• Tidak ada hasil yang ditemukan

Qanun Kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Tugas

KABUPATEN ACEH SINGKIL

3.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh

3.1.2 Qanun Kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Tugas

dan Fungsi Dinas Perkebunan

92

Hasil wawancara dengan Bahtiar Hasugian S.ag, MM selaku tokoh masyarakat pada tanggal 7-01-2017 pukul 19.00 Wib

Dalam Qanun ini menjelaskan tentang wewenang dan fungsi dari pemerintah dalam hal ini yaitu dinas perkebunan dalam mengelola sumber daya alam perkebunan di Aceh Singkil. Dinas perkebunan merupakan unsur pelaksana pemerintah kabupaten dimana dinas perkebunan kabupaten dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Dinas perkebunan kabupaten mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang perkebunan yang menjadi tanggung jawabnya dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah atau pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sementara fungsi dinas perkebunan Aceh Singkil yaitu :

1. melakukan pembinaan berdasarkan kebijaksanaan yang di tetapkan bupati; 2. melakukan bimbingan tehnis dibidang perkebunan;

3. melaksanakan pengawasan dan pemberian dan pembinaan usaha perkebunan sesuai dengan pokok; menyelenggarakan pelaksanaan penyuluhan; melaksanakan pengkajian penerapan tekhnologi di tingkat usaha tani; melaksanakan urusan umum, perlengkapan kepegawaian, keuangan serta ketatausahaan dinas perkebunan;

4. Melakukan pengawasan dan bimbingan unit pelaksanaan teknis dinas dan cabang dinas di bidang perkebunan kabupaten.

Untuk mengefektifkan pekerjaan dalam dinas perkebunan, Qanun ini juga menjelaskan tentang susunan organisasi dinas perkebunan kabupaten Aceh yang terdiri dari :

1. kepala dinas, 2. wakil kepala dinas,

3. bagian tata usaha membawahkan : sub bagian umum, sub bagian keuangan dan sub bagian kepegawaian.

4. Sub dinas kelembagaan usaha, membawahkan : seksi sumber daya pengendalian lahan; seksi pengawasan dan perizinan usaha; seksi kelembagaan ekonomi petani dan pemodal;

5. Sub dinas pembenihan dan produksi, membawahkan : seksi tanaman tahunan perkebunan; seksi tanaman semusim perkebunan; seksi tanaman buah dan sayuran.

6. Sub dinas proteksi , membawahkan : seksi pengendalian UPT; seksi pengawasan peredaran pupuk, pestisida dan alsim; seksi penanganan komplik sosial dan kebakaran.

7. Sub dinas perencanaan, membawahkan : seksi data dan statistik; seksi program dan angaran; seksi evaluasi dan pelaporan.

8. Sub dinas pengelolaan dan pemasaran, membawahkan : seksi pengembangan tekhnologi pengolahan; seksi alat mesin dan pengembangan produksi; seksi promosi dan analisis pasar.

Sementara unit pelaksana tekhnisi dinas mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksanaan teknis oprasional dinas perkebunan. Unit pelaksana tekhnis dinas dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawahtanggung jawab kepala dinas perkebunan. Pembentukan unit pelaksana tekhnis dinas hanya

dimungklinkan jika memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya dinas perkebunan, unit pelaksana teknis dinas, kelompok jabatan fungsional menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan singkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas masing-masing. Kepala dinas perkebunan melaksanakan tugas perumusan bahan rencana dan program penyiapan bahan- bahan laporan dinas serta pembinaan organisasi dan tatalaksana; kepala dinas perkebunan melaksanakan tugas-tugas pokok dibantu oleh seorang wakil kepala dinas yang bertanggung jawab kepada kepala dinas dan bupati kabupaten Aceh Singkil; kepala dinas perkebunan diwajibkan memberikan petunjuk membina membimbing dan mengawasi pekerjaan unsur-unsur pembantu dan pelaksana yang berada dalam lingkungan dinasnya.

