• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Tata Ruang Laut

Kewenangan pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota

dalam pengaturan tata ruang di wilayah pesisir adalah didasarkan pada

ketentuan dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan Pasal 18 UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Selanjutnya diubah terakhir dengan Pasal

27 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, dalam

Pasal 6 Ayat 5 UU Penataan Ruang, mengatur bahwa ruang laut dan udara

pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri.

Berdasarkan kewenangan yang diatur dalam Undang-undang

Pemerintahan Daerah tersebut dan UU Penataan Ruang, maka dalam

Pasal 7, 9 dan 11 UUPWP3K mengatur mengenai perencanaan

pengelolaan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan

nomenklatur Rencana Zonasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

yang wajib disusun oleh Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Rencana

Zonasi adalah salah satu dokumen perencanaan selain Rencana Strategis,

Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi. Lingkup kewenangan

pengelolaan meliputi kearah darat samapai batas administrasi kecamatan,

sedangkan ke arah laut sampai pada batas 12 mil laut. Dalam UUPWP3K

belum mengatur kewenangan Pemerintah Pusat dalam Penataan Ruang di

wilayah diluar batas 12 mil, termasuk Zona Tambahan, ZEE, ataupun

Landas Kontinen. Olehnya itu, dengan diterbitkannya UU No. 32 Tahun

2014 tentang Kelautan, kewenangan tersebut telah diatur dengan

komprehensif termasuk perencanaan tata ruang kawasan Selat dan Teluk.

Untuk terselenggaranya perencanaan di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan mengeluarkan

Peraturan Menteri No. PER. 16/ MEN/2008 tentang Perencanaan

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang telah diubah

dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

34/PERMEN-KP/2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil.

Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah

penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang

memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta

kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin44.

Wilayah pesisir dan laut merupakan suatu sumberdaya alam yang

krusial bagi negara berkembang seperti Indonesia, dimana pihak

pemerintah memiliki hak dan menguasai lahan di bawah teritorial laut dan

sumberdayanya. Pemerintah, baik pusat maupun daerah memiliki tanggung

jawab untuk membuat peraturan, atau keputusan-keputusan pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya untuk kepentingan umum. Dalam hal ini,

salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah adalah mengatur

pengalokasian ruang atau zona wilayah pesisir untuk dapat digunakan

dalam memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir.

Zonasi wilayah pesisir pada hakekatnya merupakan suatu bentuk rekayasa

teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai

dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses

ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.

Sebagai suatu upaya untuk menciptakan keseimbangan antara

kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi, maka Rencana

Zonasi merupakan implikasi spasial (keruangan) untuk pelaksanaan

kebijakan-kebijakan dari Rencana Strategis. Sesuai dengan Pasal 7 Ayat

(3) UU No. 27 Tahun 2007, mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib

menyusun semua dokumen rencana (Rencana Strategis Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil, Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan

Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil).

Tujuan penyusunan rencana zonasi adalah untuk membagi wilayah

pesisir dalam zona-zona yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan

yang saling mendukung (compatible) serta memisahkannya dari kegiatan

yang saling bertentangan (incompatible). Penentuan zona difokuskan

berdasarkan kegiatan utama dan prioritas pemanfaatan sumberdaya pesisir

guna mempermudahkan pengendalian dan pemanfaatan. Rencana zonasi

menjelaskan fokus kegiatan dan nama zona yang dipilih berdasarkan

kondisi dan kegiatan yang diizinkan atau dapat dilakukan dengan

persyaratan tertentu. Penetapan rencana zonasi dimaksudkan untuk

memelihara keberlanjutan sumberdaya pesisir dalam jangka panjang serta

mengeliminir berbagai faktor tekanan terhadap ekosistem pesisir akibat

kegiatan yang tidak sesuai (incompatible)45.

