• Tidak ada hasil yang ditemukan

XXVII. PANGKUR

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 88-93)

01. Dikhabarkan Begawan Abiyoso pertapa di Rotawu, sepergi cucunya Kurupati, menderita gering. Geringnya itu akibat sebagal seorang tua bangka dibawa lari, diperlakukan sekehendak cucu cucunya yang’rnasih muda belia.

02. Dewi Kunthi beserta putra putranya berangkat dari Sendhang Surukan menuju ke Rotawu ketempat Sang Tapa. Tiba di Rottawu Dewi Kunthi segera bersujud kepada Sang Tapa, lalu diikuti oleh Puntodewo, berikutnya Arjuno, kemudian Nakulo dan Sadewo.

03. Brotoseno tak dapat bersujud tanpa berkata sepatah pun, kakeknya dijunjung tinggi tinggi sambil tegak berdiri. Kernudian perlahan lahan kakeknya didudukkan kembali. Begitulah cara Brotoseno memberi sembah sujud. 04. Sang Abiyoso menyampaikan terima kasih atas kunjunganme mereka.

Kemudian menceriterakan kedatangan Kurupati dengan adik adiknya. Sikapnya tidak sopan, Atas perintah Dhesthoroto ayahnya, Ia minta minyak Tolo,

peninggalan Pandhu. Karena mereka dirasa tidak berhak mewarisi, maka tidak diberikan.

Dinyatakan dia tidak tahu menahu.

05. Kurupati dan adik adiknya meraba raba keseluruh tubuh tiada terdapat Dengan keras Sang Abiyoso didorong dorong dari depan. Abiyoso jatuh terlentang.

06. Kopiyahnya terjatuh, cupu tempat menyimpan minyak Tolo terpental, lalu diambil oleh Kurupati dibawa kenegeri Astina, Sang Abiyoso menyatakan peristiwa tersebut baharu saja terjadi. Maka diminta Brotoseno mengejar untuk meminta kembali, diberitahukan kalianlah yang berhak mewarisi.

07. Sang Abiyoso memperingatkan jangan sampai cupu jatuh ketangan Dhesthoroto. Alkisah Kurupati dan adik adiknya telah mencari tempat

pertemuan dua buah sungai. Disitulah mereka sah melakukan mandi, jadi bukan sembarang air sungai. Lagi pula mereka mandi harus hingga betul betul bersih. 08. Kelima orang cucu Abiyoso, Pandhu mengindahkan perintah kakeknya.

Sebelum berangkat Abiyoso telah menjelaskan peri laku yang harus dijalankan. Brotoseno didepan Dhesthoroto harus menyamar sebagai Kurupati, baik

tingkah laku maupun suaranya juga menyamar sebagai Dursosono.

09. Abiyoso mengingatkan bahwa Dhesthoroto itu buta, maka tak mungkin dia mengetahuinya. Abiyoso berpesan dengan sungguh sungguh agar jangan sampai dapat dirangkul, itu berbahaya. Setelah cukup diberi pesan pesan penting, berangkatlah kelima orang cucunya itu. Perjalanannya diantar oleh Kyai Semar serta anak anaknya.

10. Perjalanan masuk istana masuk pintu belakang. Akhirnya sampailah dihadapan Dhesthoroto. Brotoseno bertingkah laku dan bersuara menyamar Kurupati. Ia melaporkan bahwa telah mandi dan berlangir ditempat sesuai dengan petunjuk Raja Dhesthoroto.

11. Pada saat Brotoseno berdatang sembah kepada Raja Dhesthoroto itu, Puntodewo, Arjuno, Nakulo, Sadewo, Semar dan anak anaknya, menyamar mengadakan suara mirip dengan suara para Korawa. Suaranya riuh gaduh, seolah olah suara datang orang banyak. Raja Dhesthoroto menanyakan apakah kalian telah selesai mandi, Brotoseno menjawab sudah.

12. Minyal Tolo lalu diserahkan Brotoseno yang pada waktu itu menyamar sebagai Kurupati menyambut cupu. Dia memberi tahu bahwa penerima cupu bukan Kurupati, melainkan Brotoseno.

13. Meskipun merasa bahwa tertipu, namun Raja Dhesthoroto berkata dengan nada pura pura. Baginda menyatakan hal itu bahkan kebetulan sekali, sehab baginda telah sangat rindu kepada para putra Pandhu adiknya. Kalian telah lama

terpisahkan. Dan sebab sangat rindunya Raja Dhesthoroto menyatakan ingin merangkul tubuh Brotoseno untuk melampiaskan rindunya, Brotoseno lalu mengambi batu besar, setinggi tubuhnya, diletakkan didepan Dhesthoroto 14. Sesudah itu ia rnundur selangkah serta berkata kepada uwaknya,

mempersilakan merangkulnya. Dhesthoroto melangkah maju dengan maksud ingin merangkul Brotoseno. Namun Brotoseno telah mundur beberapa langkah. Akibatnya Brotoseno tak berhasil dapat dirangkul, yang dapat dirangkul adalah batu besar setinggi Brotoseno. Karena terkena rangkul dan Dhesthoroto yang sedang mengenakan kesaktiannya itu, maka batu tersebut menjadi hancur lebur. 15. Brotoseno tercengang melihatnya. Ia mengagumi kesaktian uwaknya.

