• Tidak ada hasil yang ditemukan

XXVIII. DURMA

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 93-97)

01. Hyang Narada datang kembali. Dia menyampaikan kata kata dan lagi ciri khas dari Yang Narada bila memulai pembicaraan. Genjong waru doyong :

janganlah Brotoseno bersedih hati, Hyang Jagad Nata memerintah membantu apa yang menjadi kerepotan Arimbi.

02. Selain itu Yang Narada ditugaskan menyerahkan Kitab Kalimasada sebagai benda pusaka bagi para Pandawa, hendaknya dipelihara baik baik. Puntodewo sebagai putra pandu tertua dipercayakan menyimpan pusaka Kalimasada. Dia dinobaatkan menjadi Raja.

03. Sesudah dinobatkan, disarankan memakai gelar RajaYudhistira. Negara yang sedang dibangun, karena semula berujud hutan belantara bernama hutan Martani, diseyogyakan diben nama Negeri Amarta. Hyang Pramestlu mentakdirkan Dewi Arimbi jadi isteri Brotoseno.

04. Negeri Amarta selanjutnya akan jadi negara yang berwibawa, berpengaruh besar kepada negara negara lain. Janaka diangkat sebagi satria mengatur kekuatan dan Prajurit Negeri Amarta. Nakulo dan Sadewo dipercayakan menjaga keselamatan Negeri.

05. Yang Narada lalu memanggil Dewi Arimbi. Ia dimanterai untuk diubah

sifatnya menjadi manusia biasa. Karena bentuk badan aslinya memadai maka ia menjadi seorang putri cantik sempurna.

06. Oleh karena tugas yang diberikan dan Hyang Giri Nata selesai dikerjakan, maka Yang Narada pergi meninggalkan Negeri Amarta menuju Suralaya. Pertemuan disudahi.

07. Brotoseno kembali keternpatnya membawa Dewi Arimbi. Ditempat itu Arimbi dimiminta menyiapkan diri menenima ulah asmara yang lain sifat kedaannya dengan biasa terjadi. Dijelaskan pada saat ulah asmara yang ia jalankan tak akan terdapat cumbu rayu, melainkan akan terjadi adegan adegan uji coba kesaktian. Dewi Animbi mengalami diempaskan dan diinjak dibumi, hingga berakibat bumi lekuk, diempaskan perbatuan, kebatang kayu yang besar. Terakhir Dewi Arimbi diempaskan kebetis kiri dan kanan.

08. Namun segala penderitaan itu dirasa sebagai garam gulai, bumbu yang menambah nikmatnya tidur Pagi dan sehabis bangun tidur. Dewi Arimbi

bangun dari tidurnya. Ia duduk badannya merasa letih lesu. Sehabis mandi, badannya merasa segar, kekuatan pulih kembali.

09. Sekali peristiwa Arimbil menemui Brotoseno minta izin ingin mengunjungi kakaknya Raja Pringgadani. Ia sudah lama tidak bertemu, rasa rindu

mengendap dilubuk kalbu. Apalagi pada saat berpisah tidak memberi khabar kepadanya. Ia membayangkan kakaknya itu tentu bersusah payah mencari. 10. Brotoseno mengizinkaa permintaan dari Arimbi, bahkan ia sanggup mengantar,

dalam perjalanan. Brotoseno menentukan langkah sebaiknya. Arimbi

dipersilahkan mengambil jalan lewat udara, sedang ia sendiri akan menempuh jalan didarat. Brotoseno yakin bahwa sampainya ditempat yang dituju akan bersamaan waktunya. Arimbi menerima baik petunjuk dari Brotoseno. Ia menghadap kakanda Baginda Puntodewo minta izin dan restu akan

meninggakan istana pergi melepaskan rindu terhadap kakanda Baginda Raja Pringgadani.

11. Sri Yudhistira mengizinkan dan merestui keberangkat Dewi Arimbi bersama Brotoseno Semar serta anak anaknya diperintahkan mengiringi perjalanan Brotoseno. Keberangkatan Brotoseno siap membawa gada raksasanya. Perjalanan mereka disertai angin ribut.

