ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭ ah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1 Ṭ arīqah

2 al-Jāmi‟ah al-Islāmiah

3 Waḥ dat al-Wujūd

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.

(13)

Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihsarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditranslitrasi secara utuh. Contoh:

Fī ẓ ilāl Qur‟an, „Ibārāt bi „umūm lafẓ lā bi khuṣ ūṣ

al-sabab

H. Singkatan-singkatan

Singkatan Keterangan

QS. al-Qur`an Surah

Swt. Subḥ ānahu wa Ta„alā

Saw. ṣ allallāhu „Alaihi Wasallam

Ra. Raḍ iyallāhu „Anhu

(14)

Terj. Terjemah

M. Masehi

H. Hijriah

(15)

xiii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi penelitian ... 16

1. Jenis Penelitian ... 16

2. Sumber Data ... 17

3. Metode Pengumpulan Data... 17

4. Populasi dan Sampel ... 19

5. Metode Analisis Data ... 19

F. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II TINJAUAN UMUM SEPUTAR UPAYA PENGKAJIAN TAFSIR AL-QUR’AN DI MAJELIS TA’LIM ... 25

A. Definisi, Tujuan dan Manfaat Pengajian ... 25

1. Pengertian Pengajian ... 25

2. Tujuan Pengajian ... 30

3. Manfaat Pengajian ... 32

4. Unsur-Unsur Utama dalam Pengajian Majelis Ta‟lim ... 34

(16)

BAB III MENGENAL MAJELIS TA’LIM DAN MASJID

AL-HUSAINY ... 47

A. Profil Lembaga ... 47

1. Sejarah Singkat Masjid Al-Husainy ... 48

2. Kedudukan Majelis ta‟lim Al-Husainy dalam Struktur DKM Masjid Al-Husainy... 49

3. Struktur Organisasi Majelis Ta‟lim Al-Husainy... 50

4. Karakteristik Jamaah Majelis Ta‟lim Al-Husainy ... 50

B. Program Kegiatan ... 52

1. Program Kegiatan Masjid Husainy dan Majelis Ta‟lim Al-Husainy ... 52

2. Materi Pengajian di Majelis Ta‟lim Al-Husainy ... 53

3. Jadwal pengajian ... 56

C. Biodata Responden ... 56

BAB IV PRAKTIK PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR’AN JUZ 30 DI MAJELIS TA’LIM AL-HUSAINY ... 59

A. Praktik Pengajian ... 59

1. Prosesi Pengajian Tafsir di Majelis Ta‟lim Al-Husainy ... 59

2. Alasan Memilih Materi Juz 30 ... 71

B. Prosedur Pengajian Tafsir juz 30 di Majelis Ta‟lim Al-Husainy ... 72

1. Metode Penafsiran dan Pemahaman Al-Qur‟an ... 72

2. Corak Penafsiran ... 74

3. Sumber Penafsiran ... 75

C. Respon Jama‟ah Pengajian ... 76

1. Motivasi Jama‟ah dalam Mengikuti Pengajian... 76

2. Manfaat Pengajian Bagi Jama‟ah ... 79

3. Pemahaman Jama‟ah Terhadap Materi Yang Disampaikan .... 82

(17)

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajian adalah suatu tempat atau lembaga dalam mengkaji dan mendalami agama Islam.1 Pengajian merupakan salah satu kegiatan dakwah Islamiyah yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam meningkatkan ibadah kepada Allah, karena pada dasarnya dengan adanya pengajian masyarakat akan mengetahui hal-hal yang belum diketahui dan dipahami secara mendalam.2 Sangat beragam bentuk pengajian yang ada di Indonesia yang diikuti oleh setiap masyarakat muslim di setiap daerah, hal itu dikarenakan setiap masyarakat muslim memerlukan tempat pengkajian dalam menghayati dan mendalami agama.3

Al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran Islam mengandung perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan,4 karena dengan menuntut ilmu pengetahuanlah potensi jasmani dan rohani dapat dikembangkan, dan kewajiban mengembangkan potensi ini merupakan beban dan tanggung jawab manusia kepada Allah Swt.5 Oleh karena itulah, penyelenggaraan pendidikan adalah kewajiban syar‟i yang termasuk

1 Mega Nur Fadhilah, “Pengajian Tafsir di Masyarakat (Studi Kasus Masjid

Jami‟ Al-Muhtarom Jakarta Utara)” (Skripsi S1 jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), h.1.

2

Abdul Hadi, “Pengaruh Mengikuti Pengajian Simthu Al-Durar Terhadap Sikap Tawakal Jamaah Di Pondok Pesantren Al-Ishlah Tembalang Semarang” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2009), h. 2.

3 Mega Nur Fadhilah, “Pengajian Tafsir di Masyarakat (Studi Kasus Masjid

Jami‟ Al-Muhtarom Jakarta Utara),” (Skripsi S1 jurusan Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), h.1.

4 Zainuddin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) h. 44. 5 Djumransjah, dkk, Pendidikan Islam (Menggali Tradisi Mengukuhkan

(19)

dalam ruang lingkup mua‟malah untuk membentuk manusia yang berpredikat mukmin, muslim dan muttaqin.6

Al-Qur‟an yang pertama diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw adalah yang berkaitan dengan menuntut ilmu yaitu terdapat dalam firman Allah dalam surah Al-„Alaq ayat 1-5 sebagai berikut.

-

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Allah yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu”.(QS. Al-„Alaq ayat 1-5)7

Kata-kata membaca, mengajar, pena dan mengetahui sangat jelas hubungannya dalam pengertian ayat di atas, yaitu erat sekali dengan ilmu pengetahuan. Dalam ayat tersebut, terkandung pula rahasia penciptaan manusia, siapa yang menciptakannya dan dari apa ia diciptakan. Ilmu tentang asal-usul manusia dan dasar-dasar dari segala dasar. Selanjutnya ayat itu datang bukan dalam bentuk pernyataan, tetapi dalam bentuk perintah, tegasnya perintah bagi setiap manusia muslim untuk mencari ilmu pengetahuan.8

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat non-formal yaitu majelis ta‟lim.9

Majelis ta‟lim menurut KMA (Keputusan Menteri Agama) merupakan salah satu organisasi yang termasuk ke

6 Djumransjah, dkk, Pendidikan Islam (Menggali Tradisi Mengukuhkan

Eksisitensi), (Malang, UIN Malang Press, 2007), h. 44.

