• Tidak ada hasil yang ditemukan

XXIII. SINOM

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 75-88)

01. Kelima orang itu menyampaikan terima kasih sedalam dalamnya. Sang Begawan minta diceriterakan siapa yang menurunkan kalian. Maka masing masing memberikan keterangannya. Yang tertua menyatakan ibunya adalah ikan badher.

02. Orang yang kedua menyatakan ibunya adalah seekor ikan palung. Adiknya lagi ibuny adalah seekor ikan uceng. Sesudah itu menyatakan bahwa ibunya, adalah ikan hiu, yang terakhir menyatakan bahwa ibunya adalah seekor kepiting. Menurut ceritera para ibunya trjadinya mereka : itu pada mulanya ada seorang putri yang rnengendarai sebuah perahu. Pada waktu perahu itu sampai ditengah tengah sungai datanglah airbah. Perahunya menjadi terbalik. Dalam perahu itu

ada seorang penunipang lelaki. Pada kecelakaan itu melompat ia. Air kamanya jatuh kedalam air.

03. Kama itu bercampur dengan bau busuk, lalu menjadi perebutan ikan ikan ibu masing masing, sehingga air kama itu habis dimakannya. Sampai sekian ceritera itu disampaikan, Polosoro terasa didalam hati. Ia pun segera

menyatakan bahwa sesungguhnya mereka itu adalah putra dan putri dari Sang Begawan.

04. Oleh sebab tu oleh Polosoro diminta agar mereka bersujud kepadanya. Setelah mereka masing masing bersujud, Sang Begawan berkata kepada kalian. Mereka lalu diberi nama masing masing. Anak dari seekor badher diberi nama

Rupakencoko. Anak dari seekor palung diberi nama Bimokenco.

05. Putra dari seekor uceng diberi nama Kencoko. Anak dari seekor hiu diberi nama Rojomolo. Anak dari seekor kepiting diberi nama Swagandini. Begawan Polosoro memberikan nama negara yang baru saja diciptakan : Negara Astina. 06. Rupokenco, Bimokenco, Kencoko, Rojomolo bersama sama menyampaikan

hormat dan terima kasih atas pemberian nama itu demikian juga Swargandini, Mereka sangat. memuji pemberian nama negara itu. Negara Astina

07. Pada tengah mereka berbincang bincang itu datanglah seorang putra raja Maldewa yang bernama Durgandono. Ia duduk menghadap Sang Polosoro dengan hormat lagi khidmat. Melihat kedatangan Durgandono itu, sebelum ia mengatakan sesuatu lebih dahulu telah dirangkul oleh Durgandini seraya menangis

08. Dewi Durgandini merangkul adiknya : Durgandono itu sambil meneriakkan nama adiknya. Melihat peristiwa itu bertanyalah Polosoro kepada istrinya: mengapa. ia merangkul seorang tamu itu sambil menangis. Dijawab oleh Dewi Durgandini bahwa tamu itu adalah adiknya bernama Durgandono putra dari Raja Maldewa.

09. Polosoro lalu memberikan salam kedatangan Durgandono. Ia menanyakan apa maksudnya datang dinegeri Astina. Durgandono bersujud kepada Polosoro lalu mengutarakan apa maksud kedatangannya. Ia mencari kakak perempuannya yang telah pergi meninggalkan istana Maldewa tidak dengan sepengetahuan ayahandanya. Kepergian kakaknya itu terjadi pada malam hari.

10. Para prajurit serta hamba sahaya dinegeri Maldewa telah disebar kesegala arah untuk mencari kakaknya Dewi Durgandini namun tiada juga berhasil. Kini ternyata didapati ada di Negeri Astina. Maka Durgandono menanyakan bagaimana awal mulanya. Polosoro memulai ceriteranya. Paaa waktu yang telah silam, Durgandini mengalami pekerjaan sebagai juru mudi perahu disungal Silugangga. Pada waktu itu ia menderita sakit. Tubuhnya berbau busuk (amis).

