DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Transkrip Wawancara
Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kabupaen Aceh Singkil
Nama : Drs. Azmi
Pekerjaan : Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil
1. Bagaimana Bagaimana proses penyusunan Qonun Aceh mengenai
pengelolaan sumber daya alam yang tertuang dalam Qonun Aceh
No.21 Tahun 2002 terhadap Qonun Kabupaten Aceh Singkil No.19
Tahun 2002 serta bagaimana kaitannya ?
Jawaban :
“Mengenai Proses Penyusunan Qanun pemerintah daerah kabupaten tidak
memilki wewenang sehingga dalam proses penyusunannya juga
pemerintah daerah kabupaten tidak bisa melakukan penjabaran. Yang
berwenang untuk melakukan proses penyusunan Qanun adalah pemerintah
provinsi. Hal inilah yang membedakan provinsi Aceh berbeda dengan
pemerintah daerah lainnya di Indonesia.
2. Bagaimana pemaknaan inti dari Qonun Aceh No.21 Tahun 2002
Tentang pengelolaan sumber daya alam dan Qonun Kabupaten Aceh
Aceh singkil No.19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan ?
Jawaban :
kabupaten tidak memiliki kewenangan kebijakan daerah sendiri tentang pengelolaan sumber daya alam. Sehingga pemerintah kabupaten tidak dapat membuat penjabaran secara terperinci untuk mengelola sumber daya alam. Contohnya Pengelolaan sumber daya alam perkebunan di Aceh Singkil merupakan kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil dan Pemerintah Provinsi Aceh, dalam hal ini ketika melakukan kemitraan dengan pihak perusahaan dengan luas areal 200 ha kebawah adalah kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil, sementara luas areal diatas 200 ha adalah kewenangan pemerintahan Provinsi Aceh. Sehingga perlu dilakukan peninjauan kelapangan untuk memastikan tidak terjadinya tumpang tindih dengan masyarakat, memastikan kawasan dengan melihat peta wilayah kabupaten Aceh Singkil supaya nantinya tidak terjadinya masalah penguasaan lahan. Maka perlu memastikan perijinan dari dalam kabupaten sebelum mengirim perijinan diluar kabupaten. Perijinan yang tidak mengalami masalah akan langsung diproses kemitraannya dengan pemerintah
3. Apakah sudah terealisasikan atas amanat yang telah ditentukan dalam
Qonun Aceh tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Aceh Singkil ?
Jawaban : Karena kebjakan dalam Qanun Aceh masih belum dijabarkan
secara terperinci tentang pengelolaan bersama, maka pemerintah daerah
sulit untuk menjabarkannya, seyogyanya pemrintah Aceh dapat
mempertajam lagi dengan peraturan gubernur lagi. Artinya program
pemerintah dipadu serasikan dengan program kerjasa sama dengan
perusahaan maupun masyarakat. Seharusnya pemerintah provinsi Aceh
harus memperhatikan tentang pengelolaan perkebunan sawit dengan
agenda yang berkelanjutan, dan mengeluarkan aturan yang lebih terperinci
tentang pelaksanaan Qanun provinsi Aceh nomor 21 tahun 2000, supaya
kedepannya pemerintah daerah mampu memiliki saham perkebunan sawit
didaerah Aceh Singkil. Seyogyanya pemerintah harus mengambil tindakan
ketika terjadi perpanjangan HGU perusahaan yang telah habis, dengan
catatan pemerintah mendapat jatah pengelolaan sedikitnya 25-30 %.
kali pemerintah daerah dapat memiliki saham sampai 100% atas
perkebunan sawit. Dengan begitu pemerintah daerah akan lebih mudah
mengalokasikan pendapatan dari perkebunan sawit untuk masyarakat.
4. Bagaimana kesepakatan hasil produksi antara pihak pemerintah
kabupaten Aceh Singkil dan pemilik usaha industri perkebunan sawit
atas keberadaan industri terhadap kemajuan dan keberlangsungan
ekonomi masyarakat ?
Jawaban :
Kita sudah sepakat dari awal dengan pihak perusahaan yang membangun
pabrik dan perkebunan di daerah ini, yang pertama mereka harus bias
bekerja sama dengan petani kebun sawit kita, artiannya produksi petani
sawit kita meningkat apabila mereka menyentuh baik dalam hal SDM
petani sawit kita atau baik dalam stimulus yang lain seperti bibit, sehingg
mereka harus proaktif untuk meningkatkan produksi petani sawit kita. Jadi
bukan pemerintah semua, karena ketika produksi petani meningkat ini juga
menguntungkan mereka, karena petani juga nantinya akan menjual kepada
mereka. Maka proses ini sebenarnya saling menguntungkan, oleh karena
itu disini peren pemerintah untuk mengawalnya agar berjalan secara
maksimal. Sementara untuk pembangunan daerah kita menggunakan dana
CSR dari perusahaan untuk menyediakan fasilitas kepada masyarakat
contohnya mereka menyekolahkan dokter-dokter sehingga ketika sudah
selesai pendidikannya mereka tarik untuk mengabdi kepada masyarakat.
Akan tetapi selama ini kendalanya perusahaan tidak pernah bekerja sama
dengan pemerintah sehingga kurang kordinasi, sehingga targetan program
dari pemerintah sulit untuk dicapai.
5. Hasil dari produksi sumber daya alam khusunya sektor perkebunan
Jawaban : tidak ada yang dialihkan, yang ada sekarang ini bagaimana
caranya kita supaya ekspor minyak itu tidak melalui Belawan, Sumatera
Utara. Karena ketika dikirim dari belawan kita tidak mendapat pajak
ekspornya, sehingga kita mengupayakan bagaimana menyediakan fasilitas
penimbunan dan pengiriman minyak dari daerah ini. Supaya nantinya
pendapatan daerah dari pengiriman tersebut akan meningkat. Makanya kita
akan meminta kepada gubernur Aceh untuk menyediakan fasilitas itu,
karena kita akan bisa mendapat 10% dari setiap satu kilo ekspor sawit itu.
Kedepannya ini dapat meningkatkan pendapatan Provinsi Aceh dan
kabupaten Aceh Singkil.
6. Berapa persenkah pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah
terhadap perusahaan industri perkebunan sawit swasta?
Jawaban : Tidak ada dikenakan pajak oleh pemrintah daerah karena itu
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang ada hanya
retribusi daerah dari penggunaan lahan. Paling pajak PB yang diterima
oleh pemerintah daerah.
7. Bentuk pengalokasian keseluruhan dana yang dihasilkan baik dari hasil
produksi maupun pajak perkebunan sawit dialokasikan dalam bentuk
apa, serta bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan sosial
masyarakat?
Jawaban :
Tidak ada pajak, karena pajak dari penggunaan lahan dan pajak daerah itu
dikirim ke pusat. Yang ada yaitu dana bagi hasil, sehingga ketika itu sudah
dibagikan ke daerah maka akan didistribusikan kembali oleh pemerintah
daerah dalam bentuk pembangunan sperti jalan, pembangunan sekolah,
Nama : Abdul Haris, SP, MM.