Pasal 9 UUPWP3K mengatur bahwa Rencana Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), merupakan arahan pemanfaatan

sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi

dan/atau pemerintah kabupaten/kota; diserasikan, diselaraskan, dan

diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah

provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. Perencanaan RZWP3K dilakukan

dengan mempertimbangkan: a. keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan dengan daya dukung ekosistem, fungsi pemanfaatan dan

45 Ihsan. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. http://ptmadanimulti kreasi.com/berita-4-rencana-zonasi-wilayah-pesisir- dan- pulaupulau-kecil.html. Diakses, 16 Agustus 2015.

fungsi perlindungan, dimensi ruang dan waktu, dimensi teknologi dan sosial

budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan; b. keterpaduan

pemanfaatan berbagai jenis sumber daya, fungsi, estetika lingkungan, dan

kualitas lahan pesisir; dan c. kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan

akses Masyarakat dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi.

RZWP3K Provinsi berisi arahan pemanfaatan ruang yang terdiri

atas46: a. mengalokasikan ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan alur laut;

b. keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam suatu

Bioekoregion; c. penetapan pemanfaatan ruang laut; dan d. penetapan

prioritas Kawasan laut untuk tujuan konservasi, sosial budaya, ekonomi,

transportasi laut, industri strategis, serta pertahanan dan keamanan.

Sedangkan untuk RZWP3K Kabupaten berisikan arahan tentang47: a. alokasi ruang dalam Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum, rencana

Kawasan Konservasi, rencana Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan

rencana alur; b. keterkaitan antarekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

dalam suatu Bioekoregion. Selain itu, penyusunan RZWP3K diwajibkan

mengikuti dan memadukan rencana Pemerintah dan Pemerintah Daerah

dengan memperhatikan Kawasan, Zona, dan/atau Alur Laut yang telah

ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

46 Pasal 10 UU No. 27 Tahun 2007 47 Pasal 11 UU No. 27 Tahun 2007

Pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum,

Kawasan Konservasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan Alur Laut

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan 11 UU No. 27 Tahun 2007,

uraiannya sebagai berikut.

a. Kawasan Pemanfaatan Umum (multiple/general use zone).

Didefinisikan sebagai kawasan dimana aktivitas yang dilakukan

manusia ditekankan pada yang berhubungan dengan pemanfaatan

sumberdaya pesisir dan laut. Oleh karena itu, pemanfaatannya tidak

terbatas hanya pada satu aktivitas saja. Menurut Permen-KP No.

34/Permen-KP/2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil, Kawasan Pemanfaatan Umum dijabarkan dalam

zona Pariwisata, Pemukiman, Pelabuhan, Pertanian, Hutan,

Pertambangan, Perikanan Budidaya, Perikanan Tangkap, Industri,

Fasilitas umum; dan/atau Pemanfaatan air laut selain energi, serta

pemanfaatan lainnya sesuai dengan karakteristik biogeofisik

lingkungannya.

b. Kawasan Konservasi (concervation zone). merupakan wilayah yang

memiliki atribut ekologi yang langka atau unik, karena memiliki

keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi, dan biasanya

memiliki species-species endemik, langka maupun yang terancam

punah. Wilayah tersebut terdiri dari habitat yang belum terjamah atau

masih asli yang luas yang memiliki posisi yang penting baik dalam skala

lokal, regional, nasional maupun internasional. Selanjutnya menurut

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kawasan Konservasi dibagi atas

atas Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K), Konservasi

Maritim (KKM), Konservasi Perairan (KKP), dan Sempadan Pantai.

c. Kawasan Strategis Nasional Tertentu. Kawasan ini dimanfaatkan untuk

pengelolaan batas-batas maritim kedaulatan negara, pertahanan dan

keamanan negara, pengelolaan situs warisan dunia, kesejahteraan

masyarakat, dan/atau pelestarian lingkungan. Kawasan ini dijabarkan

ke dalam zona dan sub zona atau pemanfaatan sesuai dengan

ketentuan pengalokasian ruang dalam kawasan pemanfaatan umum.

kawasan konservasi dan alur laut.

d. Kawasan Alur Laut. Kawasan ini khususnya diperuntukkan sebagai alur

pelayaran, pemasangan pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut.

C. Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah di Wilayah