• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Tanam Padi Serempak pada tanggal 7 Desember 2015 di seluruh Indonesia, maka di Provinsi Banten juga telah dilaksanakan kegiatan ”Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu melalui Penyuluhan Pendidikan Pelatihan” di Kelompok Tani Gardu, Desa Rawa Kidang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang yang dilakukan oleh Menteri Pertanian.

Kegiatan tersebut dihadiri juga oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kepala Badan Pengembangan dan Penyuluhan Sumber Daya Manusia Pertanian, Sekretaris Daerah Provinsi Banten, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang. Selain itu kegiatan yang dihadiri kurang lebih 1.200 orang peserta tersebut terdiri dari Kelompok Tani, Danrem 052, Kasrem 064, Dandim 0506/Tangerang, Dandim 0602/ Serang, Babinsa Pertanian Kodim 0506/Tangerang, Babinsa Pertanian Kodim 0602/Serang dan perwakilan Petugas Penyuluh Pertanian (PPL dan THL TBPP) se Pulau Jawa (Provinsi Banten, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur), POPT, SKPD Rumpun Hijau dan BPP Sepatan.

Sambutan Menteri Pertanian pada acara tersebut adalah sebagai berikut :

- Gerakan Tanam Serempak Seluruh Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2015 dilakukan karena hujan mulai turun di sebagian besar wilayah Indonesia yang diharapkan dapat panen secara serentak pada bulan Februari 2016.

- Pada tahun 2015 Indonesia mengalami fenomena El Nino yang terkuat sepanjang sejarah, tetapi pada saat kondisi demikian justru terjadi peningkatan produksi padi yaitu tercapainya target sebesar 74 juta ton. Hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah akan lebih kuat menghadapi tantangan ke depan. Pada kondisi El Nino tersebut justru membawa beberapa keuntungan dalam pertanian yang diakibatka efek fisiologis tanaman saat terjadi kekeringan, diantaranya yaitu : a) berkurangnya hama dan penyakit tanaman; b) produktivitas tanaman meningkat karena fotosintesis optimal; dan c) dosis pupuk berkurang.

60 Direktorat Budidaya Serealia

- Melalui konsolidasi secara internal dan eksternal yang dilakukan oleh PPL, Babinsa, KTNA, dosen dan mahasiswa bahwa setelah satu tahun kepempimpinan Kabinet Kerja pada tanggal 20 Oktober 2015

kemarin, Indonesia khususnya Kementerian Pertanian tidak

melakukan impor beras. Selain itu selama 1 tahun dalam Kabinet Kerja, Menteri Pertanian telah melakukan kunjungan kerja ke 300 kabupaten/kota untuk mewujudkan swasembada kedaulatan pangan melalui program Upsus Pajale. Sebagai perbandingan fenomena El Nino yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1998 dengan intensitas 1,90% Indonesia mengimpor beras sebesar 7,1 juta ton, sedangkan intensitas El Nino pada tahun 2015 lebih kuat yaitu sebesar 2,44% dengan perkiraan impor beras pada kondisi darurat tersebut sebesar 9,1 juta ton. Tetapi kenyataan yang ada tahun 2015 ini justru pada saat El Nino lebih kuat, Indonesia tidak ada impor sama sekali.

- Gerakan Tanam Serempak yang dilakukan pada tanggal 7 Desember 2015 merupakan salah satu upaya agar tercapai target luas tanam sebesar 3 juta ha pada bulan Desember 2015 di seluruh Indonesia. Pulau Jawa menyumbang produksi beras nasional sebesar 59%, dan sisanya disumbang oleh Pulau-pulau di luar Pulau Jawa. Di Pulau Sumatera (utara katulistiwa) hujan sudah terjadi terlebih dahulu sedangkan di selatan katulistiwa fenomena El Nino lebih kuat. Sehingga terdapat hikmah dibalik fenomena El Nino tahun 2015 yaitu terdapat tambah tanam seluas 283 ribu ha di Aceh yang merupakan daerah di utara katulistiwa. Seluruh komponen di Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) harus berkoordinasi secara internal dan eksternal.