Pekerjaan : Kepala dinas perkebunan kabupaten Aceh Singkil
1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di Kabupaten Aceh
Singkil, serta bagaimana pengaruhnya terhadap kesejahteraan
masyarakatnya ?
Jawaban :
Pengolahan perkebunan sawit sudah semakin membaik, artinya masyarakat sudah lebih baik dalam hal penanaman, kualitasnya juga sudah unggul. Dulunya masyarakat masih belum efektif dalam mengelola perkebunan sawit, ketika ada lahan asal tanam sehingga hasilnyapun tidak memuaskan dikemudian harinya. Ini berimbas pada pendapatan masyarakat yang tidak meningkat secara signifikan.
2. Bagaimana proses penyusunan kebijakan yang tertuang didalam Qonun
daerah Kabupaten Aceh Singkil ?
Jawaban :
Qanun kabupaten Aceh Singkil no.19 tahun 2002 merupakan kebijakan yang
diamanahkan untuk merealisasikan Qanun provinsi Aceh tentang pengelolaan
sumber daya alam. Hal ini dikarenakan kebijakan pengelolaan sumber daya
alam berdasarkan Qanun Aceh masih sangat umum , maka harus dijabarkan
lagi secara terperinci dalam kebijakan turunan di daerah yang langsung
mengkaji strategi pengimplementasiannya terhadap Qanun provinsi Aceh
khususnya tentang tugas dan fungsi dinas yang terkait dengan itu. Sehingga
nantinya dapat di sinergis kan kedua kebijakan tersebut
3. Bagaimana implementasi dari kebijakan yang tertuang didalam Qonun
daerah No.19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan ?
Implementasi dari Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah
berjalan dengan baik, karena pemerintah terus bergerak untuk melayani
masyarakat dalam pengelolaan perkebunan sawit contohnya membentuk
kelompok tani, pemberian bantuan bibit, penyuluhan, dan sosialisasi terkait
pengelolaan perkebunan sawit. Dan kita menempatkan anggota-anggota dari
dinas perkebunan untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat akan
tetapi tetap disesuaikan dengan anggaran yang ada.
4. Bagaimana strategi yang dilakukan dinas perkebunan dalam
merealisasikan Qonun daerah Kabupaten Aceh Singkil tersebut ?
Jawaban :
Kita mengajak masyarakat untuk diberi bimbingan untuk pengelolaan
perkebunan sawit, contohnya ketika ada masyarakat yang sudah lama
menanam sawit akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan luas lahannya, maka
kita ajak mereka untuk meremajakan kembali. Sementara untuk tanah yang
kosong kita sosialisasikan untuk berkebun sawit ini. Dalam hal ini kita
melakukan sosialisasi yang luas ke masyarakat. Karena secara langsung
masyarakat juga sudah melihat bagaimana petani sawit sudah menikmati hasil
dari produksi sawit tersebut, jadi kita tidak sulit lagi mengajak masyarakat,
5. Apakah pengelolaan perkebunan sawit berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat?
Jawaban :
Oh jelas, terutama dari segi ekonomi. Terlihat ekonomi masyarakat
mengalami peningkatan ekonomi secara signifikan sehingga masyarakat sudah
dengan luas lahan 1-2 hektar panen nya 2 kali sebulan. Dengan menanam
sawit , masyarakat tidak setiap hari mengelola sawit. Sehingga mereka masih
bisa mencari pekerjaan lain diluar itu, sehingga mereka bisa mendapatkan
penghasilan tambahan. Sehingga dampaknya masyarakat sudah mampu
mengakses pendidikan untuk anaknya, biaya berobat. Kalo terkait
pembangunan daerah atau sarana dan prasarana yang menunjang peningkatan
kesejahteraan masyarakat itu wewenang pemerintah daerah.
Daftar Pertanyaan Kepada Kepala Desa
1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di Kabupaten Aceh
Singkil ?
2. Apa yang dilakukan seorang kepala desa dalam mengimplementasikan
aspirasi masyarakat desa ?
3. Bentuk dukungan apa yang dilakukan pemerintah daerah dalam
pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat?
4. Apakah pemerintah mendistribusikan hasil produksi perkebunan sawit
terhadap kesejahteraan masyarakat desa ?
5. Apakah Pemerintah memberdayakan masyarakat didalam perlindungan dan
pelestarian perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil, serta apa
dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat?
Jawaban :
Nama : Sutardi
1. Menurut saya kondisi perkebunan sawit di Aceh Singkil khususnya didesa
blok 7 ya biasa, biasanya menghasilkan. Tapi itu untuk yang bermodal
saja, kalo tidak ada modal apa yang mau di pupukkan. Pengelolaan
perkebunan sawit memang memberikan dampak terhadap pendapatan
masyarakat , tapi bagi yang memiliki lahan perkebunan sawit yang paling
diuntungkan. Bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan hanya sebatas
jadi pekerja seperti memanen, merawat, dan menjaga. Pendapatannya jelas
sangat berbeda kalau masyarakat dengan pemilik lahan. Kalau pendapatan
masyarakat dari kerja bagi pengusaha sawit antara 50 rb- 100 rb/hari, akan
tetapi belum tentu kerja setiap hari
2. Yang jelas kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tadi baik,
perbuatan yang baik-baik ajalah kita buat. Kalo untuk menampung aspirasi
kita buat rapat di balai desa untuk membahas tentang kondisi dan
pengelolaan perkebunan sawit.
3. Tidak ada, yang jelas gak ada mereka turun kelapangan baik melakukan
sosialisasi dan penyuluhan.
4. Tidak ada, untuk dirinya sendiri la mungkin. Karena hasil dari produksi
sawit tidak ada imbasnya pada pembangunan fasilitas di desa. Pemerintah
juga tidak pernah turun untuk melakukan tugasnya dalam membimbing
masyarat, dan juga sangat minim bantuan kepada masyarakat desa.
5. Khususnya di desa ini tidak ada, sekarang kan prinsip orang SMS (senang
melihat orang susah, susah melihat orang senang) artinya tidak ada
pemantauan dari pemerintah saat ini dalam menjalankan programnya
tentang pengelolaan perkebunan sawit.
Nama : Tata Angkat
Pekerjaan : Kepala Desa Singkohor Kecamatan Singkohor
1. Biasa saja. Kalo dari pengelolaannya terdapat dampak positif dan negatif.
Dampak positif yaitu masyarakat yang memiliki lahan perkebunan sawit
bisa menabung, karena masa panennya 2 kali sebulan. Sehingga hasil yang
didapatkan bisa seperti gaji PNS yang berdampak pada terpenuhinya
kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan dampak negatifnya kekurangan
air, karena sawit komoditas yang kuat menyerap air.
