• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riwayat tentang Penyaluran Khumus pada Masa Nabi saw Dalam Sunan Abi Dâwûd , Musnad Ahmad , Tafsir Ath-Thabarî , Sunan An-

T ENTANG F IQIH DAN I JTIHAD

5. Penjelasan atas Contoh-contoh Ijtihad Abad Pertama 1 Ijtihad Nabi saw.

54.1. Zakat dan Sedekah

5.4.5. Ghanîmah dan Maghnam (Harta Rampasan Perang)

5.4.6.6. Riwayat tentang Penyaluran Khumus pada Masa Nabi saw Dalam Sunan Abi Dâwûd , Musnad Ahmad , Tafsir Ath-Thabarî , Sunan An-

Nasa’î, dan ShahîhAl-Bukhârî, kitab Al-Kharâj, bab Mawâdhi‘QismAl-Khums,

diriwayatkan dari Jubair bin Muth‘im bahwa ia berkata—redaksi riwayat dinukil dari buku pertama: “Pada peristiwa perang Khaibar, Nabi saw. memberikan saham dzilqurbâ kepada Bani Hâsyim dan Bani Muthalib dan membiarkan Bani Naufal dan Bani Abdi Syams. Lalu aku dan Utsman bin

1 Dalam pembahasan ini aku telah merujuk buku Mishbâh Al-Faqîh, karya Al-

Hamadânî, kitab Al-Khums, hal. 144-150. Aku telah meringkas redaksi-redaksi hadis yang dipergunakan sebagai bukti atas pembahasan itu. Di samping itu, aku juga merujuk kepada buku-buku referensi hadis yang lain.

Affan pergi menjumpai Rasulullah saw. Kami berkata, ‘Ya Rasulullah, mereka adalah Bani Hâsyim dan kami tidak mengingkari keutamaan mereka lantaran kedudukan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada Anda di kalangan mereka. Lalu, mengapa Anda memberikan saham kepada Bani Abdul Muthalib dan Anda meninggalkan kami, sedangkan kami

memiliki satu hubungan kekerabatan?’

Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku dan Bani Abdul Muthalib tidak berbeda.” Menurut riwayat An-Nasa’î: “Sesungguhnya Bani Abdul Muthalib

tidak berpisah dariku, baik pada masa Jahiliyah maupun pada era Islam.

Kami dan mereka adalah satu.” Dan beliau merapatkan jari-jemarinya.1 Menurut sebuah riwayat lain yang terdapat di dalam Musnad Ahmad, peristiwa ini terjadi pada perang Hunain.2

Dan menurut riwayat ketiga yang terdapat di dalam SunanAbiDâwûd, Sunan An-Nasa’î, dan Musnad Ahmad, nama peperangannya tidak ditentukan.3

Faktor pertanyaan Utsman dan Jubair kepada Rasulullah saw. dan jawaban beliau atas pertanyaan itu adalah, bahwa Abdi Manâf memiliki

empat anak, yaitu Hâsyim yang nama aslinya adalah ‘Amr, Muthalib, Abdi Syams, dan Naufal.4

Seluruh Bani Hâsyim dan Bani Abdul Muthalib bersatu untuk menolong Rasulullah saw., dan seluruh kaum Quraisy memerangi mereka dan menulis surat pemboikotan atas mereka. Akhirnya, mereka masuk ke

dalam syi‘ib Abu Thalib dan tinggal di situ selama tahun pemboikotan itu

1 Riwayat ini diriwayatkan oleh Abu Dâwûd di dalam SunAn-nya, jil. 2, hal. 50, Ath-

Thabarî di dalam Tafsir-nya, jil. 10, hal. 50, dan Ahmad di dalam MusnAd-nya, jil. 4, hal. 81; redaksi riwayatnya berbeda dengan redaksi riwayat Bukhârî di dalam Shahîh- nya, jil. 3, hal. 36, bab Ghazwah Khaibar dan redaksi riwayat An-Nasa’î di dalam

SunAn-nya, jil. 2, hal. 178. Riwayat ini juga terdapat di dalam Sunan Ibn Mâjah, kitab

Al-Jihâd, bab Qismah Al-Khums, hal. 961, Al-Maghâzî, karya Al-Wâqidî, hal. 696; di dalam riwayatnya disebutkan bahwa seluruh ucapan Rasulullah saw. itu berdasarkan petunjuk malaikat Jibril, dan Al-Amwâl, karya Abu ‘Ubaid, hal. 331.

Jubair bin Muth‘im bin ‘Adî bin Naufal bin Abdi Manâf, dan ibunya adalah Ummu Habîb binti ‘Âsh bin Umaiyah. Ayah Jubair adalah salah seorang yang merobek surat pemboikotan atas Rasulullah saw. Ia memeluk agama Islam setelah peristiwa Hudaibiyah atau setelah penaklukan kota Mekkah. Silakan Anda rujuk Usud Al- Ghâbah, jil. 1, hal. 281.

2Musnad Ahmad, jil. 4, hal. 85.