- Saat ini terdapat 20 ribu PPL THL TBPP yang belum diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Penilaian pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil untuk THL TBPP tersebut 70% berdasarkan penilaian di tingkat lapang yang termasuk juga tambah tanam yang dihasilkan.

Diharapkan pada Oktober 2015 – Maret 2016 terdapat tambah tanam

seluas 9 juta ha. Penilaian untuk pengangkatan THL TBPP tersebut dilaksanakan pada bulan April 2016 berdasarkan dari luasan areal tambah tanam yang dihasilkan.

- Pada tahun 2015 Kementerian Pertanian juga telah menyerahkan bantuan sebanyak 80 ribu unit alsintan dan 2 juta irigasi tersier dengan nilai Rp 4,4 Triliun. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 bantuan alsintan hanya sebanyak 4 ribu unit.

- Pada tahun 2015 ini bisa juga dikatakan terjadi surplus beras yang dibuktikan dengan stok di beras di Bulog kondisi sampai dengan bulan

Direktorat Budidaya Serealia 61 Desember 2015 sebesar 1,7 juta ton beras, selain itu masih terdapat pertanaman di lapang (standing crop) yang belum dipanen sebesar 3,7 juta ton. Komitmen Kementerian Pertanian adalah tidak adanya impor. - Sehubungan dengan berita yang berkembang di masyarakat

mengenai daging sapi, Menteri Pertanian juga menjelaskan bahwa diharapkan terjadi perubahan mindset Swasembada Daging Sapi menjadi Swasembada Protein yang bisa disubstitusi dari daging ayam dan ikan. Pada minggu sebelumnya Menteri Pertanian telah mendatangkan sumber sapi hidup dari Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 300 ekor sapi dengan harga di tingkat peternak Rp 27.000,- s/d Rp 30.000,- per kg. Pada saat dalam perjalanan ke Jakarta, sapi-sapi tersebut mengalami pengurusan (kehilangan bobot) dengan nilai penyusutan sebesar Rp 6.000,- per ekor sapi (20% dari karkas). Diharapkan pada tanggal 11 Desember sudah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dengan harga saat tiba di Jakarta Rp 62.000,- per kg. Sehingga harga daging sapi di tingkat konsumen sekitar Rp 70.000,- s/d Rp 80.000,- per kg daging sapi. Selama ini harga daging sapi di tingkat konsumen berkisar antara Rp 90.000,- s/d Rp 100.000,- per kg. Target yang diharapkan dari ketersediaan daging sapi nasional adalah menaikkan harga di tingkat petani dan menurunkan harga di tingkat konsumen.

- Selama ini permasalahan penyediaan daging sapi yang dihadapi adalah lamanya proses perjalanan sapi hidup (± 2 bulan) dari Kupang, Nusa Tenggara Timur menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Terdapa 13 pos yang dilewati ditambah dengan pemeriksaan di karantina selama 2 minggu. Saat ini permasalahan tersebut sudah dapat diatasi melalui percepatan pemeriksaan di karantina (menjadi 2 hari), proses perijinan kabupaten dan provinsi (menjadi 1 hari) dan memperkecil biaya pungutan di tiap pos yang dilewati (Rp 100.000,- per pos).

- Di Indonesia sebenarnya terdapat sekitar 300 ribu ekor sumber sapi hidup yang tersebar di beberapa wilayah, yaitu : Nusa Tenggara Timur (50 ribu ekor), Nusa Tenggara Barat (50 ribu ekor), Sulawesi Selatan (70 ribu ekor) serta di Lampung dan Jawa Timur (130 ribu ekor). Pasokan yang diharapkan tiba di Jakarta tiap bulannya sekitar 3 ribu ekor. Untuk stock daging sapi selama satu tahun hanya perlu

ditambah impor sapi hidup sebanyak 500 – 600 ekor. Tujuan dari

semua upaya tersebut adalah mengubah struktur pasar dan harga daging sapi.

- Pada tahun 2015 ini Kementerian Pertanian sudah berhasil menekan keran impor dan justru sudah berhasil mengekspor beberapa

62 Direktorat Budidaya Serealia

komoditas yaitu ekspor jagung sebanyak 400 ribu ton, ekspor kedelai sebanyak 60 ribu ton, ekspor ayam negeri, ekspor bunga krisan, dan ekspor bawang merah yang seharusnya impor sebanyak 5.000 ton.