2. Pemerintah desa berperan memberikan akses dan sarana-prasarana yang
menunjang produksi masyarakat yang berasal dari dana desa. Sehingga ini
akan membantu masyarakat ketika memasarkan sawitnya.
3. Dukungan turun ketika proposal diajukan, maka pemerintah memberikan
bantuan seperti bibit dan pupuk, untuk sosialisasi dan penyuluhan terkait
pengelolaan perkebunan sawit dari dinas perkebunan tidak ada. Terkadang
yang memberikan penyuluhan dan bimbingan adalah perusahaan, karna
4. Tidak ada, karena tidak ada dana hasil produski sawit daerah dialokasikan
untuk pembangunan desa baik fasilitas umum,seperti infrastruktur
kesehatan ,pendidikan, jalan.
5. Tidak dilibatkan, malah terkadang pihak perkebunan yang
memberdayakan masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian
perkebunan sawit nya. Hal ini dilatar belakangi oleh pihak perusahaan
membeli sawit masyarakat, sehinga perusahaan menginginkan sawit yang
dijual masyarakat ke perusahaan mengandung minyak yang banyak dan
berkualitas.
Nama : Arwis, Amd
Pekerjaan : Kepala Desa Kampung Baru Kecamatan Singkil Utara
1. Biasa, namum pihak perkebunan terkadang mau membantu masyarakat
ketika ada bencana, bantuan seperti mesjid ada tapi ala kadarnya.
2. Untuk saat ini memberikan bantuan kepada masyarakat dalam
megajukan proposal ke pemerintah daerah agar cepat diproses.
3. Bentuk dukungan yang dilakukan pemerintah hanya sebatas pemberian
bibit kepada masyarakat tanpa ada pemberian arahan dan penyuluhan
tentang pengelolaan perkebunan sawit dalam rangka pengembangan
dan pelestariannya.
4. Sangat minim, karena pemda jarang mendistribusikan dana bantuan
kesehatan dsb. Kemaren memang ada pembangunan SMP namun
pembangunannya belum rampung.
5. Oh, tidak ada pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan dan
melestarikan perkebunan sawit sehingga tidak ada dampaknya
terhadap kesejahteraan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya.
Daftar Pertanyaan Kepada Perusahaan :
1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Qonun daerah Kabupaten Aceh
Singkil No19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan?
Apakah sudah berjalan sesuai dengan kenyataan sekarang ?
2. Bentuk dukungan apa yang telah dilakukan pemerintah dalam
pengembangan dan pelestarian perkebunan sawit masyarakat ?
3. Usaha perkebunan sawit bapak, apakah di kenakan pajak ?berapa
persenkah pajak yang ditetapkan dan apakah pajak dari perkebunan
sawit masyarakat di sesuaikan dengan harga sawit/kilonya ?
4. Apakah pemerintah daerah berpengaruh dalam menentukan dan
menetapkan harga sawit ?
5. Bagaimana bentuk kerja sama yang dilakukan pemerintah dan
pengusaha sawit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
Jawaban :
Nama : Erikson Ginting, SP
Pekerjaan : ADM PT.Socfindo
1. Yang membuat Qanun itu kan pemerintahan daerah, akan tetapi kami
Qanun tersebut. Kalau pemerintah yang tidak menjalankan kami tidak
tahu, bisa di cek nanti ke pemrintah daerah.
2. Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah berjalan
dengan baik dengan adanya dukungan yang dilakukan oleh pemerintah
Aceh Singkil dalam pengembangan dan pelestarian kelapa sawit
melalui pelayanan perijinan akses lahan, perpanjangan Hak Guna
Usaha (HGU), pembayarang pajak bumi bangunan, pajak kendaraan,
redistribusi daerah. serta dukungan moril dalam pengembangan usaha
perkebunan sawit di Aceh Singkil.
3. Kalau pajak sudah pasti, yang pertama pajak dari perpanjangan HGU
ke pemerintah pusat, yang kedua pajak retribusi seperti pajak
kendaraan ke pemerintah daerah, kemudian pajak perijinan, pajak lain
lain yaitu pajak pendapatan pekerja dan perusahaan yang dibayarkan
ketika ada pembayaran uang. Dalam hal ini PT.Socfindo adalah salah
satu perusahaan yang taat pajak. Kalau mengenai berapa persen
pajaknya kami tidak bisa memberitahukan karena tidak bisa
sembarangan dipublikasikan, kalo pajak pendapatan itu dihitung
apabila pendapatan diatas 36 juta maka akan dikenakan pajak. Info
lebih validnya bisa ditanyakan ke lembaga yang terakit tentang pajak.
4. Tidak bisa karena harga sawit ditentukan oleh kondisi pasar nasional
5. Kalau kerja sama dengan pemerintah tidak ada, akan tetapi dengan
masyarakat ada. Kerja sama itu dilakukan dengan pengalokasian dana
CSR, kemudian kita juga banyak memberikan bimbingan kepada
masyarakat tentang pengelolaan perkebunan sawit, mereka juga
banyak mencontoh. Kita juga tahun lalu memberikan ternak kambing
kepada masyarakat miskin, dan juga beasiswa kepada anak yang
berprestasi (anak pekerja di perusahaan). Ada juga kita membangun
rumah ibadah, posyandu, mengadakan sunat missal, membangun klinik
disekitar lahan HGU, diluarnya tidak ada.
Nama : Hadi Sukoco, Amd
Pekerjaan : CDO/Humas PT.Lembah Bhakti/Astra
1. Kondisi perkebunan sawit saat ini naik turun, tergantung dengan harga
CPO, jadi belum bisa dikatakan stabil. Tahun 2015 harga CPO jatuh
khususnya di Quartal ke-4. Sementara untuk pelaksanaan Qanun
kabupaten Aceh Singkil tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan
sudah dijalankan, pihak dari dinas perkebunan langsung turun untuk
mengecek areal perkebunan, melakukan penyuluhan bersama dengan
masyarakat, melakukan monitoring ke perusaahaan baik produksi
maupun pengelolaan.
2. Dukungan pemerintah kan berbicara mengenai regulasi artinya
dukungan yang diberikan pemerintah adalah perijinan dan memastikan
oriented, jadi ketika pemerintah dapat memastikan iklim usaha
kondusif maka investor pasti akan banyak yang menanamkan
sahamnya begitu juga sebaliknya.
3. Pajaknya ada, tapi secara detail tidak dapat disebutkan, pajak ini kan
banyak, contoh salah satunya adalah pajak penghasilan (Pph), tetapi
kan pajak itu banyak jenisnya. Dapat perusahaan selalu membayarkan
pajak yang merupakan kewajibannya.
4. Pemerintah dapat menetapkan harga secara umum sesuai dengan acuan
yang sudah ditentukan per bulannya. Sehingga perusahaan mengacu
pada harga yang ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi jangan sampai
menetapkan harga dibawah harga yang ditentukan oleh pemerintah.
