• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reklamasi dalam Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa

kata Bahasa Inggris, to reclaim yang berarti memperbaiki sesuatu yang

rusak. Secara spesifik arti kata reclaim sebagai menjadikan tanah, atau

kata reclamation diterjemahkan sebagai perkejaan memperoleh tanah.89 Secara yuridis, reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh

orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari

sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,

pengeringan lahan atau drainase90.

Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumberdaya dan manfaat

yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Seiring dengan

perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya, manusia

memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan. Konsekuensi

88 Jimly Asshiddiqie.2006. Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI. Jakarta. Hal.163

89 John M. Echols dan Hassan Shadily. 1992. Kamus Inggris-Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta.

90 Pasal 1 angka (1) Peraturan Presiden No. 122 tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan

ekonomi masyarakat91.

Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah

yang selama ini terlupakan, yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya

memiliki kualitas lingkungan hidup rendah. Fenomena ini bukan saja

dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, misalnya

Belanda, Jepang, Hongkong, Singapura, dan Uni Emirat Arab, sehingga

daerah pantai menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam

menyelesaikan penyediaan hunian penduduk perkotaan. Penyediaan lahan

di wilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang

sudah ada, seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain

sebagainya yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan

sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang dapat memberikan keuntungan

secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.

Dalam teori perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah

satu langkah pemekaran kota. Biasanya reklamasi dilakukan oleh negara

atau kota besar dengan laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya

meningkat pesat, tetapi mengalami kendala keterbatasan lahan. Kondisi ini

tidak lagi memungkinkan untuk melakukan pemekaran ke daratan,

sehingga diperlukan daratan baru.

91 Ruchyat Deni Djakapermana . Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan. (Pengamat Penataan Ruang dan Pengembangan) www://ps/documents/ perencanaan-reklamasi-pantai-sebagai-alternatifpengembangan-kawasan-55cb7d726341. html diakses 12 Desember 2015. Hal.

Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel

pantai dan reklamasi lahan terpisah dari pantai daratan induk. Cara

pelaksanaan reklamasi sangat tergantung dari sistem yang digunakan.

Menurut Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) dibedakan

atas 4 sistem, yaitu: Sistem Timbunan, reklamasi dilakukan dengan cara

menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut

tinggi (high water level); Sistem Polder, reklamasi dilakukan dengan cara

mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang

berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan

reklamasi; Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan, reklamasi ini

merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah

lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun

sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan

reklamasi dan muka air laut tidak besar; dan Sistem Drainase, reklamasi

sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari

wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari

elevasi muka air laut92.

Kegiatan reklamasi dilakukan oleh beberapa institusi, misalnya

reklamasi pasca tambang, yaitu dengan melakukan pengurugan terhadap

bekas galian tambang agar kondisinya dapat kembali seperti semula,

sebelum kegiatan pertambangan dilakukan93. Di pelabuhan, kegiatan reklamasi dilakukan untuk membangun pelabuhan laut dan terminal

92 Ibid hal. 3.

khusus yang berada di perairan.94 Selanjutnya reklamasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dilakukan dilakukan dalam rangka meningkatkan

manfaat dan/atau nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi. Pelaksanaan

reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan: a. keberlanjutan kehidupan

dan penghidupan Masyarakat; b. keseimbangan antara kepentingan

pemanfaatan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil; serta c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan,

dan penimbunan material95.

Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi diatur dalam Peraturan

Presiden No. 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil. Dalam Perpres tersebut diatur bahwa kegiatan

reklamasi dikecualikan dilakukan pada: a. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)

dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan utama dan

pelabuhan pengumpul serta di wilayah perairan terminal khusus; b. lokasi

pertambangan, minyak, gas bumi, dan panas bumi; dan c. kawasan hutan

dalam rangka pemulihan dan/atau perbaikan hutan, dan reklamasi tidak

dapat dilakukan pada kawasan konservasi dan alur laut96. Khusus kawasan konservasi, kegiatan reklamasi boleh dilakukan kecuali pada zona inti97. Ketentuan ini mengubah ketentuan Perpres No. 122 Tahun 2012.

94 Pasal 15 Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 52/2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi

95 Pasal 34 UU NO. 27 Tahun 2007.

96 Pasal 3 Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2012. 97 Pasal 3 Permen Kp No. 17/Permen KP/2013.

Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan

melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin pelaksanaan

reklamasi. Izin lokasi terdiri atas Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Lokasi

Material Reklamasi. Pemberian izin lokasi harus sesuai dengan Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi,

Kabupaten/Kota98. Untuk memperoleh izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan setiap orang wajib terlebih

dahulu mengajukan permohonan kepada Menteri. Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai batas kewenangannya99. Perizinan reklamasi diatur

lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

No. 17/Permen-KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil, selanjutnya diubah dengan Permen KP No. 28/2014.

Berdasarkan ketentuan pembagian kewenangan100, Menteri berwenang menerbitkan Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Pelaksanaan

Reklamasi pada. a. Kawasan Strategis Nasional Tertentu; b. perairan

pesisir di dalam Kawasan Strategis Nasional; c. kegiatan reklamasi lintas

provinsi; d. kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh

Kementerian; dan e. kegiatan reklamasi untuk Obyek Vital Nasional sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Gubernur menerbitkan izin pada

perairan laut di luar kewenangan kebupaten/kota sampai dengan paling

jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas

98 Pasal 15 dan 17 ayat (1) Perpres No. 122 Tahun 2012.

99Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014, Bupati/Walikota tidak memiliki hak untuk mengeluatkan izin reklamasi, sehubungan dengan pengeloaan wilayah laut (0-4 mil) ditarik menjadi kewenangan Gubernur.

dan/atau ke arah perairan kepulauan; dan b. kegiatan reklamasi di

pelabuhan perikanan yang dikelola oleh pemerintah provinsi.

Pelaksana reklamasi memiliki kewajiban untuk menjaga dan

memperhatikan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf (a) Perpres No. 122 Tahun

2012, dengan melakukan: a. memberikan akses kepada masyarakat

menuju pantai; b. mempertahankan mata pencaharian penduduk sebagai

nelayan, pembudidaya ikan, dan usaha kelautan dan perikanan lainnya;

c. memberikan kompensasi/ganti kerugian kepada masyarakat sekitar yang

terkena dampak reklamasi; d. merelokasi permukiman bagi masyarakat

yang berada pada lokasi reklamasi; dan e. memberdayakan masyarakat sekitar yang terkena dampak reklamasi.