3. Pertemuan - Pertemuan

a. Konsolidasi GP-PTT Padi, Jagung dan Kedelai

Dalam rangka mensukseskan upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai melalui dukungan kegiatan GP-PTT dan PAT-PIP, pemerintah pusat mensinergikan dan mengkonsolidasikan pelaksanaan kegiatan dimaksud agar dapat berjalan dengan baik melalui Pertemuan Konsolidasi GP-PTT Padi, Jagung dan Kedelai 2015 di Bandung pada tanggal 24-25 Maret 2015. Hasil konsolidasi dapat dilaporkan sebagai berikut :

- Pertemuan dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan didahului ucapan selamat datang oleh Kadis Pertanian Provinsi Jawa Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang Produksi. Peserta yang hadir sebanyak 417 orang dari target 400 undangan. Pertemuan ini dihadiri oleh para nara sumber, kepala bidang/kepala seksi yang menangani tanaman pangan dari 31 dinas pertanian

provinsi dan 326 dinas pertanian kabupaten pelaksana GP-PTT dan

PAT-PIP padi, jagung dan kedelai

- Pada pertemuan tersebut diperoleh pokok-pokok rumusan sebagai berikut :

1) Komoditas padi, jagung dan kedelai merupakan komoditas utama dalam mendukung pencapaian kemandirian pangan. Oleh karena itu, upaya khusus dalam mencapai peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai memiliki arti penting dan strategis untuk mencapainya.

2) Pertanaman kegiatan GP-PTT dan PAT-PIP padi, jagung dan kedelai diharapkan di tanam paling lambat akhir bulan September agar berkontribusi dalam pencapaian target dan mendukung produksi tahun 2015. Namun apabila kondisi di lapangan tidak memungkinkan diperbolehkan untuk tanam bulan Oktober-Desember 2015 dimana produksinya akan berkontribusi pada tahun 2016

3) Diusulkan agar kelompok tani yang sama diperbolehkan meneriman bantuan lebih dari satu dengan persyaratan: a. tidak mengganggu sasaran/program kegiatan untuk masing-masing komoditas; b. musim yang berbeda, namun saling mendukung (bersinergi) antara kegiatan.

Direktorat Budidaya Serealia 63 4) Kriteria kegiatan yang bisa masuk dalam sampling ubinan BPS

adalah: a. Waktu panen sejalan dengan pelaksanaan ubinan. b. master file desa yang digunakan tidak boleh diubah, c. dirinci sesuai komoditas, d. pengisian data sesuai format yang telah ditetapkan BPS (Modifikasi BPS)

5) Kendala dalam adopsi inovasi teknologi padi, jagung, kedelai antara lain petani masih kurang mengenal VUB/teknologi yang dihasilkan, ketersediaan benih VUB belum memenuhi preferensi petani, jumlah, waktu & kualitas yg dibutuhkan oleh petani (khususnya VUB spesifik lokasi & VUB yg baru dilepas) dan teknologi budidaya yang baru belum diketahui secara luas sehingga terjadi keterlambatan proses transformasi teknologi di masyarakat, sehingga perlu pengawalan dalam menerapkan teknologi VUB di tingkat petani dengan akselerasi diseminasi secara masif.

6) Target peningkatan produktivitas pada GP-PTT padi dan jagung minimal sebesar 1 ton, untuk PAT Jagung diharapkan terjadi penambahan produksi jagung sebesar 4-5 ton/ha (lahan baru) serta GP-PTT kedelai sebesar 0,2 ton dan penambahan Indeks Pertanaman sebesar 0,5 ton/ha, diperlukan peran penyuluh di tingkat lapang dalam upaya antara lain: a) LAKUSUSI, b) Penerapan/pengawalan 6 tepat benih, pupuk dan sarana produksi lainnya dan c) menjadikan BP3K sebagai pos simpul koordinasi. 7) Guna mengantisipasi terjadinya kegagalan rencana/sasaran

program GP-PTT padi, PAT-PIP jagung dan kedelai disarankan agar pelaksana program memperhatikan dan menganalisa Kalender Tanam (KATAM) spesifik lokasi, walaupun KATAM masih perlu disempurnakan dengan menampilkan data/informasi yang detail.