11. Polosoro memberikan pengobatan kepada Dewi Durgandini. Penyakit Dewi Dirgandini berhasil dapat disembuhkan. Bahkan wajahnya berubah menjadi cantik jelita. Akhirnya Dewi Durgandini dipersunting menjadi istrinya. Pada waktu itu Durgandini telah dalam keadaan hamil. Tibalah saatnya Durgandini melahirkan seorang putra. Putra itu berwajah tampan lalu disambut oleh Begawan Polosoro.

12. Putra itu segera dimandikan sesudah itu diambil dengan kain. yang dipakainya. Polosoro berkata kepada Durgandono ia diserahi dan menjaga tempat itu bersama kakak perempuannya Durgandini. Begitu pula kepada Rupokenco beserta akik adiknya.

13. Ia bermaksud akan pergi masuk hutan putranya ikut dlibawa pergi. Dia berusaha agar jangan sarnpai ada orang yang menyusul. Kyai Semar dan anak anaknya ikut mengantarkan. Anak bayi itu oleh Polosoro diberi nama: Birowo. Pada usia dewasa ia bernama Abiyoso.

14. Polosoro melanjutkan bertapa ditengah hutan. Sekali peristiwa Polosoro dipanggil oleh Sang Yang Jagad Pratingkah naik ke Inderaloka ía berpesan kepada Semar : ia diharap sudi mengasuh anak tersebut sampai dewasa. Sesudah itu Polosoro meninggalkan Marcapada menuju Suralaya.

15. Polosoro berpesan kepadaSemar, jangan sampai memberitahukan mengenai hal kepergiannya itu. Dia tetap akan membantu dari surga. Semar mengindahkan segala amanat dari Polosoro itu.

16. Tersebut dalam cenitera Durgandono yang diserahi menempati serta menjaga istana karena telah lama meninggalkan ayahnya Raja Maldewa. Durgandono ingin menengok ayahnya. Kepergiannya diikuti oleh Durgandini, Bimokenco, Kencoko, Rojomolo. Sedang saudara tertua yaitu Rupokenco diserahi menjaga negeri.

17. Tersebutlah dalam ceritera Negeri Maldewa. Pada waktu itu didatangi oleh pasukan musuh. Bersamaan dengan itu datanglah Durgandono bersama sama kakak perempuannya Durgandini

18. Durgandini diantar oleh Bimokenco, Kencoko, Rojomolo. Tiba dihadapan Raja Maldewa, Durgandini segera bersujud seraya menangis. Selanjutnya datang pula Durgandono berbakti kepada ayahnya.

19. Raja Maldewa bertanya kepada Durgandono, dimanakah kakak putrinya Durgandini diketemukan. Lagi pula ditanyakan siapakah seorang putri remaja yang datang bersama sama itu. Durgandono lalu menceriterakan kisah lolosnya kakak wanitanya. Ia telah sampai ditepi sungai.

20. Atas petunjuk Dewa ia menjadi pengemudi perahu disungai itu. Akhirnya kakaknya diperistrikan oleh Pandita Polosoro. Polosoro lalu menciptakan sebuah istana yang diberi nama Astinapura. Kini kakaknya telah berputra seorang anak priya dan diberi nama Birowo.

21. Setelah Dewi Durgandini bersalin, Polosoro berkata Durgandono : Ia menyerahkan kakak perempuannya. Sedang putranya yang masih bayi itu dititipkan kepada Kyai Semar untuk dibinanya. Sesudah itu Polosoro lalu hilang musnah. Begitulah ceniteranya. Adapun mereka yang ikut serta ini adalah : Bimakenco, Kencoko, dan Rojomolo.

22. Sedang yang tertua Rupokenco dipercayakan menjaga keselamatan Istana Astina. Raja Maldewa menyambut salam kedatangan kepada mereka yang baru datang. Ketiganyan menyambut gembira atas pemberian salam kedatangannya. Sehabis makan bersama itu dipersilakan makan bersama. Baginda Maldewa bersama sama masuk keistana.