Brotoseno melontarkan kata kata pendeta. Dia mengatakan bahwa uwaknya tidak saja buta mata kepalanya, bahkan mata hatinya pun buta peka. Dikatakan uwaknya tak tahu berbuat kebajikan, tak rnau mensyukuri nikmat yang

diberikan lain orang.

16. Brotoseno beserta saudaranya lalu minta diri meninggalkan Negeri Astina menuju kegunung Rotawu. Setibanya didepan kakeknya Brotosenon

Ia memerintah cucu cucunya cepat cepat mandi. Setelah selesai mandi, diharap mereka segera kembali, selanjutnya tubuh mereka dilumas dengan minyakTolo. 17. Puntodewop beserta adik adiknya mengindahkan semua petunjuk dari

kakeknya. Sehabis mandi mereka cepat cepat kembali. Dipertapaan tubuh mereka masing masing dilumas dengan minyak Toto. Minyak Tolo telah digunakan tinggal tempat penyimpannya saja. Para putra Pandhu behasil memiliki kekebalan dari semua senjata.

18. Alkisah para Korawa sebanyak seratus orang telah mengindahkan petunjuki petunjuk ramanda Raja DhesthOroto, yaitu mandi bersih bersih, dimana tempat bertemunya sungai dengan laut. Sesudah itu mereka pergi kembali masuk keistana.

19. Diistana para Korawa sebanyak seratus orang, bertemu dengan ayahanda. Kurupati meberitahukan bahwa para putra telah selesai mensucikan diri. Mereka mengharap segera tubunya dilumas dengan minyak Tolo. 20. Dhesthoroto menyatakan penyesalaannya terhadap kejadian yang telah

menimpa atas dirinya. Diceriterakan sepergi para Korawa menyucikan diri mandi ditempat dengan laut, datanglah Brotoseno diiringi Semar beserta anak anaknya. Kedatangan mereka membuat suara aneka warna, dibuat mirip dengan suara. BimoSeno datang mendekat menyamar tingkah dan suara Kurupati. Dhesthoroto menyatakan kena perangkap tipu daya. Minyak Tolo telah

diserahkan kepada Bimoseno yang menyamar sebagai Kurupati. Dia penyamar Kurupati menyatakan bahwa para Korawa telah selesai menyucikan diri, maka cupu tempat menyimpan minyak Tolo diminta. Tanpa ragu ragu cupu

diserahkan.

21. Dhesthoroto mengatakan bahwa dia tak dapat mengamati wajah mereka yang dapat diperhatikan hanyalah suara. Karena tipu daya mereka, maka cupu telah diserahkan Bimoseno.

22. Dhesthoroto menceriterakan tentang tipu daya balasan. Ia menyatakan seolah olah tidak terdapat rasa kemasgulan, bahkan menyatakan rasa rindu kepada para putra Pandhu yang sekian lama berpisah. Ingin dia merangkul Bimoseno. tetapi keinginan ini tidak tercapai, bahkan menderita malu. yang dapat

dirangkul bukannya Brotoseno, melainkan batu besar setinggi tubuh Brotoseno. Batu hacur menjadi pasir.

23. Kurupati serta adik adiknya, disuruh mengejar para putra Pandhu, merebut kembali cupu yang telah lepas dari tangan ayahnya. Berangkatlah para Korawa dibawah pimpinan Sengkuni, mengejar para Pendhawa, Barisan Kurawa telah hampir tiba dipertapaan Begawan Abiyoso. Brotoseno melihat gelagat

pertapaan Rotawu akan diserang lawan. Segera ia menyiapkan diri untuk melawan.

24. Brotoseno lalu turun kelambung gunung menghadapi lawan. Nakulo dan Sadewo pun turun dari gunung tempat Begawan Abiyoso bertapa.

Kepergiannya diikuti oleh Kyai Semar. Mereka telah tiba dikaki gunung. Brotoseno telah berlaadapan dengan Kurupati. Keduanya telah saling menantang, Saling mencela. Akhirnya terjadilah perkelahian hebat.

25. Kurupati terlengah, dapat ditinju dengan keras, kena pada pelipisnya. Ia jatuh terkapar, segera diangkut mundur. Dhursosono datang membantu. Ia terlengah dapat ditangkap disekap erat erat, selanjutnya dilemparkan jauh jauh, jatuh bagaikan diempaskan ditanah. Dia tak sadarkan diri.

