BAB II TINJAUAN UMUM SEPUTAR UPAYA PENGKAJIAN
A. Definisi, Tujuan dan Manfaat Pengajian
4. Unsur-Unsur Utama dalam Pengajian Majelis Ta‟lim
Dalam setiap pelaksanaannya, pengajian harus memiliki unsur-unsur atau komponen-komponen penting yang ada di dalamnya. Unsur-unsur tersebut meliputi: Da‟i (subyek pengajian),
26
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam, ( Penerbit Erlangga, 2015), h. 82.
27 Maesaroh Lubis, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018), h. 103.
mad‟u (obyek pengajian), Maddah (materi pengajian), wasilah
(media pengajian), thariqah (metode pengajian)29 a. Da‟i (subyek pengajian)
Da‟i adalah subjek dakwah, orang yang mengajak kepada orang lain dalam rangka mengamalkan dan menyebar luaskan ajaran Islam serta melakukan upaya perubahan ke arah kondisi yang lebih baik menurut ajaran Islam, yaitu ajaran Al-Qur‟an dan sunah di tengah masyarakat, sehingga Al-Qur‟an dan sunah dapat dijadikan sebagai pedoman dan penuntun kehidupan.30
Di dalam Al-Qur‟an surah Al-Imran 104 Allah berfirman:
ۗ
ٕ
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. ( Al-Qur‟an surah Al-Imran ayat 104)31
Dari ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa adanya perintah untuk menyeru kepada perbuatan yang diperintahkan oleh Allah (ma'ruf) dan menjauhi serta mencegah segala larangan Allah ( mungkar), dan bagi mereka yang mau menyeru kepada kebajikan tersebut, mereka adalah orang-orang yang beruntung.
29 Konita Astriani dkk, “Efektivitas Pengajian Sabtu dalam Pembinaan Keberagaman jama‟ah di Masjid Al-Ukhuwwah Kota Bandung” Konita Astriani et al. Vol. 4, No. 2, 2018, h. 208.
30 Aliyudin “Kualifikasi Da‟i : Sebuah Pendekatan Idealistik dan Realistik”,
Anida, Vol. 14, No. 2, 2015, h. 283.
b. Mad‟u (penerima pengajian)
Mad‟u adalah manusia yang menjadi obyek atau
sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah baik individu maupun kelompok, laki-laki atau perempuan, tua ataupun muda, baik orang Islam maupun bukan muslim, dalam arti bahwa objek dakwah tidak dibatasi oleh agama, tetapi manusia secara keseluruhan.32 Mad‟u dalam pengertian masyarakat juga biasa diartikan sebagai jamaah atau majelis.
Di dalam Al-Qur‟an surah An-Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman:
ۗ
ٖ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.33
Dari Al-Qur‟an surah An-Nahl ayat 125 di atas, dapat kita ketahui bahwa Allah SWT sangat menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menuntut ilmu dengan pengajaran yang baik, yang tujuan dari menuntut ilmu adalah agar manusia lebih bertaqwa kepada Allah SWT. dan dapat memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah yang lainnya.
32
Kholifah.“Penyelenggaraan Pengajian Majelis Taklim Amanah Dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Jamaah Di Perumahan Griya Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018), h. 38.
c. Maddah (Materi pengajian)
Materi atau bahan adalah apa yang akan diajarkan dalam majelis ta‟lim. Materi yang akan diajarkan adalah terkait ajaran Islam dengan berbagai aspek dan segala keluasanya; yaitu berisi tentang pengajaran dan pedoman pokok dalam menjalani kehidupanya di dunia dan menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti.34
Materi yang biasa dipelajari dalam majelis ta‟lim yaitu: Tauhid, akhlak, fiqih serta ushul fiqh, Al-Qur‟an serta tajwidnya, tafsir bersama ulum Al-Qur‟an, hadits, ditambah lagi dengan mater-materi yang dibutuhkan para jamaah (masalah pengetahuan umum).35
1) Kelompok Pengetahuan Agama
a) Tauhid, mengesakan Allah SWT dalam hal mencipta, menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan peribadahan hanya kepada-Nya; b) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang
terpuji, dan akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain yaitu: ikhlas, saling tolong menolong, sabar dan sebagainya. Akhlak tercela meliputi: sombong, kikir, sum‟ah, dusta, bohong dan hasud; c) Fiqih, isi materi fiqih meliputi tentang shalat,
puasa, zakat, dan sebagainya. Di damping itu juga
34 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi”, (Skripsi S1 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 22.