23. Tersebutlah dalam ceritera, dalam asuhan Kyai Semar Abiyoso cepat menjadi besar ia telah tahu akan arti ibu. Bertanyalah ia kepada Semar siapa dan dimana ibunya. Semar tidak memberikan jawaban atas pernyataan itu. Hanya mengenai ibunya ia dapat memberikan jawaban bahwa ibunya ada dinegeri Maldewa. Ia adalah putri Raja Maldewa bernama Durgandini

24. Abiyoso minta kepada Kyai Semar agar disusulka ibunya kenegeri Maldewa Semar minta bertangguh. Abiyoso tidak puas akan penangguhan Kyai Semar itu. Ia menangis sejadi jadinya. Abiyoso mencaci maki kepada Kyai Semar. 25. Akhirnya Abiyoso didukung dan disusulkan kepada ibunya kenegeri Maldewa.

masuk dari pintu belakang dan ia dilepaskan sendirian. Kyai Semar berpesan bila nanti bertemu dengan anak yang mengaku juga ibunya, maka Semar menasehatkan supaya melawannya. Mengenai ia sendiri akan menanti tinggal ditempat itu.

26. Alkisah mengenai Begawan Sentanu yang telah ditinggalkan mati istrinya, ia bertempat tinggal disebuah gunung, Istri begawan Sentanu meninggalkan seorang anak laki laki yang tampan rupawan, namanya Sentani. Sekali

peristiwa putra Begawan Sentanu itu menanyakan ibunya. Pada saat itu Sentanu telah mendengar berita bahwa Durgandini putra Raja Maldewa habis bersalin seorang putra.

27. Begawan Sentanu lalu membawa anaknya terbang menuju negeri Maldewa. Setibanya dinegeri Maldewa segera masuk kedalam istana. Sentanu menunjuk kepada Dewi Durgandini sambil menyatakan dialah ibunya. Dia menyuruh mendekatinya. Bila ditanyai siapakah dia itu disuruh menjawab bahwa ia adaah putra dari Polosoro yang telah lama meninggalkan dirinya masuk kedalam hutan.

28. Begawan Sentanu sanggup mengawasi dari jauh ditempat ia terbang. Pada waktu lari menuju Dewi Durgandini bersamaan pula Birowo berusaha mendapatkannya. Setelah tiba didepan Durgandini kedua orang anak itu

ditanyai siapa namanya dan darimana asalnya. Kedua anak itu mengaku bahwa ia anak dari Polosoro. Dewi Durgandini berdiri dalam kebingungan.

29. Dewi Durgandini ragu ragu dalam menentukan, manakah sesungguhnya anaknya sendiri itu. Kedua orang anak itu akhirnya berkelahi memperebutkan ibunya. Keduanya saling menyerang, hantam menghantam tolak menolak. 30. Dan atas Sentanu mengetahui akan kejadian itu. Demikian juga Polosoro dan

Kahyangan mengetaui pula hal yang sama Polosoro segera turun ke Marcapada dan menangkap Begawan Sentanu. Polosoro mengucap jangan ikut ikutan campur tangan melibatkan diri dalam perkelahian anak melawan anak. Sentanu dalam keadaan tak berkutik.

31. Ia mengucapkan telah bertaubat dan minta belas kasihan agar perbuatannya itu dapat diberi ampun. Ia mengakui telah berbuat salah. Sentanu lalu mengajak pulang kembali Sentani ketempatnya.

32. Polosoro segera datang mendekati istrinya. Dewi Durgandini menyambut serta bersujud. Polosoro lalu menemui mertuanya ialah Raja Maldewa. Ia menitipkan putranya Birowo kepada Raja Maldewa. Raja Maldewa menyanggupi. Oleh Polosoro dinyatakan bahwa putranya telah disediakan sebuah negeri ialah negeri Astina.

33. Polosoro lalu pergi meninggalkan Maldewa menuju ke Suralaya. Syahdan Raja Maldewa menasehatkan rnengangkat putranya menjadi raja di Astinapura. Pengangkatan itu agar disaksikan oleh Dewi Durgandini sendiri. Maka

keberangicatannya diantar oleh Raja Maldewa. Keberangkatannya mengendarai kereta kerajaan.