8) Perlu dilakukan peningkatan koordinasi dan konsolidasi antara BP3K dengan petugas KCD/UPTD untuk penyampaian percepatan data Statistik Pertanian (SP).

9) Pelaksanaan program pasca panen merupakan sebuah upaya dalam meningkatkan mutu/kualitas hasil sekaligus mengamankan kuantitas serta penurunan susut hasil produksi sebesar 0,06% dari sasaran 73,40 juta ton (44.000 Ton), Jagung 0,31% dari sasaran produksi 20,31 juta ton (62,973 ton), Kedelei sebesar 0,43% dari sasaran 1,5 juta ton ( 6.450 ton).

10) Strategi stabilisasi harga kedelai dilakukan dari aspek hulu sampai dengan hilir. Aspek hulu antara lain pengamanan harga produsen dengan HPP oleh BULOG, kewajiban pembelian hasil pengadaan

64 Direktorat Budidaya Serealia

DN BULOG oleh calon importer, Permendag No: 23/M-DAG/Per/5/2013 tentang program stabilisasi harga kedelai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

11) Program Direktorat Perbenihan dalam mendukung pencapaian produksi padi, jagung dan kedelei melalui peningkatan produktivitas dan dapat berkontribusi dengan baik apabila varietas sesuai agroekologi dan ketersediaan benih yang terjamin mutu dan kualtasnya.

12) Untuk menjamin ketersediaan dan mutu benih di lapangan, maka

Direktorat Perbenihan melakukan program pemberdayaan

penangkar benih dengan tujuan meningkatkan kemampuan penangkar/kelompok penangkar benih dalam pengelolaan produksi dan pemasaran benih varietas unggul bersertifikat serta menumbuh kembangkan penangkar/kelompok penangkar benih di daerah yang selama ini belum berkembang.

b. Workshop Konsolidasi GP-PTT Padi dan Jagung serta APBN-Jagung Hibrida

Dalam rangka evaluasi pelaksanaan GP-PTT MT.2015 dan percepatan pelaksanaan GP-PTT MT.2015/2016 serta evaluasi APBN-P jagung

hibrida 2015 maka dilakukan workshop yang mengundang

kabupaten/kota dan provinsi pelaksana GP-PTT padi dan jagung 2015 serta APBN-P jagung hibrida 2015 di Hotel IBIS Trans Studio Bandung pada tanggal 19-20 November 2015. Hasil kegiatan konsolidasi tersebut dapat dilaporkan sebagai berikut :

- Pertemuan dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang diwakili oleh Direktur Serealia dan didahului oleh ucapan selamat datang dari Kepala Dinas Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang Produksi. Acara dihadiri oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan dari 31 provinsi dan 383 kabupaten/kota pelaksana GP-PTT Padi, Jagung dan APBN-P Jagung 2015 dengan nara sumber dari Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian dan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

- Berdasarkan hasil workshop evaluasi kegiatan GP-PTT padi dan jagung serta APBN-P jagung hibrida 2015 dihimpun data sebagai berikut :

1) Realisasi bansos GP-PTT padi sebesar Rp 1.037.818.040,- (98,45%) dari sasaran bansos sebesar Rp 1.054.149.300,- dengan realisasi tanam 307.652 ha (87,90%) dari sasaran areal sebesar 350.000 ha. Realisasi panen menunjukan angka sementara

Direktorat Budidaya Serealia 65 sebesar 201.840 ha (65,61%) dari realisasi tanam dengan produksi dan produktivitas menunujukan angka sementara berturut-turut sebesar 1.280.861 ton GKG dan 63,46 ku/ha.

2) Realisasi bansos GP-PTT jagung sebesar Rp 213.151.470,- (97,42%) dari sasaran bansos sebesar Rp 222.156.000,- dengan realisasi tanam 87.562 ha (85,85%) dari sasaran areal sebesar 102.000 ha. Realisasi panen menunjukan angka sementara sebesar 44.037 ha (50,29%) dari realisasi tanam dengan produksi dan produktivitas menunujukan angka sementara berturut-turut sebesar 255.762 ton PK dan 58,08 ku/ha.