777 Al-Qur‟an dan Terjemah, (Qs. Al-„Alaq ayat 1-5), h. 597.

8 Zainuddin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) h. 44 9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, PT Raja

(20)

dalam Lembaga Dakwah.10 Lembaga ini senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama‟ahnya, serta memberantas kebodohan ummat Islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhoi oleh Allah SWT.11 Lembaga ini biasanya menyelenggarakan kegiatan belajar rutin di bawah bimbingan orang yang dipandang lebih mengetahui tentang ajaran agama. Pembimbing disapa dengan gelar ustad, kiyai, tuan guru, atau sapaan penghormatan lainnya.12

Pengajian majelis ta‟lim ini diikuti dari berbagai kalangan, mulai dari ibu-ibu rumah tangga, bapak-bapak, kalangan remaja, kalangan anak-anak (TPA), maupun campuran berbagai usia.13 Hal ini tentunya berkaitan dengan timbulnya kesadaran beragama di kalangan masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat tertarik untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma dan nilai agama.14

Majelis ta‟lim mempunyai peranan yang sangat besar bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya pada kaum ibu-ibu.15

10 Kholifah, “Penyelenggaraan Pengajian Majelis Taklim Amanah Dalam

Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Jamaah Di Perumahan Griya Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang,”( Skripsi S1 Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018).

11 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 1996), h. 201.

12 Kholifah, “Penyelenggaraan Pengajian Majelis Taklim Amanah Dalam

Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Jamaah Di Perumahan Griya Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang,” ( Skripsi S1 Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018).

13 Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam, ( Penerbit Erlangga,

2015), h. 78.

14 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam

Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi”. (Skripsi S1 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 4.

15 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam

(21)

Salah satu lembaga yang mengadakan pengajian bagi kaum ibu-ibu sebagai bentuk upaya dalam memgfungsikan masjid dan mengisi kegiatan untuk hal yang bermanfaat yaitu majelis ta‟lim Al-Husainy, yang berlokasi di Masjid Al-Husainy, Jalan Nurul Huda no 88 Rt 02 Rw 04 Cempaka Putih, Ciputat, Tangerang Selatan. Pengajian di majelis ta‟lim Al-Husainy dilaksanakan pada setiap hari Rabu pagi, dimulai pukul 09:00 hingga pukul 11:00 WIB. Dalam satu bulan majelis ta‟lim ini mengadakan 4 kali dan terkadang 5 kali kajian, pada Rabu pertama, kajiannya yaitu hadis, dalam kitab Arba‟in., Rabu kedua yaitu pengajian tafsir Al-Qur‟an juz 30., Rabu ketiga sholat tasbih., Rabu keempat fikih dalam kitab Fathul Qarib., Rabu kelima tema kajianya sesuai kondisi., misalnya sekarang mendekati bulan Ramadhan, maka kajiannya terkait hal-hal dalam mempersiapkan bulan suci Ramadhan.16 Namun dalam penelitian ini, penulis hanya berfokus pada pengajian tafsir Al-Qur‟an juz 30 saja.

Pengajian di majelis ta‟lim Al-Husainy sebagai upaya untuk memfungsikan masjid dan sebagai proses dalam pendidikan Islam di lingkungan masyarakat ini telah terbentuk sejak tahun 1995, hingga saat ini telah berjalan selama kurang lebih 25 tahun. Dalam waktu yang cukup lama tersebut, tentunya telah banyak proses yang dilalui dan selama itu pula tentunya timbul berbagai respon yang telah diberikan oleh jama‟ah saat pelaksanaan pengajian berlangsung.

Dalam pengajian tafsir Al-Qur‟an di majelis ta‟lim Al-Husainy ini, mereka konsisten mengkaji juz 30 saja. Dalam mengkaji juz 30, pembimbing kajian hanya merujuk kepada Al-Qur‟an terjemah.

Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 4.

16 Hasil interview dengan Ibu Wasmini selaku ketua majelis ta‟lim Al-Husainy,

(22)

Meskipun demikian, tentunya pembimbing kajian tidak akan lepas dari kitab tafsir yang pernah beliau baca atau yang biasa beliau jadikan sebagai bahan bacaan.

Selain beberapa hal di atas, di majelis ta‟lim Al-Husainy ini juga terdapat kendala dalam pelaksanaannya, yaitu surutnya anggota majlis ta‟lim yang aktif dalam mengikuti kajian, hal itu tentunya dipengaruhi oleh motivasi mereka dalam mengikuti kajian di majelis ta‟lim tersebut. Dengan adanya motivasi yang beragam, tentunya beragam pula implikasi atau dampak yang diperoleh oleh ibu-ibu jama‟ah majlis ta‟lim selama mengikuti pengajian di majlis ta‟lim Al-Husainy tersebut.

Oleh karna itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di majlis ta‟lim Husainy tersebut, dengan tema: “Pengajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 Di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui proses pelaksanaan pengajian tafsir Al-Qur‟an Juz 30, yang penulis batasi kepada surah At-Tīn dan surat Al-„Alaq, dikarenakan surah yang penulis kaji dan teliti adalah surah At-Tīn dan surat Al-„Alaq. Proses pengajian ini meliputi penyampaian pengajar dalam kajian, metode, corak, dan sumber penafsirannya, serta penerimaan jama‟ah terhadap kajian tersebut. Dengan melalui rumusan masalah Bagaimana Proses Pengkajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 (sura At-Tīn dan Al-„Alaq) berlangsung di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan.?

(23)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk memenuhi tugas akhir dan memperoleh gelar S. Ag di Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk mengetahui bagaimana Proses Pengkajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 Di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan, meliputi penyampaian pengajar dalam kajian, metode, corak, dan sumber penafsiranya, serta penerimaan jama‟ah terhadap kajian tersebut.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Memperoleh gelar S. Ag di Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keintelektualan dalam bidang tafsir Al-Qur‟an, serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya, yang berkaitan dengan Pengajian tafsir Al-Qur‟an Juz 30 Di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan.

c. Memberikan suatu bentuk pemahaman yang diharapkan dapat memudahkan bagi masyarakat dalam mengungkapkan pesan-pesan yang terdapat di dalam ayat-ayat Al-Qur‟an.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana yang disebutkan pada pokok permasalahan, studi ini memusatkan pada penelitian mengenai studi living Qur‟an

(24)

(Pengajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 Di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan).