12. Arimbi telah berangkat lebih dahulu bersama sama tiga orang adik laki lakinya, ialah Brojodento, Brojomusthi dan Brojokalpo. Mereka menghendaki tiba lebih dahulu dari Brotoseno, dinegeri Pringgoani, Setibanya di Negeri Pringgodani mereka langsung menghadap Raja Arimba.

13. tas kedatangan wanita ayu yang turun dari angikasa itu. Raja Arimba sangat tertegun. Arimba bertanya : Bidadari apakah yang baru saja datang itu. Arimbi bersujud, sesudah itu ia menyatakan bahwa dia adalah Arimbi, adiknya Dew Arimbi menceriterakan segala pengalaman dan langkah yang telah dijalankan. Sebelumnya ia telah minta maaf lebih dahulu karena menjalankan segala sesuatu tanpa sepengetahuan Raja Arimba.

14. Raja Arimba jadi amat marah. Baginda merasa tidak dihargai sebagai saudara tua. Kecuali itu merasa dikesampingkan tidak dimintai pertimbangan untuk menentukan sutu langkah yang akan diambil.

15. Dengan suara sentak lantang, Raja Arimba menanyakan dimana suami Arimbi berada. Dijawab oleh Arimbi masih ada dalam perjalanan. Ia menjelaskan bahwa jalan yang ditempuh berlainan. Dia menempuh jalan diudara sedang Brotoseno menempuh jalan didarat.

16. Raja Arimba memerintahkan adik adiknya dengan suara lantang, memasang pelana dipunggung gajah peliharaan Baginda.

Raja Arrimba bemaksud melampiaskan kemarahannya, menyerang Brotoseno. Dia menggunakan kendaraan gajah itu sebab dia memiliki kesaktian bila pengendaranya mati dalam medan laga dapat hidup kembali karena dilompati tubuhnya.

17. Setelah gajah tersebut siap dengan membawa segala persenjataan, Baginda naik diataspunggung gajah, kemudian berangkatlah. Jalannya gajah dipercepat. 18. Tak lama kemudian bertemulah Raja Arimba dengan seorang yang bertubuh

gagah perkasa. Dia berkata dalam hati, kiranya Brotoseno sesuai dengan yang telah diceritakan adiknya itu. Arimba segera menegur siapa namanya.

Brotoseno melancarkan pertanyaan balik siapa nama raksasa itu berani menghentikan perjalanannya.

19. Arimba memberi jawaban terhadap pertanyaan balik dari Brotoseno. Ia

kakak dari Arimbi ia pun mengutarakan namanya. Arimba menyatakan : bila betul Brotoseno itu suami Arimbi adiknya, dia diajak adu kesaktian sebagai uji coba.

20. Tantangan Arimba diterima oleh Brotoseno. Brotoseno berkali kali dipukul dengan bindi, namun tidak dirasakan. Dalam kelengahan, Brotoseno dapat mrebut gada dari Raja Arimba.

21. Arimba mendapat serangan balasan dari Brotoseno, menggunakan bindi yang lepas dari tangannya, mengenai tubuhnya Arimba jatuh dari punggung gajah yang dikendarai, tak sadarkan diri. Melihat kejadian itu gajah kendaraan cepat cepat melompati tubuh majikannya.

22. Arimba jadi sadar dan segar kembah. Segera ia naik diataspunggung gajah lagi. Ia melancarkan serangan balasan. Brotoseno menjadi semakin marah ia

mengambil bindi sendiri pemberian dari Dewa. Keduanya saling menyerang. 23. Lama kelamaan Arimba lengah, terkena. pukulan bindi dari Brotoseno. Raja

Arimba dan gajahnya remuk redam. Brotoseno melanjutkan prjalanannya menuju istana Pringgodani. Berita gugumya Raja Arimba melawan Brotoseno tersebut, telah sampai diistana Pringgodani. Dewi Arimbi menyongsong kedatangan Brotoseno.