5. kontribusi pengelolan perkebunan sawit oleh perusahaan kami yaitu
dengan menyediakan dana CSR, dari perusahaan PT Lembah Bhakti
menyediakan dana sebesar 2 M/tahun, dana tersebut digunakan untuk
membangun posyandu, sekolah(tingkat sd), pemberdayaan ibu-ibu
dengan bercocok tanam buah naga, hal ini dijalankann awal tahun
2016. perusahaan juga melakukan pelatihan petani sawit. Akan tetapi
hal ini baru dijalankan. Pelaksanaan kegiatan memakai dana CSR
tahunan. Untuk pembangunan infrastruktur tidak ada, akan tetapi jika
ada jalan rusak kita bantu alat berat.
1. Menurut bapak seperti apa kondisi perkebunan sawit di kabupaten
Aceh Singkil ?
2. Bentuk dukungan apa yang diberikan pemerintah terhadap
keberlangsungan perkebunan sawit masyarakat?
3. Kabupaten Aceh Singkil adalah daerah yang banyak memproduksi dari
hasil perkebunan sawit, apakah ada dampaknya terhadap kesejahteraan
masyarakat ?
4. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Qonun daerah Kabupaten Aceh
Singkil Nomor 19 Tahun 2002 Tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan? Apakah sudah berjalan sesuai dengan kenyataan sekarang
?
Jawaban :
Nama : Bahtiar Hasugian, S,ag, MM
Pekerjaan : Dosen/Guru/Tokoh Masyarakat
1. Kondisinya biasa saja, pengelolaan perkebunan sawit tetap
menghasilkan. Akan tetapi memang dalam pengelolaannya masih
belum seimbang antara masyarakat dengan perusahaan. Artinya dari
segi luas lahan, kualitas pengolahan dan fasilitas produksi pengusaha
masih lebih baik dibandingkan masyarakat. Sehingga dari segi
produktifitas juga perusahaan yang unggul.
2. Saya melihat sejauh ini sangat minim dukungan dari pemerintah baik
dalam memberikan bimbingan maupun fasilitas pendukung untuk
meningkatkan produksi masyarakat. Maka tak heran kita melihat
Seharusnya pemerintah harus merealisasikan hal ini kepada
masyarakat, jangan sampai Aceh Singkil terkenal dengan produksi
sawitnya yang besar akan tetapi kehidupan petani sawitnya tidak
sejahtera.
3. Pengelolaan perkebunan sawit di Aceh Singkil saat ini belum mampu
memberikan pemerataan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, karena
pemerintah belum sepenuhnya mampu mengalokasikan dana hasil
perkebunan sawit yang masuk dalam APBD kepada masyarakat.
Ditambah lagi dalam pengelolaan perkebunan masyarakat masih jauh
tertinggal dibandingka perusahaan, sehinga pendapatan masyarakat
juga masih belum bisa meningkat secara signifikan. Parahnya bagi
yang tidak memiliki lahan perkebunan sawit, tidak diarahkan oleh
pemerintah untuk diberdayakan, contohnya dana CSR perusahaan
selama ini tidak pernah jelas kemana alokasinya dan apa kegiatan yang
dilakukan. Begitu juga dengan upaya peningkatan kesejahteraan dalam
bentuk bantuan kepada masyarakat miskin. Kita lihat saja banyak
sekali rumah tidak layak huni, tingkat kesehatan masyarakat masih
rendah, begitu juga dengan tingkat pendidikannya. Makanya tenaga
kerja dengan pendidikan yang sangat rendah masih sangat banyak di
Aceh Singkil. Sehingga ketika kualitasnya rendah maka upahnya juga
akan rendah, seharusnya ini bisa menjadi agenda yang harus
4. Seperti pendapat saya sebelumnya ,melihat kehidupan masyarakat
yang tingkat kesejahteraannya masih rendah ditambah lagi pemahaman
dalam pengelolaan sawit masih minim, ini membuktikan kinerja
pemerintah perlu di evaluasi lagi. Supaya kedepannya tujuan dari
Qonun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 dapat dengan
nyata direalisasikan. Karena antara kinerja dengan hasilnya dilapangan
itu dilihat dari sasaran kebijakan itu sendiri. Artinya ketika Qanun itu
dijalankan dengan baik maka hasilnya juga akan baik, begitu juga
sebaliknya.
Nama : Dulmusrid
Pekerjaaan : Pengusaha/Tokoh Masyarakat
1. Sudah mulai membaik, kalo dilihat dari sudut pandang sawitnya, tapi
dari segi produksi belum bisa dipastikan. Kenapa bisa seperti itu,
karena baik-buruknya produksi dari sawit dilihat dari bagaimana cara
perawatannya, apakah baik atau buruk. Karena hal tersebut saling
berhubungan dalam mencapai hasil produksinya.
2. Bentuk dukungan yang diberikan oleh pemerintah adalah dengan
memberikan bantuan bibit, pupuk, egrek, kereta sorong/angkong
sebagai fasilitas yang mendorong pengembangan dan pelestarian
perkebunan sawit masyarakat. Tetapi bantuan ini diberikn bagi ang
3. Dampak pengelolaan perkebunan sawit terhadap masyarakat dalam
bentuk infrastruktur masih sangat kurang diperhatikan pemerintah,
seperti di Desa saya blok 7 masih sangat minim, bahkan tidak
tersentuh oleh pembangunan. Sedangkan untuk fungsi dan tugas
pemerintah melalui dinas perkebun pernah dilakukan melalui
pemberian bibit, egrek, pestisida palawija sementara sosialisasi dan
penyuluhan jarang dilakukan, dan jika pun ada agenda nya tidak
merata.
4. Sesuai dengan kata saya yang diawal tadi, bahwasanya pelaksanaan
Qanun nomor 19 tahiun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan, sudah ada berjalan akan tetapi belum maksimal. Masih
banyak persoalan-persoalan tentang pengembangan dan pelestarian
perkebunan sawit masyarakat yang belum bisa diselesaikan, contohnya
masyarakat masih belum paham sepenuhnya untuk meningkatkan
produksi sawitnya, begitu juga dalam perawatannya. Hal ini
disebabkan kurangnya kinerja dalam aspek sosialisasi dan penyuluhan
Q A N U N P R O V I N S I N A N G G R O E A C E H D A R U S S A L A M NOMOR 2.1 TAHUN 2002
T E N T A N G
IIENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
Menimbang : a. bahwa Sumber Daya Alam Merupakan Anugerah Allah Yang Maha Kuasa dan mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan, oleh sebab itu perlu dikelola dan dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan;
b. bahwa Sumber Daya Alam sebagai komponen lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya fungsinya sehingga tetap mampu menunjang pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
c. bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam perlu dilakukan secara bijaksana dengan memp erh itungkan ke butuh an gene rasi ma sa kin i dan masa pendatang;
d, bahwa Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang sudah ada, perlu disesuaikan dengan jiwa dan semangat Otonomi Khusus yang berlaku di Provinsi Nanggroe . Aceh Darussalam;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu ditetapkan Qanun Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Mengingat :1 . Undang - undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran 'Negara Republik Indonesia Tahun 1956' Nomor 64; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2971);
5. U n d a n g - u n d a n g N o m o r 1 0 T a h u n 1 9 7 4 t e n t a n g P e r u b a h a n A t a s Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3045);
6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);
7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3639);
9. Undang -undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
10. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
1 1 . U n da ng - u n da ng No m or 6 T a hu n 1 99 6 t en ta ng P era iran I nd on e sia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);
1 2 . Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia'. Tahun
1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);
14. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik- Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
1 5 U n d a n g - u n d a n g N o m o r 4 4 T a h u n 1 9 9 9 t e n t a n g P e n y e l e n g g a r a Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik I n d o n e s i a T a b u n 1 9 9 9 N o m o r 1 7 2 , T a m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a Nomor 3893);
1 6 . Undang -undang Nomor I8 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Bagi P r o p i n s i D a e r a h I s t i m e w a A c e h S e b a g a i P r o v i n s i N a n g g r o e A c e h Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
1 7 . Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916);
I8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
2 0 . P er a tu r a n Pe me r int a h N o m o r 25 T a h u n 20 00 t e n ta ng K ewe na n g an Pemerintah Pusat dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
21 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia J a s a P e l a y a n a n P e n y e l e s a i a n S e n g k e t a L i n g k u n g a n H i d u p D i L u a r Pengadilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEMUTUSKAN :
menetapkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM.