Untuk menghindari kesamaan dalam penyusunan skripsi ini, maka setelah beberapa pemeriksaan pustaka, penulis menemukan beberapa pembahasan yang berkaitan di antaranya:

Skripsi Ahmad Mufti yang berjudul “Metode Majelis Ta‟lim Fatkhurahman Dalam Membina Ritual Keagamaan Pada Ibu-Ibu Di Dusun Cepit, Soropadan, Condogcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Yang ditulis oleh Ahmad Mufti”.17

Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018.

Dalam penelitian ini Ahmad Mufti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Ahmad Mufti membahas metode yang dilakukan oleh majelis ta‟lim Fatkhurrahman dalam membina ritual keagamaan pada ibu-ibu di dusun Cepit, Soropadan, Condogcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa metode yang dilakukan oleh majelis ta‟lim Fatkhurrahman dalam membina ritual keagamaan ibu-ibu di dusun Cepit adalah dengan pengajaran dan praktik ibadah, pembiasaan membaca sholawat, pembiasaan berdo‟a, dan membaca kalimat Thoyyibah, cerita kisah Nabi dan orang-orang shaleh, pembahasan fadhillah amal sebagai motivasi beribadah, serta pembacaan kitab Nashoih Al-„Ibad dan

Tanqih Al-Qaul sebagai nasehat.18

17 Ahmad Mufti “Metode Majlis Ta‟lim Fatkhurahman Dalam Membina Ritual

Keagamaan Pada Ibu-Ibu Di Dusun Cepit, Soropadan, Condogcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta,” (Skripsi S1 jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).

18 Ahmad Mufti “Metode Majlis Ta‟lim Fatkhurahman Dalam Membina Ritual

Keagamaan Pada Ibu-Ibu Di Dusun Cepit, Soropadan, Condogcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta,” (Skripsi S1 jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).

(25)

Skripsi Kholifah yang berjudul “Penyeleggaraan Pengajian Majelis Ta‟lim Amanah Dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Jama‟ah Di Perumahan Griya Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang”.19

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negri Walisongo Semarang 2018.

Dalam penelitian ini Kholifah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan dakwah. Penelitian Kholifah membahas tentang penyelenggaraan pengajian di majelis ta‟lim Amanah dalam meningkatkan pemahaman keagamaan jama‟ah dan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat penyelenggaraan pengajian majelis ta‟lim Amanah dalam menigkatkan pemahaman jama‟ah. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pengajian majelis ta‟lim Amanah telah menerapkan langkah-langkah penyelenggaraan yaitu pemberian motivasi, pembimbingan, penjalinan hubungan, penyelenggaraan komunikasi, dan pengembangan atau peningkatan pelaksana. Faktor pendukungnya yaitu : penyelenggaraan pengajian siang dan malam, tersedia undangan dan hidangan, dilaksanakan rutin sesuai jadwal, sudah adanya manajemen yang diterapkan, adanya toleransi yang kuat, dan didukung oleh pemerintah setempat. Adapun penghambatnya yaitu urusan rumah tangga yang tidak dapat ditinggalkan, perencanaan yang masih jangka pendek, cuaca yang buruk, kurangnya kitab kajian, manajemenya masih sangat sederhana, waktu pelaksanaan yang singkat dalam penyelenggaraannya.20

19 Kholifah, “Penyeleggaraan Pengajian Majelis Ta‟lim Amanah Dalam

Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Jama‟ah Di Perumahan Griya Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Walisongo Semarang, 2018).

20 Kholifah, “Penyeleggaraan Pengajian Majelis Ta‟lim Amanah Dalam

(26)

Skripsi Feri Andi yang berjudul “Peran Majlis Ta‟lim Dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan (Study Terhadap Majelis Ta‟lim Nurul Hidayah Di Desa Taraman Jaya Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur”.21 Yang ditulis oleh Feri Andi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang 2017.

Feri Andi menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini Feri Andi membahas sejauh mana peran majelis ta‟lim dan apa saja dampaknya bagi kehidupan masyarakat yang ada di Desa Taraman Jaya. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa majelis ta‟lim Nurul Hidayah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengembangan pemahaman keagamaan pada masyarakat Taraman Jaya. Dalam segi ibadah, menjadikan para jama‟ahnya semakin rajin dan taat dalam beribadah, dari segi keimanan, menjadikan mereka lebih mantap dalam keimanan dan ketenangan hati. Sedangkan dalam kegiatan sosial, majelis ta‟lim juga memiliki peran yang sangat dirasakan oleh masyarakat miskin dan kaum dua‟fa seperti santunan terhadap anak yatim.22

Skripsi Mega Nur Fadhilah yang berjudul “Pengajian Tafsir di Masyarakat (Studi Kasus Masjid Jami‟ Al-Muhtarom Jakarta

Ngaliyan Semarang,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Walisongo Semarang, 2018).

21 Feri Andi, “Peran Majelis Ta‟lim Dalam Meningkatkan Pemahaman

Keagamaan (Study Terhadap Majelis Ta‟lim Nurul Hidayah Di Desa Taraman Jaya Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,” (Skripsi S1 jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang, 2017).

22

Feri Andi, “Peran Majelis Ta‟lim Dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan (Study Terhadap Majelis Ta‟lim Nurul Hidayah Di Desa Taraman Jaya Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,” (Skripsi S1 jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang, 2017).

(27)

Utara)”.23

Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.

Dalam penelitian ini Mega menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan lapangan. Tujuan dalam penelitian Mega ini adalah untuk mengeksplorasi jalannya proses pengajian tafsir masjid Jami‟ Al-Muhtarom dan respon jama‟ah atas pengajian, serta dampak yang dialami jama‟ah dari mengikuti pengajian tafsir di masjid jami‟ Al-Muhtrom Jakarta Utara. Hasil penelitian ini adalah bahwa secara keseluruhan jama‟ah merespon baik adanya pengajian tafsir tersebut karena pengetahuan dan keimanan mereka menjadi bertambah bahkan bisa mengamalkan sebagian isi materi dari pengajian tafsir tersebut sekalipun mereka datang ke pengajian tersebut dengan motivasi yang beragam.24

Skripsi Yanti yang berjudul “Pelaksanaan Program Majelis Ta‟lim Miftahul Jannah Perumahan Beringin Indah Ngaliyan Semarang”.25

Program Studi Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negri Walisongo Semarang 2017.