34. Akhirnya tiba di Negeni Astina. Lalu diatur menurut tata tertib sebagaimana kebiasaan pada saat diadakan pertemuan agung kerajaan. Raja duduk

diatassinggasana, dihadap oleh para para Menteri serta Maha Patih Baginda Maldewa lalu angkat bicara.

35. Pembicaraannya bersifat pengumuman ditujukan kepada mereka yang hadir dalam pertemuan agung, mengenai penobatan Prabu Abiyoso sebagai Raja di Astinapura sebagai pejabat pendamping adalah para cucu cucunda yaitu yang

tertua Rupokenco beserta adik adiknya yaitu BimokencO, Kencoko dan Rojomolo.

36. Sesudah paripuna ada acara penobatan Raja di Astina itu. Baginda Maldewa kembali pulang kenegerinya. Dewi Durgandini tinggal di Negeri Astina

bersama putranya tinggal juga di Negeri Astina bersama putranya. Tinggal juga di Negeri Astina Patih dari Maladewa bernama Yudonegoro diangkat sebagai Patih untuk Negeri Astina.

XXIV. ASMARADANA

01. Polosoro yang telah berada di Kainderan mendengar berita bahwa puteranya Abiyoso telah dinobatkan sebagai Raja di Negeri Astina. Sedang putranya itu masih belum berpemaisuri.

02. Maka turunlah Begawan Polosoro dari Keinderaan membawa seorang bidadari cantik benama Dewi Satari. Tiba diistana Astina terdapat Raja Abiyoso sedang duduk duduk bersama saudara saudara.

03. Saudara Saudara itu adalah : Rupokenco, Bimokenco, Kencoko, dan Rojomolo. Ibunya duduk tidak jauh dari mereka. Serta melihat kedatangan Begawan Palasaara mereka lalu turun dari tempat duduknya menghormat kedatangan ayahanda. Polosoro dipersilahkan duduk.

04. Dewi Durgandini menyambut dan bersujud lalu berturut turut bersujud: Baginda Raja Abiyoso, Rupokenco, Bimakenco, Kencoko.

05. Terakhir Rojomolo bersujud kepada Sang Begawan Polosoro. Setelah Dewi Durgandini, diikuti para putranya, Raja Abiyoso, Rupokenco, Bimokenco, Kencoko dan Rojomolo selesai bersujud, berbicaralah Begawan Polosoro menyatakan maksud kedatangannya yaitu menyerahkan seorang Bidadari yang cantik rupawan, sebagai permaisuri Baginda.

06. Sang Begawan memberi perintah kepada Dewi Durgandini agar menerima Dewi Satari sebagai putra menantu. Sesudaah selesai memberi perintah kepada Dewi Durgandini, lalu berkata kepada putranya, Raja Abiyoso, bersifat amanat. 07. Isi amanat Raja Abiyoso diminta mengangkat Bimokenco. Sebagai Raja

dinegeri Mandura. Kencoko sebagai Raja Mandaraka dan Rojomolo menjadi Raja diseberang.

08. Bagi Rupokenco dinasihatkan supaya tetap tinggal di Negeni Astina, sebagai penghubung negara negara Mandura, Mandaraka, Wiratha.

09. Semua negara itu berlindung kepada negeri Astina. Raja Abiyoso

mengindahkan semua yang diamanatkan oleh Begawan Polosoro, Para putra : tersebut menduduki negara masing masing sesuai dengan amanat Begawan Polosoro.

10. Begawan Polosoro telah menciptakan negara negara : Mandura lengkap dengan perlengkapannya. Memiliki alun alun yang luas. Juga telah menciptakan negara Mandaraka siap dengan istananya lengkap dengan segala alat alatnya.

11. Rajamala diperintahkan oleh ayahanda mendirikan negeri sendiri diseberang. Memiliki pasukan yang lengkap sempuma. Setelah itu selesai dikerjakan semua, maka Polosoro lalu meninggalkan tempat itu.

12. Polosoro pergi kembahi ke Kahyangan. Oleh para putranya : Dewi Durgandini diminta untuk tetap tinggal di Astina bersama sama raja Abiyoso. Tetapi oleh Begawan Abiyoso tidak diizinkan karena sudah saatnya dia harus

meninggalkan Marcapada menuju ke Suralaya. Para putra tak dapat menahannya.

