• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUPUH GURISO

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 32-35)

01. Tersebutlah Manikmoyo bertanya kepada Hyang Wisesa mengenai

keadaannya, “Ya Pukulun Dewa Yang Maha Kuasa. Mengapa wajah hamba ini sangat jelek tak ada kebagusannya sedikitpun. Warna hamba yang hitam pekat bagaikan wedelan ini apakah maksudnya? Pertanyaan itu dijawab oleh Hyang Wisesa agar Manikmoyo menerima saja nasibnya

02. Disarankan agar Manikmoyo jangan kecewa hati. Hyang Wisesa segera memegang gambar pemberian kakekndanya yaitu Nurcahyo. Oleh Hyang Wisesa gambar itu lalu diciptakan menjadi permata yang sangat rnulia Benda itu diserahkan oleh Hyang Wisesa kepada Manikmoyo. Nama benda itu Retno Dumilah artinya permata mulia.

03. Permata itu tidak ada yang menyaimai mutu kebaikkannya. Apabila permata itu dimanterai maka apa yang diminta oleh pemilik benda itu akan terkabul. Retno Dumilah tersebut lalu diletakkan diatasubun ubun Manikmoyo. Adapun warna hitam yang menyerupai wedelan itu merupakan perlambang kelanggengan (baka) dan kekuasaan yang ada pada Manikmoyo, sama halnya sifat langgeng yang ada pada Manikmoyo, sama halnya sifat langgeng yang ada pada bulan dan mata hari.

04. Manik noyo dengan rendah hati dan rasa gembira menerima baik sifat langgeng sebagai sifat matahari dan bulan itu. Manikmoyo bersujud kepada Hyang Wisesa sebagai tanda menyambut baik atas sabdanya itu. Warna hitam menjadi petunjuk peringatan bahwa segala yang ada dapat berubah menjadi tidak ada sedang yang salah dapat berubah menjadi benar.

05. Dan yang benar dapat berubah menjadi salah. Hati pemberani dapat berubah menjadi penakut, hal yang pasti dapat berubah menjadi samar samar. Sang Hyang Wisesa menyarankan agar Manikmoyo berganti nama Bethara Semar yang menguasai segala kejadian dibumi. Bethara Semar (Manikmoyo) lalu diberi pendidikan tentang menguasai dan mengatur semua kejadian dibumi. 06. Kemudian Hyang Wisesa lalu pergi menghilang sementara itu Hyang Guru

(Manikmoyo) lalu tinggal seorang diri. Dalam hati Hyang Guru merenung mengenai sempitnya bumi dan langit. Oleh karena itu bumi dan langit lalu dipisahkan. Jarak antara bumi dan langit tak dapat diukur sejauh mana antaranya.

07. Bumi selalu menangis sedang langit merasa sangat haru meihat bumi terapung apung ditengah tengah samodra. Jika tertiup dari timur kebarat arahnya, yang dari barat ketimur, dan jika ada angin berembus dari lain arah.

08. Bila bumi dihembus angin dari selatan dia lalu bergeser keUtara. Bila angin bersama sama datang dari segala arah maka bumi bergetar ditengah. Bumi selalu terayun ayun ditengah tengah samodra. Melihat itu langit merasa amat iba. Kemudian disusul angin dari arah atas bumi.

09. Bersamaan dengan saat itu mengembus pula angin dari bawah keatas. Kilatpun berseleweran diangkasa. Lingkup angin yang dan bumi seluas separoh bumi. Bumi selalu terombang ambing, laut bagaikan digoncang, airnya berdeburan. 10. Gerakan air laut yang berdeburan itu mengakibatkan air laut menjadi masin

rasanya. Dengan perubahan air laut menjadi masin itu bumi merasa amat gembira. Disamping itu terjadilah suara yang dahyat mengerikan, cahaya gaib yang terjadi diangkasa (tejo) tidak berjalan. Keadaan siang dan malam tak ada bedanya. Sang Hyang Guru berkata kepada tejo dan cahaya agar mau menerima penugasan yang diberikan oleh Hyang Maha Esa.

11. Tugas yang diberikan ialah untuk menerangi dunia dengan cara bergantian. Si cahaya akan berturut turut bertambah besar. Bila sudah lima belas kali

menerangi bumi penuh sempurnalah besamya. Apabila sudah tiga puluh hari sudah sempurnalah tugasnya dan berhenti dalam air untuk selanjutnya menyambung tugas berikutnya.

12. Adapun matahari mempunyai tugas berjalan menyinari bumi pada waktu siang hari. Sedang pada waktu malam bersembunyi didalam bumi. Hyang Guru lalu menciptakan sembilan dewa dan para bidadari, wajahnya bermacam macam. 13. Mereka itu menjadi penghuni diatasbumi dan diangkasa. Masing masing

mempunyai tugas sendini sendiri. Begitu pula yang mengatur segala sesuatu dibumi adalah para dewa dan bidadari juga. Yang berkedudukan diarah timur bernama Yang Maha Dewa, Maha Dewa memuliakan hari pasaran Legi. 14. Hari pasaran Legi dewa pujaannya adalah Maha Dewa. Lambang kotanya

perak. Lambang burungnya burung kuntul. Lambang lautnya laut santan. Lambang huruf ha na ca ra ka. Yang duduk didunia kedewaan Bethara Sambu. Sagnyana kota tembaga.