B A B I
KETENTUAN UMUM
B a g i a n p e r t a m a
Pengertian
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1. Propinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
2. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah Perangkat Negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri alas Presiden beserta para Menteri,
3. Pemerintah Provinsi adalah gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
4. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe: Aceh Darussalam.
5. Kabupaten/Kota atau Sagoe/Banda dan atau nama lain adalah,Daerah Otonom dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang dipimpin oleh Bupati/Wali Sagoe atau Hama lain.
6. Sumberdaya Alam adalah komponen lingkungan hidup, baik hayatimaupun non hayati.
7. Sumber Daya Alam hayati adalah Sumber Daya Alam yang terdiri dari flora dan fauna.
8. Sumber Daya Alam non hayati adalah Sumber Daya Alam yang meliputi air, tanah, udara, bahan galian dan formasi geologi.
9. Pengelolaan Sumber Daya Alam adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi Sumber Daya Alam yang meliputi kebijaksanaan penataan, Pengembangan, pemeliharaan, Pemulihan, pengawasan, dan pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Alam.
10 Orang adalah orang berorang, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hukum,
12. Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang tinggal dalam kawasan tertentu secara turun-temurun berdasarkan kesamaan tempat tinggal dan atau hubungan darah yang memiliki wilayah adat dan pranata-pranata adat tersendiri.
13. Masyarakat setempat adalah sekelompok orang yang tinggal di dan sekitar
kawasan yang berdasarkan pada kesamaan wilayah tempat tinggal. Usaha adalah kegiatan milik perorangan atau sekelompok orang berbentuk dan/atau tidak berbentuk badan hukum.
15. Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam sekelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau direkayasa untuk menciptakan jenis unggul atau kualtivar baru,
Bagian Kedua
Asas,Tujuan dan Sasaran
Pasal 2
Pengelolaan Sumber Daya Alam berdasarkan atas kemanfaatan, keadilan, keefisienan, kelestarian, kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan.
Pasal 3
Pengelolaan Sumber Daya Alam bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi Sumber Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat.
Pasal 4
Sasaran pengelolaan Sumber Daya Alam diarahkan pada :
a. tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam;
b. terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang;
c. terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam;
BAB 11
KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 5
Pemerintah Provinsi berwenang mengelola Sumber Daya Alam di Provinsi yang menjadi Kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga mengelola Sumber Daya Alam yang dilimpahkan menjadi tugas perbantuan
Pasal 6
(1) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah Provinsi berwenang untuk :
a. mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam;
b. mengatur pengendalian, peruntukan dan penggunaan sumberdaya alam;
c. mengendalikan kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak dalam pemanfaatan sumberdaya alam;
d. mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang pemanfaatan secara sektoral akan diatur dengan Qanun tersendiri.
Pasal 7
Pengelolaan Sumber Daya Alam wajib dilakukan secara terpadu sebagai suatu sistem ekologi
Pasal 8
(1) Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara terpadu oleh instansi Pemerintah Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta pelaku pembangunan lainnya.
(2) Keterpaduan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikoordinasikan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab dalam pengendalian lingkungan hidup.
B A B I I I
PERSYARATAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA Al AM B a g i a n P e r t a m a
Prinsip-prinsip Pengelolaan
Pasal 9
Pengelolaan di Provinsi merupakan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat.
Pasal 10
(1) Sumber Daya Alam merupakan unsur lingkungan hidup yang harus dikelola secara arif dan bijaksana sehingga mampu mendukung dan menjamin kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
(2) Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan selaras antara upaya pemanfaatan dan upaya pelestariannya.
Pasal 11
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya dukung untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya
Pasal 12
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) harus dilakukan secara effisien sehingga dapat memungkinkan ketersediaannya dan upaya pemanfaatannya berlangsung dalam waktu relatif lama.
Pasal 13
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan (renewable) harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana sesuai dengan potensi dan daya dukungnya dengan tetap menjaga kondisi ekosistem dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan Sumber Daya Alam tersebut memperbaharui dirinya.
Pasal 14
Pasal 15
( 1 ) Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suatu kawasan harusdilaksanakan d e n g a n m e n g a ku i d a n m e l i n d u n g i h a k - h a k m a s ya r a k a t a d a t a t a u masyarakat setempat serta mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan tersebut,
( 2 ) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengakuan dan perlindunganterhadap hak- hak dan hukum adat setempat dapat ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
B a g i a n k e d u a
P e r i z i n a n
Pasal 16
(1) Setiap orang dalam lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama atas pemanfaatan Sumber Daya Alam.
(2) Setiap usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib memperoleh izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di atas, bagi Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar
dan penting te rha da p lin g ku n ga n wa jib m ela ku ka n Ana lisis Men ge n a i Da mp a k Lingkungan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 17
( 1 ) Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajibdiperhatikan : a. rencana tata ruang;
b. pendapat masyarakat; dan
c. pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan usaha dan/atau kegiatan tersebut.
(2) Keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan kepada masyarakat.
(3) Tata cara penerbitan izin untuk setiap sektor/jenis sumberdaya alam diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
B A B I V
PE-RL114DUNGAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 18
(2) Pemerintah Provinsi dapat menetapkan kawasan lindung dan/atau suaka alam untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dan mempertahankan keanekaragaman hayati serta kelestarian plasma nutfah.
(3) Pengelolaan terhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B A B V
P E N G A W A S A N
Pasal 19
(1) Gubernur melakukan pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan sumberdaya alam.