13. Begawan Polosoro beserta Dewi Durgandini telah meningalkan Marcapada ke Suralaya. Tinggallah Raja Abiyoso dengan permaisurinya Dewi Satari.

14. Alkisah Yang Jagad Nata beserta Dewi Uma turun dari Suralaya kenegeri Astina. Yang Jagad Nata lalu merasuk ketubuh raja Abiyoso. Sedang Dewi Uma merasuk kepada Dewi Satari. Maka antara Abiyoso dengan Dewi Satari bangkitlah nafsu birahinya.

15. Abiyoso sangat terpesona kepada Dewi Satari demikian pula sebaiknya. Lalu terjadilah ulah asmara antara Abiyoso dengan Dewi Satari.

16. Setelah terjadi peristiwa itu Yang Giri Nata serta Dewi Uma lalu bersama sama kembali ke Kahyangan. Sesudah itu hamillah Dewi Satari. Setelah cukup jangka waktunya, Dewi Satari melahirkan seorang bayi dalam keadaan terbungkus.

17. Bayi bungkus itu diambil serta bungkusnya dilepaskan. Terdapat tiga bayi yang lekat menjadi satu. Bayi yang lekat itu lalu dipisahkan, menjadi tiga orang bayi semuanya laki laki berwajah tampan. Hanya sayangnya masing masing

mempunyai cacad tubuh.

18. Yang tertua diberi nama Dhesthoroto kedua matanya buta. Putra yang kedua diberi nama Pandhu Dewonoto mempunyai cacad tubuh tengeng (lehernya tidak berdiri tegak). Wajahnya sangat tampan.

19. Yang terakhir diberi nama Yomowiduro. Kakinya timpang. Setelah ketiganya mencapai usia dewasa. Bidadari Satari kembalilah ke Suralaya.

20. Tersebutlah dalam ceritera, raja dinegeri Mandura dan Mandaraka masing masing telah berputra. Raja Mandura mempunyai seorang anak putri yang cantik rupawan diberi nama Kunthibujo.

21. Sekali peristiwa baginda raja Mandura, memanggil seorang pendeta dari gunung Sudomomanik. Pendeta itu dipercayakan mendidik dan memberi pelajaran. Ilmu yang diberikan disebut ilmu Rosomulyo. Ilmu itu diberikan untuk memelihara keturunan yang memiliki wahyu raja. Tetapi untuk memelihara ilmu itu ada pantangannya yaitu apabila mandi harus dalam keadaan berbusana.

22. Setelah Dewi Kunthibujo dapat menguasai ilmu itu, Sang Pendeta lalu kembali kegunung Sudomomanik. Sekali peristiwa Dewi Kunthibujo ingin mandi. Ia pergi ketempat pemandian.

23. Pada waktu Dewi Kunthibujo mandi itu, merendamkan tubuhnya tanpa berbusana. Ia lupa akan pesan dari gurunya. Syahdan Sang Hyang Surya yang sedang bertugas menyinari Macapada, melihat akan mandi Dewi Kunthibujo itu. Ia sangat tertarik. Air kamanya terlepas dan mengenai Dewi Kunthibujo itu. 24. Sehabis mandi Dewi Kunthibujo segera mengenakan pakaian kemudian pergi

kembali keistana, setelah peristiwa itu tejadi, maka hamillah Dewi Kunthibujo, tetapi kejadian itu tidak disadari. Tiga bulan sesudahnya terjadilah perubahan bentuk tubuh pada diri Dewi Kunthibujo. Hal itu diketahul oleh Baginda Raja Mandura.

25. Raja Mandura bertanya kepada putrinya : siapakah seorang pria yang pernah berhubungan dengannya. Raja Mandura merasa ditipu oleh putrinya. Maka raja itu amat marah. Dipaksakan agar putrinya menceriterakan keadaan yang telah terjadi apa adanya. Tetapi perintah ramandanya itu ditolak. Selanjutnya dengan gurunya ia belum pernah berhubungan dengan seorang pria.