26. Para Korawa yang lain datang.rnengeroyok. Namun tak mendatangkan rasa ketakutan bagi Brotoseno. Korawa yang datang mengeroyok, seorang demi seorang ditangkap dan dilempar. Tiada seorang pun dapat meloloskan diri. 27. Haryo Sengkuni menyaksikan rusaknya pasukan Korawa akibat amukan

Brotoseno. Ia amat iba hatinya, lalu minta belas kasihan dari Brotoseno, agar mau meredakan amarahnya. Sengkuni menunjukkan korban dari amukan, bergelimpangan disana sini sambil merintih mengeluh kesakitan.

28. Sengkuni menyatakan orang berbuat dosa, para putra yang menanggung

akibatnya. Sengkuni mengakui dipihaknyalah sesungguhnya sumber kerusuhan. Oleh karena itu ia memintakan ampun untuk segenap pasukannya. Dia berjanji akan menarik mundur pasukannya.

29. Mendengan kata pengiba iba dari Sengkuni, menjadi redalah kemarahan

Brotoseno. Cupu diserahkan kepada Sengkuni. Sengkuni rnenerima penyerahan cupu tempat menyimpan minyak Tolo.

30. Tutup cupu dibukanya, ternyata isinya telah habis. Sengkuni mengambil sisa minyak seadanya, dioleskan pada tubuhnya. Cupu lalu diisi dengan air. Kemudian Sengkuni menarik mundur pasukannya. Mereka yang menderita kesakitan diangkut dengan tandu.

31. Pasukan Astina yang ditarik mundur itu perjalanannya telah tiba dinegerinya. Sengkuni lalu masuk kedalam istana. Ia melaporkan bahwa pengejaran para Pandawa berhasil dapat dikejar, tetapi perlawanan pun terjadilah. Cupu dapat dirappas, sayang keadaan sudali kosong. lsinya telah dipakai oleh para Pandawa.

32. Cupu kosong lalu diserahkan kepada Raja Dhesthoroto. Baginda amat menyesal lagi marah. Cupu diempaskan ketanah, Cupu pun jadi hancur. Hati Dhesthoroto bingung tak menentu. Para Korawa dinasehatkan kembali. 33. Ceritera beralih mengenai para Pandawa. Sesudah Brotoseno berhasil

memundurkan Korawa, ia beserta saudaranya kembali menghadap kakeknya. Tiba dipertapaan Brotoseno memberikan laporan kepada Sang Begawan, hasil penunaian tugas dari kakeknya Begawan Abiyoso puas hatmya.

34. Istirahat sejenak, Sang Abiyoso berkata kepada cucunya ia mengutarakan pendapat, kalau keadaan seperti yang mereka alami itu berjalan berlarut larut, bagaimana hasil kajian nanti. Ia menasihatkan agar berani membuka rimba yang terletak disebelah barat dari tempat pertapaan Sang Begawan. Rimba itu disebut hutan Martani.

35. Para Pandawa menyanggupi perintah kakeknya, mereka lalu berangkat menuju tempat hutan Martani. Kyai Semar dan Dewi Kunthi tak ketinggalan. Mereka lalu membangun tempat istirahat ditepi sungai didekat pantai.

36. Sesudah tempat peristirahatan selesai dibangun, pekerjaan membuka hutan dimulai siang hari sehabis menngerjakan membuka imba, ditempat itulah mereka beristirahat. Malam hari mereka tidur ditempat itu pula. Apa yang dimakan, adalah umbi umbian yang didapat dari hutan itu. .

37. Sepanjang ceritera, terdaptlah ceritera tentang Negeri Prnggadani dan Rajanya bergelar Raja Arimba. Saudaranya ada empat orang. Adikk Raja Arimba, seorang wanita, langsing bentuk tubuhnya, cantik paras mukanya Putri itu bernaaa Arimbi.

38. Adik laki laki Arimba tiga orang. Adik Arimbi bernama Brojodento, adik Brojodento bernarna Brojolamatan, yang terakhir Brojumustika.

39. Konon Raja Arimba mengumumkan sayembara. Isi sayembara barang siapa dapat megalahkan kesaktiannya, adiknya, Dewi Arimbi akan diserahkan kepada

pemenng. Bila tak ada yang mampu mengalahkan. Arimbi dilarang kawin. Rasa berat hatinya sama berat dengan bila dimadu.

40. Dewi Arimbi amat bersedih hati. Siang malam berdoa kepada Dewa agar mendapat karunia suami. Hyang Pramesthi memerintah Bethara Narada turun kemarcapada membawa berita yang harus disampaikan kepada Dewi Arimbi. Hyang Narada memberi tahu bahwa calon suami Dewi Arimbi adalah seorang pria bernama Werkudara. Diharap sabar menanti pertemuan itu akan terjadi didalam hutan Martani.