(2) Untuk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Gubernur dapat menetapkan pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan,
Pasal 20
(1) Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu untuk mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi, serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatannya. (2) Penanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi permintaan petugas pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pengawasan dimaksud dalam ayat (1) dapat melibatkan Masyarakat.
(4) Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut.
B A B V I
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 21
(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam secara adil, demokratis dan berkelanjutan sesuai dengan kearifan tradisional.
(2) Pemerintah Provinsi kewajiban mend3rong peran serta masyarakat dalam
ke g ia t a n p e n g e lo la a n S u m b e r Da ya A la m se b a g a i b a g i a n d a r i penyelenggaraan negara yang baik.
(3) Dalam melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam, masyarakat dapat secara langsung bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau pihak lain.
Pasal 22
Pasal 23
(1) Setiap kegiatan dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam yang berdampak terhadap lingkungan hidup wajib dipertanggungjawaban kepada publik.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 24
(1) Masyarakat dapat meminta keterangan dan penjelasan dari pihak-pihak yang melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam di daerahnya tentang hal-hal yang termasuk informasi publik.
(2) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara lisan atau tertulis yang ditembuskan kepada Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan Gubernur.
Pasal 25
(1) Sebelum kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Sumber Daya Alam dilaksanakan di suatu daerah, pihak pelaksana wajib mensosialisasikan maksudnya kepada masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat guna mendapatkan masukan sebagai bahan pengambilan Keputusan baik bagi pelaksana maupun bagi pejabat yang berwenang.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk menjelaskan kerugian yang akan dialami dan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat sejak perencanaan hingga pasca operasi.
(3) Pada waktu pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pihak perencana wajib menyertakan wakil dari instansi yang mengelola dampak lingkungan, legislatif dan organisasi lingkungan hidup.
(4) Masukan dari masyarakat adat dan/atau setempat harus dinilai secara objektif dan rasional baik melalui pendekatan kualitatif maupun kuantitatif.
Pasal 26
(1) Kegiatan pengelolaan Sumber daya alam wajib evaluasi sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun.
(2) Monitoring dapat dilakukan setiap saat, bila diperlukan.
(3) Setiap evaluasi wajib menyertakan masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar lokasi kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam
BAB VII
HUBUNGAN PEMEGANG IZIN DENGAN PEMEGANG
HAK ATAS TANAH
(1) Pemegang izin usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan dan/atau eksploitasi dan/atau eksplorasi Sumber Daya Alam wajib mengganti kerugian akibat dari usahanya pada segala sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas tanah di dalam lingkungan daerah kegiatan usaha maupun di luarnya dengan tidak memandang apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak sengaja, maupun yang dapat atau tidak dapat diketahui terlebih dahulu.
(2) Besarnya nilai ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan bersama antara pemegang izin usaha dan/atau kegiatan dengan yang berhak, atas tanah atas dasar musyawarah dan mufakat.
(3) Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kata mufakat tentang ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka penentuan diserahkan kepada Gubernur dengan memperhatikan basil musyawarah dan mufakat antara pihak pemegang izin usaha dan/atau pemegang hak atas tanah.
(4) Wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpah kepada Bupati/walikota,
(5) Jika yang bersangkutan tidak dapat menerima penentuan Gubernur tentang ganti rugi sebagaimana dimaksud alam ayat (3) maka penentuannya diserahkan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah atau wilayah yang bersangkutan.
(6) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) beserta segala yang berhubungan dengan itu, dibebankan kepada pemegang izin usaha yang bersangkutan.
B A B V I I I
G U G A T A N P E R W A K I L A N
Pasal 23
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum terhadap kerusakan dan pencemaran Sumber Daya Alam yang merugikan kehidupan masyarakat.
(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terbatas pada tuntutan terhadap pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 29
Jika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat kerusakan dan/atau pencemaran Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat, maka instansi Pemerintah Provinsi yang bertanggungjawab di bidangnya dapat melakukan gugatan untuk kepentingan masyarakat.
Pasal 30
(1) Dalam rangka tanggungjawab pengelolaan Sumber Daya Alam organisasi yang bergerak di bidang itu berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi Sumber Daya Alam.
(2) Organisasi bidang Sumber Daya Alam yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
b. organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tugas menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi sumberdaya alam; dan
c. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.
B A B I X
PENYELESAIAN SENGKETA SUMBER DAYA ALAM
Pasal 31
(1) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. (2) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, maka gugatan
melalui pengadilan dapat, dilakukan setelah tidak tercapai kesepakatan antara para pihak yang bersengketa.
Pasal 32
(1) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam Qanun ini.
( 2 ) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilandimaksudkan untuk mencapai kesepakatan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi, dan/atau mengenai tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi Sumber Daya Alam.
( 3 ) Dalam penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam di luar pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat digunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk bersama oleh para pihak dan/atau pendampingan organisasi non pemerintah untuk membantu penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam.
Pasal 33
( 1 ) Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam melalui pengadilan dimaksudkan untuk memperoleh putusan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi, dan/atau tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh pihak yang kalah dalam sengketa.
(2) Selain untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas keterlambatan pelaksanaan tindakan tertentu tersebut setiap hari.
B A B X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 34
(1) Gubernur berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan/atau pemulihan atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-undang.
(3) Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
(4) Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), didahului dengan surat perintah dari pejabat yang berwenang.
(5) Tindakan penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diganti dengan pembayaran sejunilah uang tertentu.
Pasal 35
Tata cara penetapan beban biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan ayat (5) serta penagihannya ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 36
Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dan (4) dapat dijatuhi sanksi :
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. upaya pemulihan lingkungan; d. pembekuan izin operasi; dan c. pencabutan izin usaha.
B A B X I
PUNGUTAN DAERAH
Pasal 37
(1) Pemegang izin usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib membayar pungutan yang ditetapkan Pemerintah Provinsi seperti iuran tetap, iuran eksplorasi dan/atau eksploitasi dan/atau pembayaran-pembayaran lainnya yang berhubungan dengan usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan eksploitasi Sumber Daya Alam.
(2) Pungutan-pungutan Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Qanun.
(3) Pembagian dimaksud dalam ayat (1) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota diatur lebih lanjut dengan Qanun.
B A B X I I
KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp . 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pendapatan Provinsi,
(4) Akibat kelalaian dari pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang merugikan kehidupan masyarakat harus memberi kompensasi kepada masyarakat, berupa pemulihan kembali Sumber Daya Alam.
Pasal 39
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 ayat (1) diancam pidana dan/atau denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan.
(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pendapatan Pemerintah Provinsi dan harus disetor langsung ke Kas Pemerintah Daerah,
B A B X I I I
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 40
Pada saat berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang ada dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Qanun ini.
Pasal 41
Semua kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam yang telah ada sejak ditetapkan Qanun ini yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib mengikuti ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Qanun ini.
B A B X I V
KETENTUAN IIENUTUP
Pasal 42
(1) Pada saat Qanun ini ditetapkan semua peraturan daerah yang bertentangan dengan Qanun ini tidak berlaku lagi.