Dalam penelitian ini Yanti menggunakan metode field research dengan pendekatan kualitatif. Masalah yang diangkat dalam skripsi Yanti ini adalah bagaimana pengorganisasian kajian fikih di majlis ta‟lim Miftahul Jannah Bringin Indah Ngaliyan Semarang. Hasil penelitian ini adalah pengorganisasian yang ada di majelis ta‟lim

23

Mega Nur Fadhilah, “Pengajian Tafsir di Masyarakat (Studi Kasus Masjid Jami‟ Al-Muhtarom Jakarta Utara,” (Skripsi S1 jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

24 Mega Nur Fadhilah, “Pengajian Tafsir di Masyarakat (Studi Kasus Masjid

Jami‟ Al-Muhtarom Jakarta Utara,” (Skripsi S1 jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

25 Yanti, “Pelaksanaan Program Majelis Ta‟lim Miftahul JannaPerumahan

Beringin Indah Ngaliyan Semarang,” (Skripsi S1 jurusan Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Walisongo Semarang, 2017).

(28)

Miftahul Jannah Semarang sesuai dengan apa yang menjadi fungsi organisasi yaitu sebagai prasarana atau alat dari manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk pelaksanaan masing-masing kegiatan sudah teroganisir dengan baik, itu dikarenakan sudah terbentuknya penanggung jawab di masing-masing bidang.26

Skripsi Siti Robiyatul Badriyah “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi”.27

Yang ditulis oleh Siti Robiyatul Badriyah. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

Dalam penelitian ini Robiyatul Badriah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan majelis ta‟lim Al-Barkah dalam membina pengalaman ibadah pemulung, faktor penunjang dan penghambat, serta hasil-hasil yang dicapai oleh majelis ta‟lim Al-Barkah dalam membina pengalaman ibadah pemulung Bantar Gebang Bekasi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa peranan majelis ta‟lim Al-Barkah dalam membina pengalaman ibadah benar-benar mempunyai peranan yang sangat besar, karena kegiatan majelis ta‟lim Al-Barkah mampu merubah tatanan hidup bermasyarakat kepada kehidupan yang lebih baik. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengajian oleh majelis ta‟lim Al-Barkah ini bahwa dengan adanya pengajian ini disambut positif oleh masyarakat khususnya pemulung

26 Yanti, “Pelaksanaan Program Majelis Ta‟lim Miftahul JannaPerumahan

Beringin Indah Ngaliyan Semarang,” (Skripsi S1 jurusan Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Walisongo Semarang, 2017).

27 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam

Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi,” (Skripsi S1 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

(29)

yang mengikuti pengajian, dan hasilnya dapat dilihat dari perilaku mereka sehari-hari yang mengalami evolusi.28

Skripsi Makhiyatul Haq yang berjudul “Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur‟an Dalam Khutbah Jum‟at Di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta Selatan”.29

Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.

Metode yang digunakan oleh Makhiyatul Haq adalah metode kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Makhiyatul Haq yaitu mengenai penggambaran relasi antara tema khutbah oleh para khatib dengan penjelasan, serta ayat-ayat Al-Qur‟an yang dikutip sebagai penguat dari materi. Hasil dari penelitian ini adalah dari empat khatib, ada satu khatib yang sesuai dengan tema ayat dan penjelasannya.30

Skripsi Muhammad Bahrodin yang berjudul “Perilaku Jama‟ah Pengajian Tafsir al-Jalalain di Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar”.31

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Jurusan Ilmu Al-Qu‟an dan Tafsir, IAIN Tulungagung 2016.

Dalam penelitian ini Bahrodin menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan di dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

28 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam

Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi,” (Skripsi S1 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

29 Makhiyatul Haq, “Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur‟an Dalam Khutbah Jum‟at

Di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

30 Makhiyatul Haq, “Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur‟an Dalam Khutbah Jum‟at

Di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

31 Muhamad Bahrodin, “Perilaku Jama‟ah Pengajian Tafsir Al-Jalalain di

Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar,” (Skripsi S1 jurusan Ilmu Al-Qu‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung, 2016).

(30)

proses pengajian tafsir al-Jalalain, untuk mengetahui motivasi para jama‟ah dalam mengikuti kajian dan untuk mengetahui bagaimana bentuk perilaku jama‟ah pengajian tafsir al-Jalalain di Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar. Hasil dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa, proses pengajian tafsir al-Jalalain menggunakan model bandungan dan weton. Metode bandungan yaitu tercermin ketika KH. Asmawi Mahfudz membaca kitab tafsir al-Jalalain, sedangkan para jama‟ah pengajian membawa kitab yang sama, kemudian mereka mendengarkan, memaknai kitab dan menyimak bacaan kiyai. Sedangkan cerminan pengajian model weton, terlihat bahwa pengajian ini tidak merupakan pengajian rutin setiap hari. Tetapi dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yakni rutin pada malam sabtu selepas sholat Isya‟. Motivasi pembaca atau pengasuh pengajian tafsir al-Jalalain sebagai berikut: mewarisi sekaligus meneruskan turats pengajian kitab tafsir al-Jalalain yang ditinggalkan oleh almaghfurlah KH. Mahmudz Hamzah, adanya I‟tikad masyarakat untuk mengaji Al-Qur‟an melalui penafsiran, partisapasi publik untuk mencerdaskan umat, menciptakan suasana harmonis di antara masyarakat muslim, khususnya di Desa Kunir, misi sosial. Adapun motivasi yang dimiliki oleh para jama‟ah pengajian tafsir al-Jalalain sebagai berikut: mengisi hari tua, pemberdayaan civil society, keinginan adanya kajian yang otentik, kerinduan terhadap Islam yang mencerahkan, memperdalam ajaran agama Islam secara rasional dan ilmiah, I‟tikad dari kecil untuk mengkaji sebuah kitab tafsir. Pengajian tafsir al-Jalalain mampu memberikan nilai-nilai positif bagi perilaku pengikutnya. Nilai-nila

(31)

yang terdapat dalam al-Qur‟an mampu diterapkan dengan baik dalam diri pribadi, keluarga dan masyarakat. 32

Skripsi Ahmad Khanafi yang berjudul “Fungsi Sosial Masjid Dalam Penyiaran Islam Studi Pada Masjid Al-Muttaqin Sumber Agung, Margodadi, Sumberjo, Tanggamus”.33

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Reseach) dengan sifat penelitian deskriptif, guna memberikan kejelasan terhadap masalah atau peristiwa yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi sosial Masjid Al-Muttaqin dalam penyiaran Islam di desa Sumber Agung Kelurahan Margodadi, Kecamatan Sumberjo Kabupaten Tanggamus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi sosial Masjid Al-Muttaqin Sumber Agung, Margodadi, Sumberjo Tanggamus belum dapat memaksimalkan kegiatan-kegiatan yang ada, seperti pertama masjid menjadi pusat tempat ibadah, kedua, masjid menjadi pusat kegiatan dakwah, ketiga masjid sebagai tempat pengurusan jenazah, keempat masjid sebagai tempat pendidikan, kelima masjid sebagai tempat bermusyawarah, keenam masjid sebagai tempat perpustakaan, dan

ketujuh masjid sebagai ekonomi jama‟ah.34

32 Muhamad Bahrodin, “Perilaku Jama‟ah Pengajian Tafsir Al-Jalalain di

Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar,” (Skripsi S1 jurusan Ilmu Al-Qu‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung, 2016).