3) Realisasi tanam kegiatan optimasi lahan mendukung peningkatan produktivitas jagung (APBN-P jagung hibrida) sebesar 245.993 ha (26,36%) dari sasaran hasil revisi Ditjen PSP di Solo sebesar 933.243 ha. Realisasi panen menunjukan angka sementara sebesar 25.635 ha (10,42%) dari realisasi tanam dengan produksi dan produktivitas menunujukan angka sementara berturut-turut sebesar 131.856 ton PK dan 51,44 ku/ha.

4) Terdapat GP-PTT padi yang kemungkinan tidak dapat

dilaksanakan dengan data sementara sebesar 2.030 ha dengan rincian sebagai berikut: 90 ha di Provinsi Aceh yakni di Kabupaten Aceh Tengah, 423 ha di Provinsi Jambi yakni di Kabupaten Merangin, 25 ha di Provinsi Kalimantan Barat yakni di Kabupaten Bengkayang, 314 ha di Provinsi Maluku yakni di Kabupaten Seram Bagian Barat, 1.078 ha di Provinsi Maluku Utara yakni di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Timur serta 100 ha di Provinsi Papua Barat yakni di Kabupaten Sorong. Tidak dapat dilaksanakannya kegiatan GP-PTT padi pada daerah tersebut diantaranya disebabkan adanya overlaping dengan kegiatan Ditjen PSP.

- Berdasarkan hasil workshop untuk persiapan kegiatan serealia 2016 dihimpun data sebagai berikut :

1) CPCL gerakan tanam padi dengan penerapan jajar legowo dari sasaran 328 kabupaten pelaksana (847.650 ha) terhimpun CPCL sebanyak 230 kabupaten (593.355 ha) atau 70% dari sasaran kabupaten pelaksana (70% dari sasaran areal)

2) CPCL pengembangan desa pertanian organik untuk padi dari sasaran 168 kabupaten pelaksana (4.000 ha) terhimpun CPCL sebanyak 60 kabupaten (1540 ha) atau 35,71% dari sasaran kabupaten pelaksana (38,50 % dari sasaran areal)

3) CPCL pengembangan padi dengan teknologi budidaya hazton dari sasaran 70 kabupaten pelaksana (7.350 ha) terhimpun CPCL

66 Direktorat Budidaya Serealia

sebanyak 12 kabupaten (1061 ha) atau 17,14% dari sasaran kabupaten pelaksana (14,43% dari sasaran areal)

4) CPCL jagung dari sasaran 307 kabupaten pelaksana (1 juta ha) terhimpun CPCL sebanyak 63 kabupaten (217.226 ha) atau 21,72% dari sasaran kabupaten pelaksana (20,52% dari sasaran areal)

5) Masih perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan kabupaten pelaksana kegiatan serealia 2016 guna diperoleh data CPCL yang lebih lengkap dan sesuai dengan alokasi.

c. Koordinasi Pemantapan Peningkatan Produksi PJK dan Pemantapan Kegiatan Produksi Serealia Tahun 2016

Rapat Koordinasi Pemantapan Peningkatan Produksi Padi, Jagung, Kedelai dan Pemantapan Kegiatan Produksi Serealia Tahun 2016 di Bandung, Tanggal 3-5 Desember 2015 yang dihadiri Kepala Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan Kepala BPTP serta Kabid Produksi Pertanian Seluruh Indonesia dengan naarasumber dari: Inspektorat jenderal Kementan, Dirjen TP, Badan Litbang, Badan PSDM, Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu, Kementerian PU, Direktur Serealia, Direktur P2HP. Beberapa hal yang dapat dilaporkan sebagai berikut :

- Kebijakan dan kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2015

diantaranya: revisi perpres tender menjadi PL/e-katalog, refocusing pada tujuh komoditas, bantuan saprodi/benih tidak di lokasi existing, sistem reward and punishment, pengawalan & pendampingan Upsus, pengendalian impor untuk insentif petani, evaluasi serapan harian/mingguan dan antisipasi dini banjir, kekeringan & OPT, penyaluran benih/pupuk/alsin, telah signifikan hasilnya melalui luas tambah tanam, luas panen dan produksi yang meningkat melalui ARAM II tahun 2015 sebagai berikut :

1) Produksi padi Nasional Tahun 2015 berdasarkan ARAM II sebesar 74,99 juta ton meningkat 4,14 juta ton (5,85%) dibanding ATAP Tahun 2014 sebesar 70,85 juta ton.