26. Ia hanya dapat menceriterakan bahwa sebagai wanita pewaris wahyu raja ia diberikan ilmu yang bernama Rosomulyo. Pantangan dari ilmu itu, siapa pun yang memiliki ilmu Resomulyo, bila sedang mandi dan merendamkan tubuhnya kedalam air, tak diperbolehkan tanpa busana.

27. Tetapi pada suatu ketika ia terlupa mandi tidak mengenakan pakaian selembar pun. Ia merendamkan diri didalam air cahaya sang Surya mengenai tubuhnya. Sesudah itu ia merasa ada perubahan didalam tubuhnya. Raja Mandura segera memanggil Pendeta digunung Sudomomanik.

28. Kemudian datanglah sang Pendeta menghadap raja Mandura. Kepada Pendeta Sudomomanik Baginda bertanya agak marah, mengenial Dewi Kunthibujo yang dididiknya, telah hamil tanpa hubungan dengan pria.

29. Raja Mandura menyatakan bahwa baginya merasa menderita sangat malu. Beliau lalu memerintahkan sang guru agar berusaha melahirkan sang bayi dari kandungan, tanpa melalui jalan pelahiran yang wajar.

30. Sang Pendeta menyanggupi, ia membacakan sembilan kali manteranya. Kehamilan sang Dewi berubah cepat seperti kandungan dalam usia sembilan bulan.

31. Sang Pendeta segera mengambil tangkai sirih dipergunakan untuk mengkilik kilik, memancing keluarnya bayi lewat telinga. Berhasillah bayi keluar dari kandungan melewati telinga sebelah kiri. Anak bayi lalu diambil, dimasukkan didalam kendaga emas, selanjutnya dibuang kesungai Sulugangga.

32. Sang Dyah kembali menjadi perawan. Sesudah itu. Sang Pendita kembali ke gunung Sudomomanik. Sesudah kejadian itu lewat, Baginda mengadakan sayembara : barang siapa yang diingini oleh Dewi Kunthi, akan diambil menantu oleh San Raja.

33. Sayembara pilihan itu diadkan dialun alun. Para putra pegawai istana dan putra Adipati berdatangan dialun alun.

34. Sang Putri duduk dipanggung. Mereka yang ingin menunjukkan

ketampanannya berduyund uyun pergi datang, namun tiada seorang pun yang mengena dihati Dewi Kunthi.

35. Sayembara itu tidak saja diikuti oleh para putra didalam negeri, bahkan para raja dari negeri seberang pun banyak juga yang datang. Banyak para raja yang mendirikan bangunan berderet deret dialun alun.

36. Alkisah tiga orang putra dari raja Astina telah berusia dewasa.

Dua orang diantara tak dapat mengikuti sayembara, yaitu Dhesthoroto dan Yomowiduro. Sedang putra yang kedua ialah Pandhudewonoto berjuang memperluas wilayah. Pandhu Dewonoto adalah putra yang terbagus dan tercakap.

37. Kepergian kenegeri seberang diikuti oleh Semar dan anak anaknya. Dalam usaha perluasan pengaruh wilayah kerajaan tak ada negara negara yang mampu mengimbangi kecakapan serta kesaktian Sang Pandhu.

38. Kembalinya Pandhu Dewonoto kenegerinya, membawa tanda takluk berupa harta benda dan putri. Semua perolehan itu diserahkan kepada ayahanda Raja Astina. Kemudian oleh ayahanda semua putri tanda takluk itu lalu diserahkan kembali kepada putranya.

39. Putri putri itu dibawa masuk kedalam istana oleh Pandu. Mula mula dibawa masuk ketempatnya kakaknya yang tertua. Dipersilakan Dhesthoroto mengambil yang diingini. Putri boyongan itu semuanya cantik cantik.

40. Dhesthoroto menerima baik tawaran dari adiknya. Karena tak dapat melihatnya maka diharap, putri putri itu disiapkan didepannya. Dhesthoroto meraba raba wajah para putri seorang demi seorang.