41. Werkudoro sedang membuka hutan yang nantinya akan dijadikan kota.

Dijelaskan saudara tua dari Brotoseno ialah Puntodewo. Berturut turut adiknya yartu Janawi, Nakulo Sadewo. Sesudah lengkap, Hyang Narada memberikan penjelasan, segera kembali ke Kahyangan.

42. Sepergi Hyang Narada, adik adik Arimbi bernama Brojodento, Brojokalpo dan Brojomusthi dikumpulkan

43. Setelah berkumpul, mereka diberitahu bahwa Hyang Narada telah menjelaskan bahwa calon suaminya seorang satria gagah perkasa bernama Brotoseno. Dia sedang membuka hutan Martani. Pembantu tugas itu adalah empat orang saudaranya. Penjelasan selanjutnya ia diwajbkan membantu Dewi Arimbi, minta pendapat dari adik adiknya..

44. Adik adik Arimbi mendukung bila kakaknya bermaksud ingin membantu pekerijaan Brotoseno. Dewi Arimbi minta pendapat tentang pemberitahuan kepada kakaknya Raja Arimba. Adik adiknya merasa tidak perlu memberi tahu kepada kakanda Raja Prmggodani. Menurut hematnya sayembara yang

diadakan Raja Arimba merugikan pihak lain, tak perlu dipatuhi.

45. Secara diam diam mereka meninggalkan Negeri Pringgadani. Konon mereka yang membuka hutan Martani itu sedih hatinya. Kalau berhasil menebangi batang didepan, pohon pohon dibelakangnya pulih kemball dengan subur. Mereka berhenti dibawah pohon beringin sambil mengenang hasil kerja yang sangat mengecewakan itu.

46. Tersebutlah dalam ceritera, kedatangan empat orang raksasa, seorang diantaranya seorang raksasa perempuan, mereka berhenti didekat kelompok putra Pandhu. Puntodewo menanyakan dari manakah asalnya, apa pula maksudnya. Puntodewo menilal raksasa wanita itu cantik cakap, sayangwajahnya berujud wajah raksasa.

47. Dewi Arimbi menjelaskan mereka berasal dari negeri Pringgadani Rajanya ialah saudara tertuanya bernama Arimba. Kedatangan kalian memenuhi petunjuk Dewa supaya membantu Brotoseno. Dewa mentakdirkan Brotoseno itulah calon suami.

48. Dewa menyatakan dalam perkawinan dengan Brotoseno nanti akan mendapat anugerah seorang putera yang sakti perkasa. Puntodewo menyerahkan

keputusan pendapat dan Brotoseno sendiri mengenai setuju atau tidak. 49. Brotoseno menjawab tak mungkin jadi seorang manusia pria kawin dengan

seorang raksasa wanita. Ucapan Brotoseno itu bertujuan agar Dewi Arimbi mengurungkan keinginan. Ternyata kejadian hasil sebaliknya.

50. Brotoseno mengajukan persaratan yang perlu mendapat tanggapan,

pertimbangan dan kesanggupan Brotosen bersedia memperistri kepada Dewi Arimbi apabila sanggup dan dapat membersihkan semua batang yang tumbuh dalam rimba Pringgadani dalam waktu tiga hari.

51. Dewi Arimbi menyanggupi. Adik adiknya dimintai bantuannya dengan sungguh sungguh. Mereka mencabuti batang batang kayu dari udara. Dalam

jangka waktu tidak lama, hutan Martani telah merupakan tumpukan batang kayu. Arimbi mendatangkan topan badai bersamaan dengan marak api. Batang batang kayu terbakar api lalu dilanda topan. Seketika itu juga hutan Martani jadi bersih. Tiada sepotohg kayu pun ketinggalan.

52. Syahdan Hyang Pramesthi menyuruh Yang Narada turun ke Marcapada membawa Kalimasada untuk kelima bersaudara. Sebagai pemegang adalah Puntodewo

53. Selain itu Hyang Pramesthi menganugerahkan juga gada raksasa pusaka untuk Brotoseno. Sesudah bersih, hutan Martani dari pohon pohon pengganggu pembangunan sebuah kota, maka Dewi Arimbi datang bersujud kepada Puntodewo.

54. Ia menagih janji yang telah diberikan kepadanya. Puntodewo melanjutkan tuntutan janji yang telah diberikan kepada Arimbi. Puntodewo menjelaskan : tidak. baik : orang mengingkar janji. Brotôseno mendengus dengus dan menarik nafas panjang, tanda tak puas rasa hatinya.

Dalam dokumen Manik Maya 1 (Halaman 88-93)

Dokumen terkait