2) Produksi jagung Nasional Tahun 2015 berdasarkan ARAM II sebesar 19,83 juta ton meningkat 825 ribu ton (4,34%) dibanding ATAP Tahun 2014 sebesar 19,00 juta ton.

3) Sedangkan produksi kedelai Nasional Tahun 2015 berdasarkan ARAM II sebesar 983 ribu ton meningkat 28 ribu ton (2,93%) dibanding ATAP Tahun 2014 sebesar 955 ribu ton

- Realisasi penyerapan anggaran Tahun 2015 s/d 27 November 2015 di Ditjen Tanaman Pangan sebesar Rp 2,49T (86,28%) dari pagu Rp 2,88T, sedangkan penyerapan anggaran Ditjen Tanaman Pangan

Direktorat Budidaya Serealia 67 yang berada di Ditjen PSP sebesar Rp1,54T (55,13%) dari pagu Rp 2,79T. Sehingga diharapkan percepatan penyerapan anggaran hingga 31 Desember 2015, minimal 95% dari Pagu.

- Kinerja kegiatan Tahun 2015 (on-farm dan pasca panen) meliputi: GP-PTT Padi 350.000 ha, Jagung 102.000 ha kedelai 343.469 ha, PAT jagung 1 juta ha, PAT kedelai131.500 ha, subsidi pupuk alokasi 9,55 juta ton, subsidi benih alokasi 116.500 ton, usahatani pola jajar legowo, 1000 desa mandiri benih, 1000 desa organik, combine

harvester 2.790 unit, power thresher 1.500 unit, RMU 666 unit, telah

menghasilkan luas tambah tanam seluas 630 ribu ha, produktivitas 5,29 ton/ha, dan losses turun dari 10% menjadi 2%.

- Dalam rangka pelaksanaan kegiatan 2016 telah dilakukan evaluasi terhadap kinerja kegiatan Tahun 2015. Bagi 10 Kabupaten/Kota terendah yang pelaksanaan kegiatannya tidak memenuhi target maka akan diberikan punishment pada Tahun Anggaran 2016.

- Untuk mendukung program 2016, Kementan akan melakukan pengangkatan PPL-THL 2016 sebanyak 10.000 orang melalui sistem

baru dengan mempertimbangkan kemampuan kinerja dalam

peningkatan luas tambah tanam, luas tambah panen, provitas dan produksi padi, jagung dan kedelai.

- Kementan pada tahun 2016 telah menetapkan target sasaran padi, jagung dan kedelai Tahun 2016 meliputi :

1) Sasaran produksi padi berdasarkan hasil penajaman sebesar 80,29 juta ton GKG, dengan luas tanam 15,03 juta ha, luas panen 14,27 juta ha, dan produktivitas 53,40 ku/ha.

2) Sasaran produksi jagung berdasarkan hasil penajaman sebesar 24 juta ton PK, luas tanam 4,37 juta ha, luas panen 4,15 juta ha, dan produktivitas 51,41 ku/ha.

3) Sasaran produksi kedelai berdasarkan hasil penajaman sebesar 1,5 juta ton, luas tanam 1 juta ha, luas panen 953 ribu ha, dan produktivitas 15,74 ku/ha.

- Berdasarkan sasaran padi, jagung kedelai yang telah disepakati antara pusat dan provinsi sebagaimana tersebut diatas, diharapkan penjabaran sampai dengan tingkat desa, sehingga sasaran produksi secara linear terjadi mulai dari pusat sampai desa. Dengan demikian, setiap desa memiliki target dan skenario peningkatan produksi PJK. - Dalam rangka mendukung pencapaian produksi tanaman pangan

Tahun 2016 dan optimalaisasi pemanfaatan anggaran bansos transfer uang dan barang TA 2015 untuk kegiatan yang mendukung peningkatan produksi padi jagung dan kedelai, kebijakan yang dapat dilakukan diantaranya:

68 Direktorat Budidaya Serealia

1) Mengacu surat Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian No B.2154/PW 170/H/11/2015 Tanggal 30 November 2015 tentang Kegiatan Pemanfaatan Anggaran Bansos TA 2015 bahwa:

Penyaluran bansos transfer uang harus segera ditindaklanjuti dengan pembelanjaan oleh poktan sesuai RUK paling lambat tanggal 31 Desember 2015.

Penyaluran Bansos transfer barang dilaksanakan paling lambat tanggal 31 Desember 2015.

2) Untuk pelaksanaan kegiatan yang saat ini tidak tersedia areal tanam maka penanaman dapat dilaksanakan setelah tanggal 31 Desember 2015

3) Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Kabupaten/Kota agar melakukan pengawalan untuk memastikan pelaksanaan kegiatan yang penanamannya dilaksanakan setelah tanggal 31 Desember 2015 sehingga tujuan dan sasaran kegiatan tercapai.

- Bantuan sarana produksi di Ditjen Tanaman Pangan dapat meliputi 3 jenis diantaranya: bantuan uang, jasa dan barang. Bantuan transfer uang merupakan pengadaan sendiri oleh penerima manfaat, dalam hal ini jumlah uang tidak dibatasi dan pembayaran melalui 2 tahap (70% dan 30%) disertai BAST. Transfer barang jika dibawah 50 juta dapat dilakukan sendiri oleh penerima manfaat.

- Berdasarkan data dari Kementerian PU, kondisi pengembangan dan pengelolaan irigasi saat ini masih belum maksimal diantaranya:

1) Ketersediaan air irigasi hanya 10,7% dari 7,1 juta ha luas irigasi, sedangkan sisanya mendapat air dari river run off. Kondisi dan fungsi prasarana belum optimal, 46% prasarana irigasi dalam kondisi rusak. Oleh karena itu diperlukan dukungan dari berbagai

program yang terintegrasi antara Kementerian PU dan

Kementerian Pertanian.

2) Belum efisiennya penggunaan air irigasi (kebutuhan air per hektar per musim tanam masih tinggi sebesar 15.000 m3, sehingga perlu upaya meningkatkan efisiensi menjadi 10.000 m3).

3) Belum terjaminnya keberlanjutan areal sawah irigasi, baru 3 juta ha sawah dari 7,1 juta ha yang sudah ditetapkan Perda LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan).

- Target pembangunan irigasi untuk mendukung ketahanan pangan dari Kementerian Pu dari Tahun 2015 s/d 2019 sebagai berikut :

1) Pembangunan waduk sebanyak 49 buah 2) Pembangunan irigasi seluas 1 juta ha 3) Rehabilitasi irigasi 3 juta ha

Direktorat Budidaya Serealia 69 4) Mou dengan Pemda dalam rangka menjamin tidak terjadinya alih

fungsi lahan pertanian (Perda IP2B dalam RTRW)

- Dukungan Litbang dalam rangka peningkatan produksi PJK melalui pendampingan teknologi meliputi :

1) Pendampingan kawasan bertujuan agar inovasi menyebar secara spesifik lokasi, Pendampingan GP-PTT melalui anjuran 12 teknologi untuk padi, 11 teknologi anjuran untuk jagung, sosialisasi Katam dan display varietas baru melalui demplot, dll.

2) Badan Litbang melalui BB Padi telah menghasilkan 23 varietas benih padi unggul baru, 25 jagung dan 8 kedelai, teknologi budidaya PTT, light Trapp, standing crop, jarwo transplanter, penurunan loosis dan teknologi benih sumber.

- Arahan Irjen Kementan :

1) Untuk kelancaran kegiatan Tahun 2016, Pedoman Umum agar dibuat sederhana dan tidak mengikat sehingga memudahkan dalam pelaksanaan di daerah. Apabila terdapat permasalahan secara spesifik lokasi maka diharapkan Dinas Pertanian Provinsi menyusun juklak dan juknis oleh kabupaten.

2) Melakukan review perencanaan Tahun 2016.

3) Masih banyak produk Litbang yang belum dimanfaatkan oleh Ditjen Tanaman Pangan

4) Perlunya peningkatan peran penyuluh dan bibit unggul 5) Perlunya pemantauan dan pengawalan kegiatan