35 Reski Amaliah Mutiara Putri, “Dampak Keberadaan Majelis Taklim terhadap Kehidupan Sosial di RW 05 Kelurahan Balla Parang Kecamatan Rappocini Kota Makassar”, (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, 2016), h. 45.
dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib, sunah, halal, haram, makruh, dan mubah. Diharapkan setelah mempunyai pengetahuan tersebut, jama‟ah kan patuh dengan semua hukum yang telah diatur oleh ajaran Islam;
d) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Qur‟an berikut dengan penjelasnya, makna dan hikmahnya.
e) Hadits, adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan serta persetujuan Nabi Muhammad Saw yang dijadikan ketetapan atau hukum dalam agama Islam.36
2) Kelompok Pengetahuan Umum
Pengajian pengetahuan umum yang dimaksud di sini adalah pengajian yang tidak menggunakan kitab tertentu, yang materi-materinya berkaitan dengen permasalahan-permasalahan umum yang dihadapi oleh masyarakat, misalnya masalah penanggulangan kenakalan anak, masalah Undang-Undang perkawinan dan lain sebagainya. Namun, dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut juga dikaitkan dengan agama, berdasarkan dalil-dalil agama, baik berupa
36 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi”, (Skripsi S1 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 23.
ayat Al-Qur‟an, hadits-hadits, atau contoh-contoh kehidupan Rasulullah Saw.37
d. Wasilah (Media pengajian)
Media berasal dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti perantara. Dari arti semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertantu. Pengajian dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dipergunkan sebagai alat dalam mencapai tujuan pengajian yang telah ditentukan. Media tersebut meliputi barang (benda), orang, tempat, kodisi tertentu dan sebagainya.38 Contohnya: kitab tafsir, Al-Qur‟an terjemah, microfon, dan lain sebagainya.
e. Thariqah (Metode pengajian)
Metode merupakan sistem atau strategi yang digunakan dalam menyampaikan materi pengajian yang telah dirumuskan.39 Metode juga dapat diartikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.40 Semakin baik metode yang dipilih, maka semakin efektif pula pencapaian atau tujuan yang akan dicapai oleh majelis ta‟lim tersebut.41
37 Reski Amaliah Mutiara Putri, “Dampak Keberadaan Majelis Taklim terhadap Kehidupan Sosial di RW 05 Kelurahan Balla Parang Kecamatan Rappocini Kota Makassar”, (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, 2016), h. 46.
38 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi,” (Skripsi S1 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 37-38.
39 Erma Fatmawati, “ Profil Pesantren Mahasiswa” ( Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2015), h. 53.
40 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi”, (Skripsi S1 jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 34.
41 Siti Robiyatul Badriyah, “Peranan Majelis Taklim Al-Barkah Dalam Membina Pengalaman Ibadah Pemulang Bantargebang Bekasi”, (Skripsi S1 jurusan
Metode dalam pengajian atau majelis ta‟lim adalah seorang ustad atau kiyai menyampaikan ajaran Islam yang bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri oleh jamaah dari berbagai latar belakang pengetahuan, tingkat usia, dan jenis kelamin yang berbeda.42
Di dalam Al-Qur‟an surah An-Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman:
ۗ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.43
Dari Al-Qur‟an surah An-Nahl ayat 125 di atas, dapat kita ketahui bahwa Allah SWT menyebutkan ada 3 metode dalam pengajaran yang baik, yaitu metode bil hikmah, metode ceramah dan metode diskusi. Ketiga metode ini merupakan metode pengajaran yang baik, yang harus diterapkan oleh manusia dalam menuntut ilmu, agar tujuan dari menuntut ilmu dapat tercapai dengan baik, dan dapat diamalkan dalam kehidupan yang berkaitan dengan dunia dan kehidupan akhirat.
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 25.
42 Erma Fatmawati, “ Profil Pesantren Mahasiswa” ( Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2015), h. 48.
Adapun dalam Skripsi Aswary Rahmat, ada beberapa metode yang digunakan pembimbing kajian dalam pengajian di majelis ta‟lim, diantaranya yaitu:
1) Majelis ta‟lim yang diselenggarakan dengan metode
halaqoh. Dengan metode ini pembimbing atau ustad
memberikan pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang sama.
2) Majelis ta‟lim yang diselenggarkan dengan metode
mudzakarah, metode ini dilaksanakan dengan cara tukar-
menukar pendapat atau berdiskusi mengenai suatau masalah yang disepakati untuk dibahas.
3) Majelis ta‟lim yang diselenggarakan dengan metode ceramah. Metode ini dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : pertama, ceramah umum, pembimbing atau ustadz bertindak aktif dengan memberikan pelajaran atau ceramah, sedangkan jama‟ah pengajian pasif, yaitu hanya mendengar atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya jawab. Jadi, baik pengajar atau ustadz maupun jamaah sama-sama aktif.
4) Majelis ta‟lim yang diselenggarakan dengan metode campuran, artinya majelis ta‟lim melaksanakan kegiatan pendidikan atau pengajian tidak dengan suatu macam
metode saja, namun dengan menggunakan berbagai metode secara berselang-seling.44
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, majelis ta‟lim Al-Husainy sendiri menggunakan lima metode dalam pelaksanaan kajianya, yaitu menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, diskusi, membaca dan praktik Ibadah. Metode membaca ini yaitu pada saat khataman Al-Qur‟an pada setiap kajian, jadi, sebelum memulai materi kajian, majelis ta‟lim Al-Husainy selalu rutin mengadakan khataman Al-Qur‟an., dan metode praktik Ibadah adalah merupakan salah satu metode yang terdapat dalam tema kajian Sholat Tasbih.