3 Sunan Abi Dâwûd, jil. 2, hal. 51-52; Sunan An-Nasa’î, jil. 2, hal. 178; Musnad Ahmad, jil. 4, hal. 83.

berlangsung. Sikap ini berbeda dengan sikap Bani Abdi Syams dan Bani Naufal di mana mereka mengikuti kaum Quraisy dalam memerangi mereka.

Dalam hal ini Ibn Abil Hadîd Hadîd berkata: “Di antara faktor yang

memperlambat Bani Naufal untuk memeluk Islam adalah keter-lambatan saudara-saudara mereka dari Bani Abdi Syams untuk memeluk Islam. Tak seorang pun dari mereka yang menyertai Nabi dan tidak juga mengikuti peperangan-peperangan beliau yang suci. Berbeda dengan Bani Abdul Muthalib. Keutamaan cinta mereka kepada kepada Bani Hâsyim telah mendorong mereka untuk memeluk Islam, karena misi Rasulullah saw. adalah suatu yang jelas bagi mereka. Hanya rasa iri dengki dan kebencian yang mencegah seseorang untuk mengikuti beliau. Orang yang tidak memiliki penyakit ini, ia tidak akan segan-segan untuk memeluk Islam. Di kalangan Bani Abdul Muthalib yang pernah mengikuti perang Badar adalah

seluruh Bani Hârits bin Muthalib. Yaitu, ‘Ubaidah, Thufail, Hushain, dan

Mûsâththah bin Atsâtsah bin ‘Ibâd bin Muthalib.

Ketika kaum Quraisy saling bersekongkol untuk memusuhinya, Abu

Thalib pernah berkata kepada Muth‘im bin ‘Adî bin Naufal berkenaan

dengan misi Nabi saw. “SemogaAllahmembalasAbdiSyamsdanNaufaluntuk kitadenganbalasanorangyangtelahberbuat keburukan,secepatnyataktertunda- tunda”.1

1 Kami telah menyebutkan riwayat ini secara ringkas dari Syarah Nahjul Balâghah,

jil. 3, hal. 486. Ibu ‘Ubaidah, Thufail, dan Hushain adalah Sukhailah binti Khuzâ‘î Ats-Tsaqafî. ‘Ubaidah masuk Islam sebelum Nabi masuk rumah Al-Arqam. Ia adalah lebih tua dari Nabi sepuluh tahun. Ia berhijrah ke Madinah bersama saudara-saudara

dan putra pamannya dalam satu masa. Pada bulan Rabi’ul Awal tahun pertama Hijriah, Rasulullah saw. menyerahkan bendera komando pertama (di dalam Islam) dan mengutusnya bersama 60 pasukan berkuda. Mereka bertemu dengan kaum musyrikin dan ketua mereka, Abu Sufyân di daerah Tsaniyah Al-Murrah. ‘Ubaidah

bertanding satu lawan satu melawan ‘Utbah Al-Umawî pada perang Badar, dan masing-masing mereka saling menyarungkan dua kali tebasan pedang kepada yang

lain. Ali dan Hamzah serentak menyerang ‘Utbah hingga terbunuh dan membawa ‘Ubaidah kepada Rasulullah saw. Beliau meletakkan kepalanya di atas pangkuan

beliau. Ia meninggal dunia di daerah Shafrâ’ ketika mereka pulang kembali dari

perang Badar, sedangkan usianya baru mencapai 63 tahun. Silakan merujuk Usud Al- Ghâbah, jil. 3, hal. 356.

Dalam Usud Al-Ghâbah, jil. 3, hal. 24, biografi Hushain, Ibn Al-Atsîr meriwayatkan

dari Ibn Abbas bahwa ayat yang berbunyi: “Maka barang siapa mengharapkan

bertemu dengan Tuhannya ...” (QS. Al-Kahf [18]:110) turun berkenaan dengan Ali,

Hamzah, Ja‘far, ‘Ubaidah, Thufail, Hushain dari Bani Hârits dan Musaththah bin

Perawi, yaitu Jubair bin Muth‘im menyebutkan di dalam hadis ini

bahwa Rasulullah saw. memberikan saham dzilqurbâ kepada Bani Hâsyim dan Bani Muthalib. Dan menurut hemat kami, yang disaksikan oleh perawi di dalam hadis ini adalah, bahwa Rasulullah saw. memberikan sebagian saham khumus kepada mereka dan tidak memberikannya kepada Bani Umaiyah dan Bani Naufal. Adapun penentuan saham yang telah diberikan oleh Rasulullah kepada mereka, hal ini adalah hemat perawi itu sendiri dan ia tidak pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda demikian. Dan boleh saja jika Rasulullah saw. memberikan sebagian saham Allah dan saham Rasul-Nya kepada mereka, karena beliau selalu memanfaatkannya sesuai dengan pendapat beliau sendiri, seperti telah disebutkan sebelum ini. Dan Rasulullah saw. telah memberikan kepada sebagian mereka sebagian saham orang-orang miskin, karena sedekah telah diharamkan atas orang- orang fakir yang berasal dari kalangan mereka, sebagaimana akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini.