• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUPUH GAMBUH

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 35-41)

01. Tersebutlah ada seorang dewa yang oleh Hyang Guru diperintahkan tinggal ditempatnya, tidak ikut para dewa yang lain. Dewa itu bemama Empu Ramadi. Ia mendapat tugas membuat alat senjata yang tangguh serta istimewa.

02. Kemudian ada seorang dewa lagi yang tak ikut serta para dewa yang lain, Ia bernama Dremojo. Saat itu ia sedang khidmat menantikan kelahiran putranya. Akhirnya lahirlah putra yang dinantikan itu yaitu lahir pria yang anggun serta tampan parasnya.

03. Putra yang baru lahir itu diberi nama Caturkenaka. Oleh ramandanya kemudian Caturkenaka diperintahkan agar bertapa. Dalam tapanya itu, dinasehatkan oleh ramandanya agar mohon kepada Dewa Maha Tunggal untuk dikaruniai seorang putra yang tampan perwira.

04. Nasehat ramanda itu diindahkan oleh Caturkenaka. Akhirnya permohonannya dikãbulkan, ia mendapat anugerah seorang putra yang bagus wajahnya, cerah kecerdasannya, halus perasaan hatinya, diberi nama Kanekaputra.

05. Pada suatu hari ayahandanya menyerahkan sebuah pusaka yang diberi nama Retno Dumilah. Pusaka itu amat keramat Kanekaputra diberi banyak ilmu oleh ayahandanya. Kemudian ia dinasehatkan kembali ketempat kakeknya, dipusat samodera.

06. Disana ia tekun bertapa ia menyerahkan segala jiwa raganya kepada Hyang Widi Tunggal. Bila ia merasa haus, lapar dan mengantuk, cukup mencium pusaka mustika saja. Dengan mencium pusaka mustika itu, lapar, dahaga dan kantuknya hilang.

07. Kasiyat dan pengaruh lain dari pusaka itu, meskipun terendam air, ia tidak akan basah, bila masuk dalam api yang meruah membara sepanas api neraka, ia tak akan hangus.

08. Alkisah para dewa telah tiba dikaki gunung Jamurdipa. Para dewa

memperbincangkan bagaimana mereka akan menyelesaikan tugas dari Yang Guru Nata itu. Hyang Bromo sanggup menjadi salang.

09. Pembongkaran gunung Jamurdipa dimulai Hyang Wisnu memusatkan perhatian, mengumpulkan segala kekuatan sambil mengatakan dalam hati mantera yang dimiliki (tiwikrama) Tubuhnya menjadi besar dan tinggi, lebih besar dan lebih tinggi dari gunung Jamurdipa yang hampir menyentuh langit itu.

10. Oleh Hyang Wisnu, gunung Jamurdipa dipotong separohnya, ditaruh diatassalang, sedang pembungkusnya Yang Endra.

11. Yang Bayu dijadikan alat pemukul yang tidak lekang dan luntur. Pemikulnya ialah para dewa. Pada saat mulai mengangkat potongan gunung Jamurdipa itu, menggelegarlah suara guruh sebagai tanda penghormatan.

12. Bethara Suryo memancarkan sinar cerah, Ia mengamati para dewa yang

mengangkut potongan gunung tersebut. Para dewa pengangkut itu ditimpa sinar matahari yang terik. Mereka letih kehausan.

13. Mereka melihat air yang keluar dari lubang pada lambung gunung Akibat minum air dari lambung gunung tersebut para dewa jadi mati tak ada yang hidup seorang jua.

14. Yang Guru ikut minum air tersebut tetapi tatkala baru sampai ditenggorokan lalu dimuntahkan kembali. Ia menyatakan bahwa air itu beracun amat keras. Selanjutnya akibat dari minum air itu pada bagian leher tempat tenggorokan Yang Guru lalu berbelang putih.

15. Maka Yang Guru lalu disebut juga Yang Nilokontho, artinya memiliki cacat tubuh belang pada leher. Sebenarnya air yang diminum oleh para dewa itu bukan air biasa melainkan air bisa yang sangat ampuh.

16. Adapun nama air racun tersebut ialah Calakutha. Sementara itu Hyang Wisesa turun dipuncak gunung, kedatangannya sambil membawa cupu Astagina. Didalarn cupu itu terdapat air penghidupan Cupu tersebut lalu diletakkan diataspuncak gunung. Bau dari air penghidupan itu semerbak harum, terbawa angin kesegala tempat.

17. Bau itu mempengaruhi badan sehingga terasa segar Yang Pramesthi Guru berkata dalam hati, kiranya air inilah yang disebut tirta Marta Kamandhalu Berkatalah Yang Wisesa kepada Yang Pramesthi, membenarkan apa yang dipikirkan olehnya.

18. Air itu adalah air yng disebut Tirta Marta Kamandhalu. Khasiatnya dapat menghidupkan kembali semua manusia yang mati, yang belum penuh takdir hidupnya.

19. Semua makhluk yang memiliki kehendak dan keinginan bila minum air tersebut akan kebal dari segala bisa dan kebal dari segala sakit.

20. Selain itu ada lagi sejenis tumbuh tumbuhan warna batangnya hitam, bercabang cabang, yang berkhasiat sebagai obat penghidupan. Nama tumbuh tumbuhan ini Sambilata. Disitulah jin, setan dan para roh bertempat tinggal.

21. Raseksa dan riaseksi dan manusia yang mati, bila ditaruh Sambilata diatasnya, mereka akan hidup kembali. Batang sambilata dapat menjadi alat penghidup umat dibumi yang meninggal

22. Begitu juga semua binatang air, binatang yang hidup dalam lubang ditebing tebing, yang sudah mati, bila bagian dari pohon sambilata ditaruh diatasnya, maka hidup kembalilah semua itu.

23. Para Dewa dan Dewi tak dapat mati, hidup langgeng, karena mereka telah minum air penghidupan itu.

24. Hyang Guru pun segera menyambut cupu Astagina, meneguk air dari

dalamnya. Maka tubuhnya menjadi segar karena telah kemasukan rasa manis nan harum. Nyata nyata rasa itu raja dari segala rasa.

25. Cupu manik Astagina lalu dibawa oleh Hyang Guru. Hati Hyang Pramesthi amat gembira. Setibanya ditempat para dewa yang telah meninggal itu, lalu dibukalah cupu itu.

26. Diatas bibir para dewa yang telah meninggal itu lalu ditetesi dengan air dari dalam cupu tersebut. Seketika pan Dewa dan Dewi itu lalu hidup kembali, mereka bergerak bangun, kemudian melanjutkan tugas masing masing. 27. Mereka bertugas memindahkan sebagian dari gunung Jamurdipa keujung

bagian timur pulau Jawa. Dalam perjalanan itu terjadi berulang kali keguguran dari bagian gunung yang diusung tersebut. Kemudian dari guguran guguran itu lalu teijadilah gunung baru.

28. Ada runtuhan sebesar buah kemiri, runtuhan ini kemudian. menjadi sebuah gunung di Banten. Ada lagi runtuhan sebesar telur yang kemudian menjadi gunung Pajajaran. Gunung ini besar lagi tinggi, kelihatan dari jauh.

29. Pada waktu meneruskan perjalanan ketimur sampai dekat Cirebon runtuh lagi sebesar buah kemiri yang kermuian menjadi gunung Careme. Kemudian beberapa kali berguguran lagi, menjadi gunung gunung didaerah Cirebon. 30. Para Dewa berjalan terus. Sampai didekat Tegal runtuh lagi sebesar gendi yang

kemudian menjadi gunung tertinggi dan terbesar dari gunung gunung yang sudah ada.

31. Kaki gunung itu disebelah utara meliputi Daerah Tingkat dua Tegal, disebelah selatan meliputi Kabupaten Banyumas Gunung itu dinamai Gunung Slamet. Gunung disampingnya dinamai gunung Pragota.

32. Runtuh lagi dua kali maing masing sebesar kepalan tangan. Jatuhnya

berdekatan, menjadi dua buah gunung yang mirip, diberi nama gunung Sundara dan gunung Sumbing. Para Dewa lalu melepaskan lelah di Kedu.

33. Para Dewa mengeluarkan banyak keringat, mengakibatkan wilayah Kedu menjadi murah air sampai kini. Para Dewa makin merasa letih. Mereka merasakan bahwa dalam mengangkut beban itu terasa makin berat. 34. Untuk melampaui diatas dapur tempat memasak besi untuk dijadikan alat

senjata (prapen) milik Empu Ramadi, tenaga para Dewa makin banyak terkuras, hingga mereka amat kelesuan. Adapun tempat Empu Ramadi mengerjakan pandai besi ada diudara.

35. Empu Ramadi menggunakan embusan api dengan kidung, sedang tempat untuk menempa besi menggunakan lutut, untuk memanasi besi tidak menggunakan bara api, melainkan cukup dipandangi dengan pandangan mata yang panasnya tak kalah dibanding dengan api yang sedang membara. Air ludah dipakai sebagai sepuh.

36. Besi yang dijadikan bahan untuk membuat senjata senjata itu, dari besi pilihan. dinamai besi Bangka Mahanibu. Prapen Empu Ramadi telah menghasilkan banyak senjata pusaka yang memiki kesaktian. Semua itu menjadi senjata para Dewa.

37. Senjata senjata pusaka itu adalah panah Cakra, panah Kunta tulup, busur dengan ratusan ribu anak panahnya, dengan segala bentuknya, parang dan popor.

38. Demi para Dewa mengetahui bahwa Yang Ramadi tidak ikut serta mengerjakan pemindahan sebagian dari gunung Jamurdipa, mereka datang bersama sama mengerumuni Empu Ramadi.

39. Mereka menghujani pertanyaan atas anjuran siapa hingga melalaikan tugas tidak ikut serta memindahkan bahagian dari gunung Yamurdipa itu.

40. Dianggapnya Empu Ramadi hanya mementingkan kebutuhan sendiri,

menghadapi api yang membara, menggerinda, mengikir menempa besi, tanpa menghiraukan tugas bersama. Padahal dengan sepenuh tenaga para Dewa telah mengerjakan pemindahan gunung Jamurdipa, sedang Empu Ramadi enak enak ditempatnya. Keadaan ini membuat para Dewa panas hatinya.

41. Hyang Condro berkata dengan lantang : sebaiknya Empu Ramadi dikenakan hukuman berat. Kemudian Bethara Bayu menyambung pembicaraan itu : tak perlu banyak pikir, dikeroyok saja cukuplah.

42. Semua alat pekeijaannya dirampas, pemiliknya diikat tangannya. Yang Condro melangkah maju, menuju didepan Empu Ramadi. Ia mengatakan siapa yang berani menghasut untuk mogok kerja.

43. Mogok kerja untuk bersama sama memindahkan bahagian Gunung Jamurdipa. Mengapa Empu Ramadi enak enak bekerja untuk kepentingan pribadi dirumah, Empu Ramadi lalu balik bertanya : apakah kalian tidak tahu bahwa banyak tugas yang harus diselesaikan.

44. Para Dewa yang berdatangan itu lalu dipersilakan mengamati Yang Cokro dan Yang Citragotra tak sabar lagi, segera menyerang. Empu Ramadi dilawan bertiga. Yang Tembuni ikut membantu penyerangan. Ternyata Empu Ramadi betul betul kuat dan tangguh.

45. Bahu Empu Ramadi ditarik kekiri, ditarik kekanan sambil digelut. Keringatnya keluar dengan membawa rasa panas Serasa panasnya air mendidih,

menggelembung gelembung bagaikan minyak mendidih.

46. Ramadi segera meloncat Dewa Dewa yang merenggut bahu Empu Ramadi berpelantingan. Ada yang jatuh tertelungkup, ada yang jatuh tertelentang ada yang jatuh miring. Keempat Dewa lari tunggang langgang.

47. Sakri datang dengan amat marah. Empu Ramadi dihantam. Ia membalas menyerang, keduanya saling menarik, saling mengangkat, saling menendang, kelihatan sama kuat. Sakri dilempar jatuh ditempat yang jauh.

48. Dalam keadaan bersempoyongan, Sakri ditangkap lagi. Ia kehabisan tenaga, badannya lemah bagaikan kapuk. Melihat gelagat itu, Bethara Bayu membantu menyerang. Empu Ramadi ditangkap pada pinggangnya, diangkat tinggi tinggi lalu dilempar jauh.

49. Setelah jatuh Empu Ramadi balas menyerang. Bethara Bayu dapat dipegang ikat pinggangnya, lalu diangkat tinggi tinggi akhirnya dilemparkan, jatuh ditempat yang jauh. Setelah terjatuh ditanah, ia lalu mengumpulkan kekuatan dan membalas menyerang. Keduanya menganibil cara berkelahi yang lain. Mereka lalu bergulat. Lama kelamaan Bethara Bayu kehabisan tenaga. 50. Bayu ditekankan kebumi. Ia tertancap kebumi sampai lututnya. Kini ia tak

dapat bergerak lagi, dia dihujani tinju. Tiba tiba Yang Bromo datang untuk membantu, ia terus merebut Bethara Bayu.

51. Sambil merebut itu, Yang Bromo berkata dengan kasar : Si Empu Ramadi yang hanya seorang diri itu, tidak mungkin akan mengalahkan para Dewa yang sekian banyak. Dengan cara dikeroyok Ramadi pasti hancur. Empu Ramadi mendengar kata kata kasar dari Yang Bromo..

XII. PUPUH DURMO

01. Demi mengerti bahwa akan dikeroyok Empu Ramadi lalu mengambil panah. Ia berseru kepada para dewa agar segera maju, mereka akan disambut dengan anak panah yang dilepaskan.

02. Ramadi yakin para Dewa akan hancur lebur bagaikan air. Dia menyatakan bahwa ia membuat aneka warna senjata itu bukan dari kehendak sendiri, melainkan demi untuk mengindahkan perintah Hyang Pramesthi. Bila sudah selesai dikerjakan, senjata senjata itu akan diperuntukkan para Dewa.

03. Dijanjikan oleh Hyang Pramesthi, apabila telah selesai seluruhnya, ia akan dikaruniai air penghidupan untuk diminum Khasiat dari air tersebut, dapat menjadikan awet inuda, kebal terhadap sakit dan kematian.

04. Begitu para Dewa mengetahul bahwa.Empu Ramadi bekerja itu atas penugasan dari Yang Pramesthi, maka mereka menghentikan perkelaiannya, mereka lalu kembali menjalankan tugasnya.

05. Pada saat itu gugurlah dua gumpalan masing masing sebesar kepal tangan. Benda itu terjatuh diatasdapur perapian sehingga menutup tungku Empu Ramadi. Kemudian benda itu lalu berubah bentuk menjadi dua buah gunung yang berdekatan letaknya.

06. Gunung yang disebelah selatan diberi nama gunung Merapi, sedang yang terletak disebelah utara dinamai Merbabu. Gunung Merapi selalu mengeluarkan asap dan berapi. Empu Ramadi amat menyesali atas rusaknya dapur perapian

beserta tungkunya itu.. Segera ia lalu menciptakan dapur perapian lengkap dengan tungkunya yang baru.

07. Empu Rarnadi sesudah itu memusatkan cipta dan perasaan, memanjatkan doa agar dianugerahi seorang putra laki laki. Disamping itu ia mengharap kepada Hyang Wasesa agar dikaruniai pamor, baja dan tembaga. Ternyata semua permohonannya terkabul. Putranya lalu diberi nama Bromo Dhedhali.

08. Oleh ayahnya, Bromo Dhedhali telah diajarkan kecakapan sebagai pandai besi diangkasa. Lututnya digunakan sebagai landasan untuk menempa besi. Untuk alat penjepit memegang besi berpijar ia menggunakan jari jari tangan. Alat untuk membuat besi ia menggunakan kepalan tangannya. Untuk mengembus membesarkan api digunakan embusan hidung.

09. Konon sesudah dewasa Empu Bromo Dhedhali beranak seorang laki laki, diberi nama Onggojali. Selanjutnya Onggojali beranak seorang laki laki diberi nama Abusaka. Abusaka kemudian menjadi penganut Nabi Muhammad, beragama Islam. Ia pergi ke pulau Jawa, menyebar luaskan agama Islam.

10. Abusaka inilah yang menciptakan hauf Jawa, yang dapat berubah ubah suaranya dipengaruhi oleh tanda tanda saksi. Abusaka mempunyai banyak ilmu dan kepandaian, tabiatnya pemurah.

11. Tersebutlah perjalanan Dewa yang terus ketimur. Kemudian ada lagi sebagian tanah yang runtuh yang selanjutnya berubah menjadi gunung lalu diberi nama gunung Lawu. Runtuh lagi sebesar biji kacang yang kemudian menjadi gunung Wilis.

12. Tiba di Kediri, sisa gunung Jamurdipa itu dipecah pecah dilempar keutara, ketimur. yang dibuang keutara menjadi gunung Muria dan gunung Bancak. 13. Ada yang nenjadi gunung Sokarini, gunung Dhulanan. Ke timur gunung Kelud.

Puncaknya digunung Semeru, gunung tertinggi dan besar. Para Dewa lalu menghadap Yang Pramesthi.

14. Sang Hyang Jagad Nata mengumpulkan semua Dewa anak buahnya. Hyang Jagad Nata menyatakan pendapatnya ingin membangun sebuah sorga indah. Para Dewa diperintahkan mengumpulkan kayu yang bercahaya, aneka batu dan tanah.

15. Maksud Yang Guru membangun balai itu untuk melengkapi sebagai kembarannya Balearas. Balai baru itu disebut Balai Marcukundha. Seperti halnya Allah menciptakan surga, Yang Guru membangun Surgaloka.

16. Allah menciptakan neraka Yang Pramesthi mengadakan kawah Candradimuka. Wahelul neraka diimbangi lumpur panas (endhut Blegedaba). Allah menitahkan Sirotol mustakin, Yang Guru mengadakan titian yang peka gerak (wot ogal agil).

17. Kayu Sajarotul Muntaha, imbangannya pohon Dewa Daru dengan bunganya Wijayakusuma. Daunnya bersinar dengan aneka warna cahaya.

18. Allah mengadakan para malaekat, Yang Guru mengimbangj mengadakan Bethara. Allah menciptakan bidadari sebanyak seratus ribu. Yang Guru mengadakan bidadari sebanyak sakethi (seratus ribu) lebih satu yaitu Dewi Ratih.

19. Sang Hyang Guru ingin mempersunting seorang Bethari bernama Uma. Bethari Uma mempunyai tiga saudara dua diantaranya berujud denawa. Mereka itu adalah Sindubondo, Wuluculung.

20. Sedang adiknya yang nomer tiga bernama Lembu Andini. Lembu Andini menjadi kendaraan Yang Pramesthi, Dengan demikian Bethari Uma dengan adik adiknya berjumlah empat orang. Pada mulanya Bethari adalah Dewa laki

laki. Kemaluan Bethara Uma direnggut oleh Hyang Pramesthi sampai putus selanjutnya dilempar keantariksa.

21. Diangkasa kemaluan Bethara Uma berubah ujud menjadi putaran angin yang kuat (cleret tahun). Bila lepas dari pengawasan orang, cleret tahun itu menjulur memanjang ditepi langit sampai dibumi mengadakan topan badai disertai hujan. Cleret tahun itu menerjang pohon pohonan dan rumah. Segala yang diterjang jadi roboh.

22. Konon Bethara Uma setelah dicabut kemaluannya, oleh Hyang Pramesthi disabdakan menjadi seorang Bethari yang cantik molek. Tiada seorang Dewi yang menandingi kecantikan Bethari Uma. Karena cantik jelitanya itu, Dewi Uma dipersunting oleh yang Guru Nata sebagai permaisuri Raja Dewa. 23. Bangunan sorga telah selesai dibangun. Bentuknya amat megah. Para Dewa

serta para Bidadari berkumpul dibalai Mercukunda.

24. Dibalai Mercukunda itu para Dewa mengadakan pesta bujana bersuka ria, bemacam ragam ulah tingkahnya. Akhirnya dibagi bagikan mereka minum tirta Kamandalu.

25. Alkisah dalam pestanya itu Hyang Pramesthi mengamati sungguh sungguh citra Bethari Uma.

26. Dia amat terpesona, bangkit nafsu birahinya, hingga mengeluarkan air kama (air mani), menjelma menjadi seorang raksasa sakti, bersifat siluman (jin). Pada saat pesta bojana berjalan, Wuluculung melihat para Dewa minum tirta marta Kamandalu, ia ingin juga minum. Dia turun dari antariksa menyelinap ditengah tengah para Dewa. Karena asyiknya para Dewa tidak mengetahui. Segera ia mengambil air itu dan meneguknya. Peristiwa itu diketahui oleh Bethara Candra.

27. Secara berbisik Hyang Candra melapor kepada Bethara Wisnu bahwa selain para Dewa, ada seorang raksasa yang mengelabui mata, berhasil ikut minum air marta Kamandalu. Ia berkeyakinan, bila ini dibiarkan terjadi, raksasa itu tak mungkin dikalahkan karena ia kebal terhadap mati. Bethara Wisnu segera membidikkan panah Candradeksana.

28. Lepasnya anak panah mengenai sasaran, tepat pada lehernya dan kepalanya terlepas dari tubuhnya. Untung air Kamandalu belum sampai merasuk sampai ketubuh. Maka hanya kepala saja yang masih hidup, badannya lalu mati, berubah jadi lesung (alat penumbuk padi).

29. Kepala Wuluculung melejit terbang kelangit. Karena dendamnya, pada segala kesempatan ia mengganggu bulan atau matahari. Ada kalanya matahari atau bulan ditelan, terjadilah gerhana matahari atau gerhana bulan. Untuk menolong bulan atau matahari, orang banyak memukul mukul lesung yang berirama. 30. Sekali peristiwa Yang Guru duduk berduaan dengan permaisuri Bethari Uma.

Sambil merayu Yang Guru menasehatkan kepada Bethari Uma bahwa wajib setiap ikatan suami isteri memiliki keturunan sebagai penerus hayat.

31. Lengan Bethari Uma dipegang sambil dirayu, mencurahkan kata kata penyalur rasa. Sang Bethari bertangguh belum bersedia menjalani sanggana, karena merasa belum memiliki ilmu wanita sejati.

32. Yang Guru memuja muja keayuan Dewi Uma. Diumpamakan Jelita Bethari bagaikan jelitanya intan, ratna, intan mulia.

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 35-41)

Dokumen terkait