Setiap pimpinan unit kerja dilingkungan dinas berkewajiban memimpin bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan bagi pelaksanaan tugas bawahan; apabila kepala dinas berhalangan menjalankan tugasnya, maka kepala dinas harus menunjuk seorang pegawai untuk melaksanakan tugas kepala dinas dengan mempedomani daftar urut kepangkatan dan melaporkannya kepada bupati melalui sekretaris daerah kabupaten. Pasal 13 setiap unit kerja dilingkungan dinas wajib melaporkan pelaksanaan tugas secara berkala kepada atasan; setiap laporan yang diterima oleh pimpinan unit kerja dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan petunjuk kepada

bawahan dan setiap laporan yang disampaikan wajib ditembuskan kepada pejabat lain yang secara fungsional mempunyai hubungan keja.

Dilihat dari makna uraian Qanun kabupaten Aceh Singkil diatas bahwa Qanun tersebut merupakan kebijakan yang diamanahkan untuk merealisasikan kebijakan pengelolaan sumber daya alam berdasarkan Qanun provinsi Aceh. Senada dengan pendapat dari kepala dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten Aceh Singkil Abdul Haris, SP, MM:

“Qanun kabupaten Aceh Singkil no.19 tahun 2002 merupakan kebijakan yang diamanahkan untuk merealisasikan Qanun provinsi Aceh tentang pengelolaan sumber daya alam. Hal ini dikarenakan kebijakan pengelolaan sumber daya alam berdasarkan Qanun Aceh masih sangat umum , maka harus dijabarkan lagi secara terperinci dalam kebijakan turunan di daerah yang langsung mengkaji strategi pengimplementasiannya terhadap Qanun provinsi Aceh khususnya tentang tugas dan fungsi dinas yang terkait dengan itu. Sehingga nantinya dapat di sinergis kan kedua kebijakan tersebut93.”

Sedangkan dalam pelaksanaan Qanun ini, banyak pendapat dari berbagai pihak yang bisa membuktikan secara objektif tentang realisasi kebijakan ini terhadap masyarakat dan pihka-pihak lain yang menjadi objek kebijakan ini. Tanggapan dari pihak perusahaan menyatakan pemerintah sudah berjalan dengan baik dalam pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil. Hal itu disampaikan oleh pihak ADM PT.Socfindo, menyatakan :

“Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah berjalan dengan baik dengan adanya dukungan yang dilakukan oleh pemerintah Aceh Singkil dalam pengembangan dan pelestarian kelapa sawit melalui pelayanan perijinan akses lahan, perpanjangan Hak Guna

93

Hasil wawancara dengan kepala dinas perkebunan Abdul Haris, SP, MM. kabupaten Aceh Singkil Pada tanggal 4-01-2017 di kantor dinas perkebunan dan kehutanan pada pukul 11.30 Wib

Usaha (HGU), pembayarang pajak bumi bangunan, pajak kendaraan, redistribusi daerah. serta dukungan moril dalam pengembangan usaha perkebunan sawit di Aceh Singkil94.”

Sementara dirinjau dari penilaian dari masyarakat ,menilai bahwa dalam melihat pelaksanaanya berjalan dengan baik atau tidak dilihat dari hasil kinerja yang dilakukan pemerintah. Artinya jika kebijakan itu sudah berjalan dengan baik maka kesejahteraan masyarakat juga akan baik, begitu juga sebaliknya, jika kinerja pemerintah kurang baik maka imbasnya kepada kesejahteraan masyarakat juga akan rendah. Hal itu senada dengan pendapat salah satu tokoh masyarakat Bahtiar Hasugian, S.ag, MM , menyatakan :

“Seperti pendapat saya sebelumnya ,melihat kehidupan masyarakat yang tingkat kesejahteraannya masih rendah ditambah lagi pemahaman dalam pengelolaan sawit masih minim, ini membuktikan kinerja pemerintah perlu di evaluasi lagi. Supaya kedepannya tujuan dari Qonun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 dapat dengan nyata direalisasikan. Karena antara kinerja dengan hasilnya dilapangan itu dilihat dari sasaran kebijakan itu sendiri. Artinya ketika Qanun itu dijalankan dengan baik maka hasilnya juga akan baik, begitu juga sebaliknya95.”

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan yang tertuang dalam Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam juga belum mencerminkan penyelenggaraan kebijakan yang berpihak pada masyarakat. Dalam hal ini pengusaha beranggapan kebijakan berjalan dengan baik sementara pihak masyarakat menganggap bahwa kebijakan belum berjalan dengan baik. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penyelengaraan dalam kebijakan ini lebih berpihak kepada perusahaan dibandingkan kepada masyarakat.

94

Erikson Ginting, SP, Op.Cit

95