41. Dhesthoroto menentukan pilihannya kepada seorang putri dan Plosojenar, bernama Dewi Gendari. Pada hematnya putri itu nantinya akan dapat

melahirkan banyak anak, maka pilihan dijatuhkan kepadanya. Pandu Dewonoto menyatakan tidak keberatan, menyerahkan pilihan kakaknya itu.

42. Pandhu Dewonoto pergi menuju ketempatnya. Dewi Gendari, ditinggalkan. Sepergi Pandhu Dewonoto hatinya sangat sakit sebab tak dapat menolak perintah Pandhu Dewonoto. Dalam ketidak puasannya. Dewi Gendari

melontarkan kata kata kutukan untuk waktu waktu selanjutnya keturunan Dewi Gendari dan Pandhu Dewonoto tak mungkhi terjadi kesesuaian pendapat, selamanya akan bermusuhan.

43. Dewi Gendari mengkiaskan pergaulan keturunan mereka seperti anjing dengan kucing. Setibanya ditempat Pandhu Dewonoto bertemu dengan adiknya ialah Yomowiduro. Pandhu Dewonoto lalu menitipkan para putri boyongan. 44. Ia juga menawarkan kepada Yomowiduro, bila ada putri yang dikehendaki,

dipersilahkan memungutnya. Ia ingin pergi lagi kenegeri Mandura, ingin mengikuti sayembara pilih. Adiknya menyetujui.

45. Keberangkatan Pandhu diantaroleh Semar serta anak.nya. Konon khabamya Putra Raja Mandaraka ikut juga dalam perlombaan sayembara. Putra raja Mandaraka itu bernama Norosoma.

46. Perjalanan Norosoma telah sampai dinegeri Mandura bersama sama dengan raja raja dan negeri lain. Mereka mengambil tempat duduk masing masing, ada yang duduk disebelah selatan ada pula yang duduk disebelah utara ringin kembar. Dewi Kunthi mengamati dari atas panggung.

47. Diantara para peserta sayembara pilih itu. Norosomalah yang dipandang oleh Dewi Kunthi berkenan dihati. Raja raja peserta sayembara merasa kecewa hatinya. Maka sayembara pilih dinyatakan selesai. Para raja pulang kembali kepemondokan masing masing.

48. Norosoma kembali ketempat pemondokannya juga. Ditengah jalan bertemu dengan Pandhu Dewonoto. Ia bertanya apa maksud kepergiannya itu. Adakah ingin mengikuti sayembana, dinyatakan sayembara telah usai. Maka

kepergiannya akan sia sia. Norosoma menyatakan bahwa pilihannya jatuh pada dirinya. Pada waktu itu Semar istirahat duduk diatas tunggak. Ia menasihatkan supaya tidak mau mengindahkan anjuran itu.

XXV. DURMO

01. Kyai Semar memperingatkan, akan sia sia perbuatannya. Dinyatakan mereka telah bersusah payah, menempuh perjalanan dari Astina sampai Mandura, kalau tak dapat ikut serta dalam perlombaan sayembara, malu bila menjadi tutur kata buruk orang banyak. Sebaiknya teruskan saja maksudnya.

02. Pandhu Dewonoto mengucapkan berterima kasih atas anjuran kakaknya Norosoma. Tetapi Pandhu Dewonoto pendiriannya : ingin mengikuti

sayembara. Norosoma merasa tidak senang hatinya. Ia merasa bahwa Pandhu bersikap berani terhadapnya.

03. Norosoma bertanya : kalau demikian Pandhu telah berani menentang

04. Ia menyatakan bahwa kepergiannya khusus untuk memenuhi sayembara Raja Mandura. Karenanya maksud tersebut tak dapat dirintangi. Dan perselisihan pendapat antar keduanya, terjadilah perlawanan.

05. Ikat pinggang Pandhu dapat ditangkap, ia dilempar jauh jauh. Ia telah datang kembali, dan dapat menangkap Norosoma, kakaknya. Norosoma dibanting lalu dilemparkan, jatuh terbalik balik.

06. Norosoma merasa kerepotan dalam menghadapi Pandhu itu. Ia segera melafalkan mantera pujaannya, bernama Condhobirowo. Dari dadanya

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 75-88)

Dokumen terkait