33 Ahmad Khanafi, “Fungsi Sosial Masjid Dalam Penyiaran Islam Studi Pada

Masjid Al-Muttaqin Sumber Agung, Margodadi, Sumberjo, Tanggamus,”( Skripsi S1 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017).

34 Ahmad Khanafi, “Fungsi Sosial Masjid Dalam Penyiaran Islam Studi Pada

Masjid Al-Muttaqin Sumber Agung, Margodadi, Sumberjo, Tanggamus,”( Skripsi S1 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017).

(32)

Skripsi Reski Amaliah Mutiara Putri “Dampak Keberadaan Majelis Taklim terhadap Kehidupan Sosial di RW 05 Kelurahan Balla Parang Kecamatan Rappocini Kota Makassar”.35

Jurusan Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar 2016.

Dalam penelitian ini Reski Amaliah menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian Reski ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keberadaan majelis taklim dan dampak keberadaan majelis taklim terhadap kehidupan sosial. Hasil penelitian adalah, keberadaan majelis taklim Al-Azhar di RW 05 Kelurahan Balla para Kecamatan Rapocini memainkan peran yang cukup signifikan. Hal itu dapat dicermati dalam berbagai aspek serta orientasi majelis taklim tersebut. Adapun yang menjadi arah orientasi majelis taklim Al-azhar seperti: sebagai tempat membina dan mengembangkan ilmu serta keyakinan agama, sebagai ruang silaturahmi dan kontak sosial, serta sebagai media meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga. Dampak dari keberadaan mejelis taklim Al-azhar kemudian memberikan berbagai perubahan-perubahan dalam masyarakat itu sendiri. Adapun bentuk-bentuk perubahan yang terjadi meliputi: perubahan pola pikir, perubahan cara berpakaian dan sikap dalam proses interaksi sosial, adanya rasa solidaritas antar masyarakat dalam membantu orang-orang yang kurang mampu, terjalinnya silaturahmi sesama masyarakat. 36

35 Reski Amaliah Mutiara Putri, “Dampak Keberadaan Majelis Taklim terhadap

Kehidupan Sosial di RW 05 Kelurahan Balla Parang Kecamatan Rappocini Kota Makassar,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, 2016).

36 Reski Amaliah Mutiara Putri, “Dampak Keberadaan Majelis Taklim terhadap

Kehidupan Sosial di RW 05 Kelurahan Balla Parang Kecamatan Rappocini Kota Makassar,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, 2016).

(33)

Skripsi Afnani Jayadina yang berjudul “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi Tentang Tradisi Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pungaran, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta)”.37

Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016. Penelitian adalah penelitian lapangan atau field research.

Penelitian Afnani ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pelaksanaan tradisi pengajian bergilir di rumah warga beserta fungsi sosial pengajian tersebut dan upaya masyarakat di Dusun Pungeran dalam memakmurkan masjid. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa tradisi pengajian bergilir dalam pelaksanaanya dilakukan secara bergilir dari satu rumah warga ke rumah warga yang lain yang menjadi anggota pengajian. Fungsi sosial pengajian bergilir terhadap masyarakat Dusun Pungeran adalah terwujudnya kerukunan antar warga dan bertambahnya pemahaman tentang ajaran agama Islam bagi jama‟ahnya. Dalam mengimbangi fungsi masjid yang ada di dusun mereka, masyarakat Pungeran melakukan beberapa upaya untuk memakmurkan masjid, antara lain: dijadikan sebagai tempat beribadah, tempat kegiatan pendidikan keagamaan, tempat bermusyawarah, dan tempat pengelolaan shadaqah, infaq, dan zakat.38

37 Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi

Tentang Tradisi Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pungaran, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta),” (Skripsi S1 jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).

38

Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi Tentang Tradisi Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun PSungaran, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta),” (Skripsi S1 jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).

(34)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dari objek, materi dan aspek yang diteliti. Objek penelitian ini adalah majelis ta‟lim Al-Husainy, materi yang diteliti adalah tafsir Al-Qur‟an juz 30 menggunakan rujukan Al-Qur‟an terjemah, dan aspek yang diteliti adalah, Proses Pengkajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 Di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan, meliputi: penyampaian pengajar dalam kajian, metode, corak, dan sumber penafsirannya, serta penerimaan jama‟ah terhadap kajian tersebut. Sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya materinya tidak khusus membahas juz 30, penyampaiannya menggunakan kitab tafsir., dan aspek yang dibahas hanya terkait, penyampaian pengajar dan respon jama‟ah (manfaat, peran, fungsi, dan dampak setelah mengikuti pengajian di majelis ta‟lim), sedangkan pembimbing kajiannya tidak diteliti lebih detail.

E. Metodologi penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.39 Data yang dikumpulkan berupa deskripsi, uraian detail. Ciri khas dari penelitian kualitatif yaitu penyajiannya menggunakan perspektif emic, yaitu data dipaparkan dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang subjek penelitian.40 Penulis juga menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu mengambil sumber dari pustaka dan hasil penelitian yang pernah dilakukan

39 Anselm Strauss dkk, Dasar-dasar penelitian kualitatif (Basics of Qualitative

Researc), (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003), h. 4.