(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 43
Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan dalam Qanun ini, secara teknis dan operasional ditugaskan kepada Kepala Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal 44
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar semua orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
GUBERNUR
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
ABDULLAH PUTEH
Diundangkan di Banda Aceh
pada tanggal 15 Oktober 2002 8 Sya'ban 1423
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
THANTHAWI ISHAK
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Bungin, Burhan.2001. Metodologi Penelitian Sosial.Surabaya : Airlangga University Press
Dunn, William. 1998. Pengantar Analisa Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press
Fahrudin, Adi.2012. pengantar kesejahteraan sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Hidayat, Herman. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Husnaini, I usman dan Purnomo Setiady Akbar.2009. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta:Bumi Aksara
Low, Nicholas, Gleeson Brendan. 1998. Politik Hijau: kritik terhadap politik
konvensional menuju politik berwawasan lingkungan dan
keadilan.Bandung: Nusa Media
Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Bidang sosial.Yogyakarta: Gajahmada University Press
Nugroho , Riant. 2008.Public Policy. Jakarta: Elex Media Kumputindo
Person, Wayne. 2001. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Prenada Media Group
Riyadi, Sri Hartini dan Dkk. 2015.Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS)
Suharto Edi.2008.Kebijakan Publik.Jakarta: Alfabeta
Singarimbun, Masri dan Effendi Sofyan. 1995. Metode Penelitian Survei.Jakarta:LP3ES
Suyanto, Bagong dan Sutinah.2005. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tangkilisan, Hessel Nogi S.. 2003. Teori dan Konsep Kebijakan Publik dalam Kebijakan Publikyang Membumi, konsep, strategi dan kasus.Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI
Winarno, Budi.2002.Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media Pressindo
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijakan Publik Teori dan Aplikasinya. Bandung: Danar Wijaya
Sumber Lain :
Buku Putih Sanitasi. 2013. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Kabupaten Aceh Singkil 2013
Dokumen Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Singkil
Majelis Permusyawaaratan Rakyat Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI
Pemerintahan kabupaten Aceh Singkil. 2012. Aceh Singkil Dalam Angka 2012.
Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil. 2015. Aceh Singkil Dalam Angka 2015.
Qonun Aceh Nomor 21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam.
Qanun Kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan
UUD 1945 pasal 33 ayat 3 tentang pengolahan SDA
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2014 pasal III tentang tujuan perkebunan.
UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah
UU 1945 pasal 1 ayat (1)
Situs Internet
Derita-aceh-singkil-kabupaten-tertinggal-yang-dikepung-sawit
https://www.mongabay.co.id diakses tanggal 30 September 2016 pukul 19.30wib
Ini-potensi-kekayaan-aceh-yang-melimpah
http://aceh.tribunnews.comdiakses tanggal 16 September 2016 pukul 20.40 wib
Kontroversi-iqanuni-perda-dengan-karakteristik-khusus
http://www.hukumonline.com diakses tanggal 15 September 2016 pukul 10.35
Lukman santoso Az. 2013.Otonomi daerah dan Menjamurnya Korupsi di daerah http;//investor.co.iddiaksestanggal 22 September 2016 pukul 21.10 wib
Potensi-daerah/perkebunan
http://www.acehsingkilkab.go.id diakses tanggal 25 September 2016 pukul 09.50 wib
Pendapatan-asli-aceh-terus-meningkat
http://aceh.tribunnews.com diakses tanggal 18 September 2016 pukul 13.35 wib
S Suhartono. 2013. Desentralisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk MewujudkanKesejahteraan Masyarakat
download.portalgaruda.org/article.php?article diakses tanggal 12 September 2016 pukul 01.25 wib
Target-penerimaan-rapbk.htm1#.WADDaft8_IU
http://www.delinewsonline.comdiakses tanggal 3 Oktober 2016 pukul 16.20 wib
Tun Kelana Jaya. 2004. Potensi Kekayaan Alam Indonesia
http://jurnal-ekonomi.org/ada-apa-dengan-pengelolaan-sumber-daya-alam-indonesiadiakses tanggal 10 September 2016 23.15 wib
http://www.jkma-aceh.org/meninjau-aceh-paling-sudut-sumatera-aceh-singkil/
diakses pada tanggal 3-11-2016 pukul 7.30 Wib
http://www.acehsingkilkab.go.id/ diakses pada tanggal 4-11-2016 pukul 23.59 Wib
http://www.mongabay.co.id/2016/05/05/moratorium-dan-reviu-perizinan-perkebunan-sawit-di-aceh-seberapa-pentingnya/ diakses pada tanggal 22 Januari 2017 pada pukul 19.44 Wib
Sumber Wawancara
1. Pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil yaitu Bpk. Drs. Azmi selaku sekretaris daerah kabupaten Aceh Singkil Pada tanggal 3-01-2017 di kantor sekretaris daerah pada pukul 11.30 Wib dan Bpk. Abdul Haris, SP, MM. selaku kepala dinas perkebunan kabupaten Aceh Singkil Pada tanggal 4-01-2017 di kantor dinas perkebunan dan kehutanan pada pukul 11.30 Wib
2. Pihak Perusahaan perkebunan sawit di kabupaten Aceh Singkil yaitu Bpk. Erikson Ginting selaku ADM Pt.Socfindo Pada tanggal 3-01-2017 di Kantor Perusahaan PT.Socfindo dan Bpk. Hadi Sukoco selaku Humas/CDO PT.Lembah Bhakti pada tanggal 4-01-2017 pukul 10.00 Wib.
3. Pihak Kepala Desa Di kabupaten Aceh Singkil yaitu kepala desa Singkohor kecamatan Singkohor Tata Angkat pada tanggal 4-01-2017 pada pukul 20.00 Wib, kepala desa blok 7 Kecamatan Simpang Kanan kabupaten Aceh Singkil Sutardi Pada tanggal 5-01-2017 di Kantor kepala desa pada pukul 19.30 Wib, dan kepala desa kampung baru kecamatan singkil utara Arwis Pada tanggal 6-01-2017 di Kantor kepala desa pada pukul 20.00 Wib.
BAB III
ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
KABUPATEN ACEH SINGKIL
Selanjutnya setelah berbagai informasi dan data yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya yang berkenaan dengan profil kabupaten Aceh Singkil serta
tinjauan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tertuang pada Qanun
Provinsi Aceh No.21 tahun 2002 Tentang Pengelolaan sumber daya alam dan
Qanun Kabupaten Aceh Singkil No.19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas
perkebunan. Maka pada bab III ini, peneliti akan memaparkan hasil analisis
terhadap kebijakan pengelolaan sumber daya alam seperti dipaparkan diatas.
Adapun point analisis dalam bab ini yaitu bagaimana kebijakan
pengelolaan sumber daya alam yang tertuang dalam Qanun Provinsi Aceh No.21
tahun 2002 Tentang Pengelolaan sumber daya alam dan Qanun Kabupaten Aceh
Singkil No.19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan . Kemudian,
point selanjutnya yaitu bagaiamana implementasi kebijakan pengelolaan sumber
daya alam khususnya sektor perkebunan sawit terhadap peningkatan
kesejahterahan sosial masyarakat.