15. Lambang laut, laut darah. Lambang burung, burung elang. Hari Pahing, lambangnya huruf da ta sa wa la. Dewa yang ada disebelah barat Hyang Kamajaya namanya dengan istrinya Dewi Ratih. Lambang kotanya kota emas, lambang laut berair madu. Lambangnya burung, burung Kepodhang.

16. Hari pasaran Pon. Lambang hurufnya pa dha ja ya nya. Dewa yang berada disebelah utara bernama Hyang Wisnu dengan istri Sri. Lambang kotanya kota besi. Lambang lautnya laut mia. Lambang burungnya burung gagak.

17. Hari pasaran Wage. Dewa yang ada ditengah tengah dunia bernama Bethara Bayu, pendampingnya bernama Bethari Sunthi. Hari pasaran Kliwon. Lambang kotanya, kota perunggu. Lambang burung, burung gagak. Pantai wedang (air panas) Lambang hurufnya ada sepuluh buah wa le pa nya ma ma i la pa. 18. Ada disebelah timur Emprit Anjala menjaga huruf pelengkap rangkaian sesaji.

Dewa pujaannya ada disebelah tenggara, bernama Hyang Kuwera. Lambang hurufnya ha ra sa nya. Yang ada dibarat daya bernama Maha Yekti, ada dibarat daya Bethara Siwa.

19. Para dewa berjumlah delapan ditambah Dewa Sang Hyang Bayu jumlahnya jadi sembilan. Pada waktu itu pulau Jawa kadaannya goyah terobang ambing oleh air samodra. Yang Guru Nata lalu tegak berdiri diangkasa.

20. Yang Guru Nata terus melecit keatas. Terjadilah langit bersapsap tujuh lapis. Yang Guru memandang kebawah. Nampak bumi tebal berlapis lapis. Lapis yang pertama dijaga oleh Begawan Kusiko.

21. Begawan Kusiko berputra tiga. Yang sulung berujud Kowangan. Kedua berujud garangan. Yang bungsu berujud ular. Ketiganya hidup didalam bumi. Begawan Kusiko bersebutan juga Yang Dherampalan. Apabila terlengah dari pengawasan ayahnya bagian tubuh ular digerogoti oleh kowangan dan garangan 22. Sekali peristiwa pada waktu garangan dan kowangan akan menggerogoti ular

diketahui oleh Yang Dherampalan. Ia sangat marah. Dua anaknya diusir.pergi. Kepergian garangan dan kowangan meninggalkan kata kata pengutuk. Kata kutukan itu menyatakan bahwa diriya ular itu akan menjadi mangsanya. . 23. Betul, akhirnya ular menjadi mangsanya kowangan dan garangan. Alkisah

lapisan bumi yang keenam dijaga oleh Yang Manikoro. Sedang bumi yang ketujuh dijaga oleh Yang Ontoboga.

24. Semua dewa penjaga ketujuh lapisan bumi itu dikepalai oleh Sang Hyang Ontoboga. Semua dibawah perintahnya. Isi bumi dan isi laut semuanya dibawah kekuasaan Hyang Antaboga.

25. Sekali peristiwa Yang Guru Nata amat memikirkan pulau Jawa yang selalu goyah, terombang ambing oleh gelombang samudera. Amat iba hatinya. Segera Yang Guru Nata turun di Pulau Jawa. Pulau Jawa yang selalu tak tetap

letaknya, akan dibuat kokoh kuat dan tetap letaknya. Ia berdiri tegak

menghadap kebarat, mengheningkan cipta, menciptakan adanya gunung. Maka terjadilah dipantai sebelah barat sebuah gunung yang amat besar lagi tinggi. Gunung itu diberi nama Gunung Jamurdipa, tetapi dalam keadaan miring, pada bagian timur sangat terangkat keatas.

26. Ujung pulau Jawa disebelah timur hampir hampir menyentuh langit, Yang Guru sangat kecewa melihat kejadian itu. Yang Guru segera mengumpulkan para dewa, memusyawarahkan tentang nasib pulau Jawa. Para dewa lalu melaporkan hasil penelitiannya.

27. Adapun penyebab pulau Jawa menjadi miring itu, karena disebelah barat terdapat sebuah gunung yang sangat besar lagi tinggi, letaknya ditepi pantai. Yang Guru lalu memerintah agar gunung itu dibongkar.

28. Yang Guru memerintahkan kepada para dewa tersebut agar separo dari gunung tersebut diangkat untuk diletakkan diujung sebelah thnur. Para dewa

mengindahkan perintah tersebut. Mereka berangkat beramai ramai, laki laki perempuan, menjalankan perintah yang diberikan oleh Yang Guru Nata.

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 32-35)

Dokumen terkait