40 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta, Idea

(35)

oleh peneliti terdahulu serta literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah tersebut untuk membantu pemahaman kajian ini sehingga menjadi jelas dan terinci.41

2. Sumber Data

Penulis membagi sumber data ke dalam dua sumber, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Data baik secara terulis maupun secara lisan yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan teknik wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab dengan pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan peneliti.42

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu sejumlah kepustakaan yang pembahasanya berkaitan dengan materi skripsi ini, seperti karya ilmiah, buku-buku, jurnal dan karya-karya tulis lainya sebagai penunjang data yang berkaitan dengan tema penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan penelitian dokumen.43

41

A Rafiq Zainul Mun‟im “Tafsir Realis Terhadap Makna Dan Simbol Alquran Bagi Masyarakat Kabupaten Probolinggo”. MADANIA Vol. 21, No. 2, Desember 2017, h.195.

42 Didi Junaedi, “ Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

Al-Qur‟a>n (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur‟an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015, h.178.

43 Didi Junaedi, “ Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

(36)

Pertama, observasi, observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan sisitematika fenomena yang diselidiki.44 Tujuan dalam mengamati di sini adalah dalam rangka untuk memahami, mencari jawaban, serta mencari bukti terhadap fenomena sosial tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi.45 Dalam observasi melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal sebagai observer dan obyek yang diobservasi yang dikenal sebagai observee.46 Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pengajian tafsir Al-Qur‟an juz 30 di majlis ta‟lim Al-Husainy. Keberadaan penulis telah diketahui oleh obyek yang diteliti, yaitu pihak majelis ta‟lim. Namun mereka mempersilahkan untuk hadir pada setiap diadakan pengajian tersebut. Sehingga tujuan penulis semakin mudah dalam mengakses hal-hal yang diperlukan dalam penelitian tersebut.

Kedua, wawancara, wawancara ialah bentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.47 Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.48 Wawancara ini untuk menanyakan pendapat, pandangan, motif, persepsi, dan sikap pihak-pihak majelis ta‟lim terkait bagaimana Proses

Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur‟an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015, h.179.

44 Sukandarrumidi, Metode Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti

Pemula), (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2012), h. 69.

45 Didi Junaedi, “ Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

Al-Qur‟an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur‟an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015,h. 178.

46 Sukandarrumidi, “Metode Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti

Pemula),” (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2012), h. 69.

47 Husaini Usman dkk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta, Bumi Aksara,

2017), h. 93.

48 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja

(37)

Pengkajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan, meliputi penyampaian pengajar dalam kajian, metode, corak, dan sumber penafsirannya dan penerimaan jama‟ah terhadap kajian tersebut, serta segala hal yang berkaitan dengan pengajian Al-Qur‟an di majlis ta‟lim Al-Husainy tersebut. Informan yang diwawancarai adalah, ketua majlis ta‟lim, pembimbing kajian tafsir Al-Qur‟an juz 30, dan ibu-ibu jama‟ah majelis ta‟lim Al-Husainy tersebut.

Ketiga, penelitian dokumen. Metode penelitian dokumen merupakan suatu cara pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.49 Dokumen yang akan dipelajari adalah teks-teks dan foto-foto kegiatan program majelis ta‟lim. Teks- teks-teks berupa berupa arsip profil majelis ta‟lim, laporan kegiatan, serta dokumen-dokumen lain yang terkait dengan kegiatan majelis ta‟lim tersebut. Sedangkan dokumen foto memberikan informasi visual tentang kegiatan praktis majelis ta‟lim dalam pelaksanaan pengajian tafsir Al-Qur‟an juz 30 tersebut.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah ± 30 orang, sedangkan penulis mengambil sampel dari penelitian ini berjumlah 15 orang.

49 Didi Junaedi, “ Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

Al-Qur‟an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur‟an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015, h. 180.

(38)

5. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interactive model of analisis (data interaktif). Adapun langkah-langkahnya adalah:

a. Data reduction (reduksi data)

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan mentah dilapangan.

b. Data display (penyajian data)

Yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan.

c. Conclusion drawing (penarikan kesimpulan)

Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses

analisis data, pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari observasi, interview, dan dokumentasi. Pada tahap ini peneliti melakukan konseptualisasi atau generalisasi.50

50 Didi Junaedi, “ Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

Al-Qur‟an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur‟an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015, h. 183.

(39)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan hal yang penting, karna mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab yang saling berkaitan dan berurutan. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyusunannya. Adapun sisitematika penulisan dalam penulisan ini sebagai berikut:

Bab I merupakan langkah awal dalam penelitian ini, dimulai dengan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan, tujuannya adalah, untuk menjelaskan tentang apa, mengapa dan bagaimana penelitian ini dilakukan, sehingga penelitian ini menjadi jelas dan terinci.

Bab II merupakan kerangka teoritik , kerangka teoritik yang dijelaskan sebagai landasan teori yang dibutuhkan dari sumber, baik umum maupun khusus, terkait mengenai Tinjauan Umum Seputar Upaya Pengkajian Tafsir Al-Qur‟an Di Majelis Ta‟lim. Teori seputar definisi pengajian, manfaat pengajian, unsur-unsur yang terdapat dalam pengajian atau majelis ta‟lim, merupakan penjelasan umum yang bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup pengkajian tafsir Al-Qur‟an di majelis ta‟lim secara umum, sebelum penulis meneliti lebih khusus terkait Pengajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 di Majelis Ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan.

Bab III merupakan penyajian data penulisan, di dalamnya berisi tentang profil lembaga, meliputi: Sejarah singkat masjid Al-Husainy, kedudukan majelis ta‟lim Husainy dalam struktur DKM masjid Al-Husainy, struktur organisasi majelis ta‟lim dan karakteristik jama‟ah majelis ta‟lim Al-Husainy, program kegiatan majelis ta‟lim dan

(40)

masjid Al-Husainy, materi pengajian di majelis ta‟lim Al-Husainy, jadwal pengajian serta biodata responden. Penulis mencantumkan profil dan kegiatan di masjid Al-Husainy dikarenakan praktik pengajian majelis ta‟lim ini bertempat di masjid Al-Husainy. Beberapa hal tersebut dibahas guna untuk melihat sejauh mana pelaksanaan pengajian, sehingga pembimbing kajian dapat memberikan pemahaman dan menimbulkan respon dari jama‟ah majelis ta‟lim Al-Husainy tersebut.