24. Tiba diistana Brotoseno disambut oleh Arimbi, selanjutnya dipersilahkan duduk bersama Adik adiknya Brojodento, Brojomusti dan Brojokalpo datang

menghadap.

25. Dalam bercakap cakap Brotoseno menceriterakan perlawanannya dengan Raja Arimba. Atas persetujuan adik adiknya, untuk sementara sebagai Raja

Pringgodani ialah Dewi Arimbi didampmgi adik adiknya. Kelak bila Arimbi mempunyal putra laki laki, dialah penerus penjabat Raja di Negen Pringgodani. 26. Setelah beberapa lama Brotoseno ada di Istana Pringgodani, ia minta kerelaan

hati Dewi Arimbi serta adik adiknya, pergi menjenguk Puntodewo : kakaknya beserta adik adiknya yang ditinggalkan di Wonomarta yang baru saja dibuka. Dia mengkhawatirkan keselamatan saudara saudaranya tersebut.

27. Arimbi tidak keberatan meluluskan pemintaan suaminya Brotoseno lalu berangkat. Perlanannya tak mendapat kesukaran. Dalam waktu singkat telah sampai dihutan Martani. Hutan Martani dengan jarak luas tiga hari perjalanan itu telah berhasil dibuka dan dijadikan negeri bernama Negeri Amarta.

28. Di Negeri Amarta Brotoseno bertemu dengan ibunda Dewi Kunthi sedang ditemui kakanda Sri Yudhistira serta adik adiknya. Perkembangan

pembangunan Negeri Amarta amat cepat. Dari hasil pembukaan hutan Martani, penuh pohon yang ditumbangkan porak peranda, cepat jadi bersih. Akhinnya cepat dibangun istana lengkap dengan perlengkapannya. Ada alun alun cukup luas, bangunan bangunan tempat kediaman para pangeran serta pegawai negeri. 29. Terletak dikanan kiri dan belakang istana dibangun rumah Pangeran

Werkudoro mendiami bangunan yang ada diistana, disebut Ki Pangeran Pamenang (Tunggal Pamenang) Janawi menempati bangunan dikiri istana dinamai Pangeran Madukoro.

30. Nakula dan Sadewo ditempatkan di Kepangeranan Sawojajar prajurit juga telah disediakan tempat masing masing banyak pendatang dari luar negeri, ingin menetap dinegeri karena tertarik oleh kemakmuran dan kesuburan Negara Amarta.

31. Karena kesuburan tanah di Amarta, segaia benih yang ditanam dengan baik. Ditempat tempat sisa pembakaran, tanah dapat berbuah lebat. Tanaman padi

berbuah memuaskan. Buah buahan masak ranum diatas. Berjatuhan sendiri. Negeri Amarta aman sejahtera.

32. Tercenitera Janaka berguru kepada seorang Pandita di Selamaya, bernama Kapi Jembawan. Pendita ini amat tajam pengamatan hatinya. Tahu akan peristiwa peristiwa jauh sebelum datang. Pendeta tersebut adalah pegawai dari Raja Ramawija.

33. Konon ceriteranya, Ramawijaya sesudah menghancurka Negeri Alengka, lalu meninggalkan kerajaan, ia bertapa para hamba sahaya hanyak yang mengikuti. 34. Pendita Kapi Jembawan mempunyai seorang anak wanita bemama Jembawati.

Akhirnya Endang Jembawati dipersaudarakan dengan Janaka. Sang Pandita sangat kasih sayang kepada Arjuna. Banyak kesaktian serta kecakapan telah diajarkan kepada Janawi.

35. Konon Noroyono ingin juga berguru kepada Kapi Jembawan.. Ia datang dipertapaan Selapralaya diikuti adik perempuannya bernama Brotojoyo. Brotojoyo adalah seorang wanita yang meniiiki wajah cantik jelita. 36. Karena ketajaman rnataliatinya, Pendeta Jembawan tahu bahwa nantinya

Noroyono akan mendapat wahyu kesaktian dari Bethara Wisnu Murti. Pengertian itu disimpan dalam hati Pandita Jembawan.