Sementara, acuan analisis yang digunakan oleh peneliti sendiri terhadap
seluruh data dan informasi dari penyelenggaraan sistem kerja outsourcing yaitu
dengan menggunakan beberapa referensi teori diantaranya teori kebijakan publik,
kesejahteraan sosial yang telah diuraikan pada bab 1 sebelumnya. Akan tetapi
sebagai catatan dalam uraian analisis ini, uraian masih belum mampu merangkum
secara keseluruhan keadaan pengelolaan sumber daya alam perkebunan yang
terjadi di Aceh Singkil. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses data dan
informasi yang didapatkan oleh peneliti dari pihak pemerintah kabupaten Aceh
Singkil.. Dengan demikian, hasil analisis yang dipaparkan oleh peneliti pada bab
ini setidaknya berada dalam kerangka ketentuan penelitian ilmiah yang berlaku.
3.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh
Singkil
Kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang ada di di provinsi Aceh
terkhususnya di kabupaten Aceh Singkil merujuk pada Qanun Aceh yang setara
dengan Peraturan Daerah (Perda) hal ini dikarenakan kedudukan Aceh sebagai
daerah istimewa. Adapaun dalam sub bab ini akan dikaji lebih dalam tentang
bagaiamana Qanun dalam Qanun Provinsi Aceh No.21 tahun 2002 Tentang
Pengelolaan sumber daya alam dan Qanun Kabupaten Aceh Singkil No.19 tahun
2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan mengatur tentang pengelolaan
sumber daya alam di Provinsi Aceh terkhususnya kabupaten Aceh Singkil baik
dari kewenangan, persyaratan, perijinan, perlindungan, pengawasan, peran serta
masyarakat, hubungan pemegang ijin dengan pemegang hak atas tanah,
3.1.1 Qanun Provinsi Aceh Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Pengelolan
Sumber Daya Alam
Dalam Qonun Aceh nomor 19 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber
daya alam pasal 3 menyebutkan bahwa Pengelolaan Sumber Daya Alam
bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi Sumber Daya Alam dan
keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang
berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat”. Hal ini merupakan
sebuah tujuan yang dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk mencapai kebaikan
bersama baik dalam hal menjaga kelestarian lingkungan serta menjamin
kesejahterahan masyarakat dari hasil pengelolaan sumber daya alam di Provinsi
Aceh. Dalam arti lain kebijakan pengelolaan sumber daya alam merupakan
kebijakan yang diorientasikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk
seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya
pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan
tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang
merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat87.
Kemudian dalam pasal 4 dijelaskan bahwa sasaran pengelolaan sumber
daya alam diarahkan pada tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan
antara manusia dan alam,terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan
generasi sekarang dan generasi meatang, terkendalinya pemanfaatan sumber daya
alam dan terarahnya kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah
87
provinsi berwenang mengelola sumber daya alam di provinsi yang menjadi
kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
juga mengelola sumber daya alam yang dilimpahkan menjadi tugas perbantuan.
Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pemerintah Provinsi
berwenang untuk mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka
pengelolaan sumberdaya alam mengatur pengendalian, peruntukan dan
penggunaan sumberdaya alam; mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
mempunyai dampak dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan mengembangkan
pendanaan bagi upaya pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan Sumber
Daya Alam sebagaimana dimaksud, pemanfaatan secara sektoral akan diatur
dengan Qanun tersendiri.
Pengelolaan Sumber Daya Alam wajib dilakukan secara terpadu sebagai
suatu sistem ekologi Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara terpadu
oleh instansi Pemerintah Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing serta pelaku pembangunan lainnya. Keterpaduan dalam
pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dikoordinasikan oleh
lembaga atau badan yang bertanggungjawab dalam pengendalian lingkungan
hidup. Artinya dalam hal ini pemerintah provinsi yang menjadi actor utama dalam
melakukan proses penyusunan kebijakan terkait pengelolaan sumber daya alam di
melakukan kordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota. Senada dengan
pendapat sekretaris daerah Kabupaten Aceh Singkil menyatakan :
“Mengenai Proses Penyusunan Qanun pemerintah daerah kabupaten tidak
memilki wewenang sehingga dalam proses penyusunannya juga pemerintah daerah kabupaten tidak bisa melakukan penjabaran. Yang berwenang untuk melakukan proses penyusunan Qanun adalah pemerintah provinsi. Hal inilah yang membedakan provinsi Aceh berbeda dengan pemerintah daerah lainnya di Indonesia88.”
Kemudian tentang persyaratan pengelolaan sumber daya alam dijelaskan
bahwa Pengelolaan di Provinsi merupakan tanggungjawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat. Sumber Daya
Alam merupakan unsur lingkungan hidup yang harus dikelola secara arif dan
bijaksana sehingga mampu mendukung dan menjamin kelangsungan kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Adapun beberapa rangkuman persyaratan
pengelolaan sumber daya alam yang terdapat dalam bab ke-3 pasal 9-14 adalah
sebagai berikut :
1. Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan
selaras antara upaya pemanfaatan dan upaya pelestariannya. Pengelolaan
Sumber Daya Alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya
dukung untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
88
2. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui (non
renewable) harus dilakukan secara effisien sehingga dapat memungkinkan
ketersediaannya dan upaya pemanfaatannya berlangsung dalam waktu
relatif lama. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan
(renewable) harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana sesuai dengan
potensi dan daya dukungnya dengan tetap menjaga kondisi ekosistem dan
lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan Sumber Daya Alam
tersebut memperbaharui dirinya.
3. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terdapat pada suatu kawasan
lindung dilarang, bila mengganggu fungsi lindung. Pengelolaan Sumber
Daya Alam pada suatu kawasan harus dilaksanakan dengan mengakui dan
melindungi hak - hak masyarakat adat atau masyarakat setempat serta
mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan tersebut.
Kemudian dalam hal perijinan pengelolaan sumber daya alam dijleaskan
bahwa setiap orang dalam lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama atas
pemanfaatan Sumber Daya Alam. Setiap usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan
Sumber Daya Alam wajib memperoleh izin dari pejabat yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Pemberian izin terhadap
setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan wajib melakukan analisis mengenai dampak lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menerbitkan
1. Rencana tata ruang;
2. Pendapat masyarakat; dan
3. Pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang berkaitan
dengan usaha dan/atau kegiatan tersebut.
Keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan
kepada masyarakat. Tata cara penerbitan izin untuk setiap sektor/jenis
sumberdaya alam diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. Setiap orang
dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran dan
perusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya serta kegiatan yang
dapat mengancam kelestariannya. Pemerintah Provinsi dapat menetapkan
kawasan lindung dan/atau suaka alam untuk menjaga kele