Bab IV merupakan inti dari proses penelitian, di sini penulis menguraikan terkait Praktik Pengajian Tafsir Al-Qur‟an Juz 30 di Majelis Ta‟lim Al-Husainy, meliputi prosesi berlangsungnya pengajian, penyampaian pembimbing dalam kajian, metode, corak, sumber penafsirannya dan respon jama‟ah dalam mengikuti pengajian serta hal-hal yang berkaitan dengan pengajian di majelis ta‟lim Al-Husainy Tangerang Selatan. Hal tersebut dibahas guna untuk melihat dan mengetahui bagaimana proses berlangsungnya pelaksanaan pengajian tafsir di majelis ta‟lim Al-Husainy, sehingga dapat diketahui bagaimana pembimbing kajian dalam menafsirkan surah-surah juz 30 ( Qs. At-Tīn dan Al-„Alaq) serta dapat diketahui bagaimana respon jama‟ah terhadap pelaksanaan pengajian tafsir di majelis ta‟lim Al-Husainy tersebut.

Bab V kesimpulan dari seluruh rangkaian masalah, sekaligus menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Kemudian akhir Bab dilengkapi dengan kritik dan saran untuk bahan evaluasi dalam rencana pembuatan karya ilmiah berikutnya.

(41)

25

BAB II

TINJAUAN UMUM SEPUTAR UPAYA PENGKAJIAN

TAFSIR AL-QUR’AN DI MAJELIS TA’LIM

A. Definisi, Tujuan dan Manfaat Pengajian 1. Pengertian Pengajian

Pengajian dalam Bahasa Arab berakar dari kata

yang berarti belajar. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata pengajian berasal dari kata “kaji” yang artinya pelajaran agama, mempelajari agama (lebih tepatnya agama islam).1

Sedangkan menurut istilah, pengajian adalah penyelenggaraan atau kegiatan belajar agama Islam yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat yang dibimbing oleh seorang guru ngaji (da‟i) terhadap beberapa orang.2

Dalam pengertian yang sederhana, pengajian seringkali diartikan sebagai suatu kegiatan terstruktur yang fokusnya adalah dalam rangka menyampaikan, meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam, baik dengan metode ceramah, tanya jawab, atau simulasi.3

1 Lihat Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus Munawwir Indonesia-Arab,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 2007) h. 18. Lihat juga Mahfan, Kamus Lengkap Bahasa

dan Sastra Indonesia, ( Jakarta: Sandro Jaya, 2005), h. 250.

2

Tri Paristiani, “Peranan Pengajian Ibu-Ibu Terhadap Perubahan Perilaku dalam Kehidupan Rumah Tangga di Taman Pengajian Al-Qur‟an (TPA) Miftahul Huda Desa Purwodadi Jalur 20 Jembatan 2 Kecamatan Muara Padang”, (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Palembang, 2019), h. 22.

3 Kholifah.“Penyelenggaraan Pengajian Majelis Taklim Amanah Dalam

Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Jamaah Di Perumahan Griya Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018), h. 35.

(42)

Pengajian juga dikenal dengan sebutan majelis ta‟lim, majelis ta‟lim adalah suatu majelis tempat orang-orang berkumpul untuk belajar agama Islam kepada seorang guru atau ustadz.4 Majelis ta‟lim juga bisa disebut majelis zikir. Secara bahasa zikir berarti ingat, jadi majelis zikir adalah sebuah perkumpulan yang diadakan untuk mengingat Allah SWT. Majelis ta‟lim disebut dengan majelis zikir karena zikir juga bisa dimaknai dengan ilmu (pengajaran).5

Dalam Musyawarah Majelis Ta‟lim se-DKI Jakarta tahun 1980, majelis ta‟lim dirumuskan sebagai lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT. Antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkunganya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.6

Majelis ta‟lim merupakan lembaga pendidikan yang tertua dalam sejarah Islam dan tidak dapat dilepaskan dari perjalanan dakwah Islamiyah, yang dimulai oleh Rasulullah Saw saat mengadakan kegiatan kajian dan pengajian di rumah Arqam bin Abil Arqam (Baitul Arqam), yang telah masuk Islam. Dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi ketika beliau masih

4 Aslan dkk, Peluang dan Tantangan Negara-Negara di Kawasan Borneo

Dalam Menghadapi MEA, (Eboosia Publisher, 2018) h. 126.

5 Suhairi Umar, Pendidikan Masyarakat Berbasis Masjid, (Yogyakarta:

Penerbit Deepublish, 2012), h. 128.

6 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam

(43)

berada di Mekkah.7 Namun pada saat itu belum disebut dengan majelis ta‟lim.

Pada saat itu pula, Rasulullah Saw juga sudah berhasil mengislamkan beberapa orang perempuan, selain istrinya sendiri, yaitu Khadijah binti Khawalid ra, juga Fatimah binti Khattab ra, adik dari Umar bin Khatab ra. Jadi, pada saat diadakanya pengajian oleh Rasulullah Saw saat itu sudah terdapat jamaah dari kaum perempuan (muslimah). Saat itu, jamaah pengajian masih bercampur baur antara kaum laki-laki dan kaum perempuan, kaum laki-lakinya di antaranya adalah Abu Bakar As-Siddiq, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.8

Di Indosesia sendiri, kegiatan pengajian sudah ada sejak pertama kali Islam datang. Saat itu dilaksanakan dari rumah ke rumah, surau ke surau, dan masjid ke masjid. Adapun berdirinya pengajian yang secara formal menggunakan majelis ta‟lim dimulai oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Majelis ta‟lim baru populer setelah terbentuknya organisasi Badan Kontak Majelis Ta‟lim (BKMT) di Jakarta pada 1 Januari 1981 yang didirikan oleh Tutty Alawiyah AS (Abdullah Syafi‟i).9

Majelis ta‟lim lahir, tumbuh dan berkembang di masyarakat dari kebutuhan akan pembinaan keluarga Muslim, pendidikan

7 Deni Kurniawan dkk, “ Peran Majelis Ta‟lim dalam Menanamkan Nilai-Nilai

Keislaman Kepada Masyarakat”. Prosiding Al- Hidayah Pendidikan Agama Islam, P-ISSN: 2654-5829 E-P-ISSN: 2654-3753, 2018, h. 4.

8 Feri Andi, “Peran Majelis Ta‟lim Dalam Meningkatkan Pemahaman

Keagamaan (Study Terhadap Majelis Ta‟lim Nurul Hidayah Di Desa Taraman Jaya Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,” (Skripsi S1 jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang, 2017), h. 27.

9 Deni Kurniawan dkk, “ Peran Majelis Ta‟lim dalam Menanamkan Nilai-Nilai

Keislaman Kepada Masyarakat”. Prosiding Al- Hidayah Pendidikan Agama Islam, P-ISSN: 2654-5829 E-P-ISSN: 2654-3753, 2018, h. 4.