37. Pendita Jembawan menenima baik kedatangan Noroyono dengan adiknya, Dewi Brotojoyo Noroyono dipersilakan bertempat bersama dengan Arjuno adiknya. Sang Pandita menyatakan bahwa Janawi diisi pengetahuan kecakapan dalam hal ini keperjunitan.

38. Sekali penstiwa, sehabis waktu pelajaran Dyah Jembowati mengantarkan santapan untuk Noroyono dan Arjuno. Sesudah santapan diterima oleh Janoko, Jembowati pergi kembali.

39. Setelah melihat wajah Jembowati, pada saat sekembalinya ditempat. Noroyono tak tahan mengekang rindu asmaranya. Karena menahan rindunya itu

Noroyono jadi lemah lunglai seolah olah tak sadarkan diri. Noroyono setiap waktu terbayang wajah Endang Jembowati mutiara pertapaan Selopraloyo. 40. Pada suatu kesempatan Noroyono mengajak saling membantu Arjuno adalah

putra Pandhu Dewonoto, pamannya, suami dari bibi Kunthi, diminta bantuan memudahkan jalan untuk mempersunting Endang Jembowati yang sudah dipersaudarakan dia.

41. Sebaiknya Noroyono sanggup mempermudah jalan usaha Arjuno untuk mempersunting adiknya Brotojoyo untuk jadi istrinya. Menanggapi ajakan Noroyono itu Arjuno menyampaikan senyum penuh arti.

42. Sebaiknya sejak kedatangannya di Selopraloyo. Arjuno telah menaruh perhatian besar terhadapnya, tetapi disimpan dalam hati rapat rapat. Maka persetujuan yang dinyatakan bersedia, asal tidak mengingkari janji. Jawab Noroyono : jangan khawatir itu pasti.

43. Pandita Jembawan telah membau gejolak perasaan Noroyono itu. Dia

mengizinkan pergaulan anak wanitanya dengan Noroyono dengan Jembowati dikukuhkan dengan ikatan perkawinan. Sesudah dalam perkawinan. Pandita memberi wejangan mengenai dasar dasar kerukunan dan dasar dasar usaha keselamatan hidup.

44. Brotojoyo telah disetujui pertunangannya dengan Arjuno. Seorang putra lalu minta izin, meanjutkan tujuan, yaitu melaksanaknakan bertapa. Sang Pandita merestui

XXIX. SINOM

01. Tersebutlah dalam ceritera, Arjuno menyuruh Brotojoyo masuk kedalam cincin. Kemudian berangkat menuju ketengah rimba, diikuti Kyai Semar beserta anak anaknya Disana Arjuno melaksanakan bertapa. Ia berganti nama: Dewa Asmara.

02. Beralih ceritera mengenai Raja Yudistira yang sudah lama menduduki

singasana Negeri Amarta, Baginda amat bersedih hati, karena belum mendapat seorang wanita yan pantas menjadi permaisunya.

03. Hyang Narada turun ke Negeri Amarta, mendekati Raja Yudhistira. Yang Narada memberi nasehat : Janganah bersedih hati. Dewa telah mentakdirkan seorang wanita yang layak menjadi permaisurinya. Raja Negeri Capaka,

mempunyai anak wanita bernama Durpadi. Dia putri rupawan calon permaisuri Baginda. Wanita juga bernama Srikandhi. Adik berikutnya yang laki laki bemaina Trustho Jumeno.

04. Putra sulung yaitu kakak Durpadi pria bernama Gondomono. Dia berbadan gagah perkasa. Gondomono seorang satria sakti. Sukar dicari tolak bandingnya. Pada suatu ketika Gondomono mengadakan sayembara. Isi sayembara : barang siapa dapat menundukkan kesaktiannya, akan diserahi adiknya.

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 93-97)

Dokumen terkait