(44)

Islam dan pelaksanaan dakwah. Aktivis pengajian atau majelis ta‟lim umumnya adalah ibu-ibu yang konsern pada pendidikan agama di keluarga dan di masyarakat.10

Selain sebagai lembaga dakwah, pengajian juga merupakan lembaga pendidikan nonformal keagamaan alternatif, bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama melalui pendidikan formal.11

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam menjelaskan bahwa pengajian atau majelis ta‟lim dapat dilaksanakan oleh masyarakat, oleh pesantren, pengurus masjid, organisasi kemasyarakatan Islam, dan lembaga sosial keagamaan Islam lainnya. 12

Program pendidikan dalam pengajian atau majelis ta‟lim bersifat terbuka, mengacu pada pemahaman terhadap Al-Qur‟an dan hadis sebagai dasar dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta akhlak mulia. 13

Pengajian atau majelis ta‟lim biasanya dijalankan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan oleh para anggota atau jamaah. Kedatangan mereka ke tempat perkumpulan (majelis) tanpa diundang seperti acara-acara pertemuan yang lainnya.14 Pengajian atau majelis ta‟lim juga bersifat terbuka, baik dari segi usia, lapisan atau strata sosial, maupun jenis kelamin.

10 Mueflich Hasbullah, Islam dan Tranformasi Masyarakat Nusantara, (Depok:

Kencana, 2017), h. 83.

11 Ahmad Zayadi dkk, Buku Putih Pesantren Muadalah, (Forum Komunikasi

Pesantren Muadalah:2020), h. Xciv.

12 Ahmad Zayadi dkk, Buku Putih Pesantren Muadalah, (Forum Komunikasi

Pesantren Muadalah:2020), h. Xci.

13 Ahmad Zayadi dkk, Buku Putih Pesantren Muadalah,(Forum Komunikasi

Pesantren Muadalah:2020), h. Xciv.

14 Asmawi Mahfudz, makalah, “Majelis Ta‟lim, Media Efektif Pencerahan

(45)

Dalam pelaksanaannya, pengajian atau majelis ta‟lim merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling fleksibel (mudah disesuaikan) tidak terikat oleh waktu, bisa pagi, siang, sore, atau bahkan malam hari.15 Fleksibelitas inilah yang menjadi kekuatan, sehingga mampu bertahan dan menjadi lembaga pendidikan Islam yang paling dekat dengan masyarakat. Selain itu, menjadikan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat antara masyarakat awam dengan orang-orang yang alim dalam ilmu agama.16

Adapun tempat pelaksanaan pengajian atau majelis ta‟lim, dapat dilaksanakan di masjid, mushalla, rumah, ruang kelas, gedung, aula, taman, teras halaman atau tempat lain yang memenuhi syarat.17

Materi yang biasa dijadikan sebagai kajian di majelis ta‟lim yaitu: Al-Qur‟an dan tajwid, Tafsir dan Ulumul Al-Qur‟an, Hadis, Tauhid, Ushul fiqh dan Fiqih.,18 dan Tafsir Al-Qur‟an merupakan salah satu materi yang terdapat di Majelis Ta‟lim Al-Husainy.

Tafsir adalah menjelaskan, menerangkan, memerinci suatu kata yang masih dianggap sulit, mengungkap serta menampakkan suatu makna yang belum terungkap dengan jelas.19

15 Mohammad Al-Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur‟an, (Jakarta:

Kencana, 2018), h. 79.

16

Ahmad Zayadi dkk, Buku Putih Pesantren Muadalah, (Forum Komunikasi Pesantren Muadalah:2020), h. Xciv.

17 Ahmad Zayadi dkk, Buku Putih Pesantren Muadalah, (Forum Komunikasi

Pesantren Muadalah:2020), h. xci.

18

Reski Amaliah Mutiara Putri, “Dampak Keberadaan Majelis Taklim terhadap Kehidupan Sosial di RW 05 Kelurahan Balla Parang Kecamatan Rappocini Kota Makassar”, (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, 2016), h. 45.

(46)

Menurut Ahmad Jazi Al-Kalbi tafsir adalah uraian yang menjelaskan Al-Qur‟an, menerangkan maknanya, menjelaskan hal-hal yang dikehendaki oleh nash, isyarat, atau yang sejenisnya.20

2. Tujuan Pengajian

Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bersifat nonformal, pengajian atau majelis ta‟lim tentunya memiliki tujuan agar dapat memberikan dampak yang signifikan dan positif bagi masyarakat, baik yang berkaitan dengan kehidupan duniawi dan khususnya kehidupan akhirat.

Dalam peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dijelaskan bahwa majelis ta‟lim atau pengajian bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.21

Tutty Alawiyah dalam bukunya “Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta‟lim”, yang dikutip oleh Sudirman Anwar (2015), merumuskan bahwa tujuan pengajian atau majelis ta‟lim dari segi fungsinya, yaitu:

a. Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuannya adalah menambah ilmu dan keyakinan agama, yang akan mendorong pengalaman ajaran agama.

b. Berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya silaturahmi.

20 Rosihon Anwar dkk, Ilmu Tafsir, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 18. 21 Ahmad Zayadi dkk, Buku Putih Pesantren Muadalah, (Forum Komunikasi

Gambar

Gambar 3.2. Bagan Struktur Organisasi Majelis Ta‟lim Al-Husainy
Tabel 3.3 Karakteristik Jama‟ah Majelis Ta‟lim Al-Husainy
Tabel 3.4 Profil Pembimbing Kajian Tafsir
Tabel 3.6 Pendanaan Kegiatan Majelis Ta‟lim Al-Husainy
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari sistem ini adalah dapat memberikan sebuah sistem informasi perencanaan dan pengadaan kebutuhan bahan baku kepada perusahaan, serta sistem informasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kepekaan dan resistensi Escherichia coli penghasil ESBL terhadap beberapa antibiotik.. Metode yang digunakan adalah difusi cakram

Hasil dari penelitian ini kepuasan pada pimpinan tidak berpengaruh pada kinerja tenaga penjual, sehingga dapat disimpulkan meskipun kinerja tenaga penjual meningkat

Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang 3

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.. untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat

Hermawan, M.Si., Kepala Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk

Sales order process is the process of recording order request from the customer. In sales order form, user can input data of goods the customer requested. After choosing the

[r]