• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tentang Para Perawi Hadis Nabi saw.

T ENTANG S UNAH N ABI S AW

1. Tentang Para Perawi Hadis Nabi saw.

Dari pembahasan yang telah lalu tentang sahabat dan konsep imâmah dapat diketahui bahwa sepeninggal Rasulullah saw., para pengikut mazhab Ahlul Bait as. mengambil ajaran-ajaran agama mereka dari para imam Ahlul Bait as. yang berjumlah dua belas orang. Hal ini berbeda dengan para pengikut mazhab Khulafâ’ yang mengambil ajaran-ajaran agama mereka dari setiap sahabat Rasulullah saw. tanpa ada pembedaan dan pemilahan di antara mereka, karena seluruh sahabat—menurut perspektif mereka—adalah figur- figur adil. Tidak sama halnya dengan para pengikut mazhab Ahlul Bait as. Mereka tidak pernah merujuk kepada beberapa orang sahabat seperti Thalhah1 dan Abdullah bin Zubair2 yang telah memerangi Ali pada perang

1 Abu Muhammad Thal.hah bin Abdullah Al-Qurasyî At-Taimî. Ibunya adalah Ash-

Shâ‘bah, saudari ‘Alâ’ Al-Hadhramî. Rasulullah saw. telah mempersaudarakannya dengan Zubair. Ia termasuk para pemberontak yang getol terhadap Utsman. Ketika Utsman terbunuh, ia adalah orang pertama yang membai‘at Ali bin Abi Thalib.

Kemudian ia pergi ke Bashrah untuk menuntut darah Utsman dari Ali bin Abi Thalib. Marwân melihatnya pada waktu perang Jamal dan memanahnya. Ia mati karena itu pada tahun 36 H. Para penulis kitab Shihâh telah meriwayatkan hadis darinya sebanyak 38 hadis. Silakan Anda rujuk buku Ahâdîts Ummil Mukminin ‘Aisyah, jil. 1, hal. 109-196 dan Jawâmi‘ As-Sîrah, hal. 281.

2 Abu Khubaib Abdullah bin Zubair Al-Qarasyî Al-Asadî. Ibunya adalah Asmâ’ binti

Abu Bakar. Ummul Mukminin sangat mencintainya dan menjadikannya sebagai

julukannya. Ia sangat membenci Ahlul Bait as. Imam Ali pernah berkata: “Zubair termasuk dari kami Ahlul Bait sehingga anaknya, Abdullah lahir dan tumbuh.” Ia

termasuk orang-orang yang menyulut peperangan pada perang Jamal. Setelah Husain syahid, ia berdomisili di Mekkah. Al-Hajjâj membunuhnya pada tahun 73 Hijriah di Mekkah. Para penulis kitab Shihâh telah meriwayatkan hadis darinya sebanyak 33 hadis. Silakan Anda rujuk biografinya di dalam Usud Al-Ghâbah, Ahâdîts Ummil

Mukminin ‘Aisyah, pembahasan peristiwa perang Jamal, dan Jawâmi‘ As-Sîrah, hal.

Jamal, Mu‘âwiyah1 dan ‘Amr bin ‘Âsh2 yang telah memeranginya pada perang Shiffîn, serta Dzil Khuwaishirah3 dan Abdullah bin Wahb4 yang telah memeranginya pada perang Nahrawân.

1 Abu Abdurrahman Mu‘âwiyah bin Abi Sufyân Al-Qurasyî Al-Umawî. Ibunya

adalah Hindun binti ‘Utbah. Ia memeluk Islam pasca penaklukan kota Mekkah.

Saudaranya pernah menunjuk dia menjadi penguasa di daerah ‘Amwâs pada tahun 18

Hijriah ketika ia ditikam orang. Umar menetapkannya menjadi penguasa Syam hingga Utsman terbunuh. Ia menentang Imam Ali dan menyiapkan bala tentara untuk memeranginya. Kedua bala tentara itu bertemu di Shiffîn pada tahun 36 Hijriah. Ketika kemenangan berpihak kepada bala tentara Imam Ali as., ia menipu mereka dengan mengangkat mushaf-mushaf Al-Qur’an dan mengajak mereka untuk mengadakan perdamaian (tahkîm). Mereka pun menerima tawaran tersebut, dan ‘Amr

bin ‘Âsh menipu Abu Musa Al-Asy‘arî. Pada tahun 41 Hijriah, Imam Hasan

mengadakan perdamaian dengannya, dan ia menjadi Khalifah muslimin. Ia mati pada tahun 60 Hijriah. Para penulis buku Shihâh telah meriwayatkan hadis darinya sebanyak 163 hadis. Silakan Anda rujuk Ahâdîts Ummil Mukminin ‘Aisyah,

pembahasan “Bersama Mu‘âwiyah” dan Jawâmi‘ As-Sîrah, hal. 277.

2Abu Abdillah ‘Amr bin ‘Âsh Al-Qurasyî As-Sahmî. Ibunya adalah An-Nâbighah,

salah seorang wanita pelacur masyhur pada masa Jahiliyah. Ia memeluk Islam pada tahun terjadinya perang Khaibar. Ia berhasil menaklukkan Mesir dan menjadi penguasanya untuk Umar. Ketika Utsman memecatnya, ia termasuk para penentang

yang getol terhadapnya. Ketika Utsman terbunuh, ia siap membantu Mu‘âwiyah

dengan syarat Mu‘âwiyah memberikan kekuasaan Mesir kepadanya. Ia mengikuti

perang Shiffîn dan dialah yang menganjurkan kepada Mu‘âwiyah untuk mengangkat

mushaf. Pada peristiwa tahkîm, ia telah menipu Abu Musa. Setelah itu, ia pergi ke Mesir dan membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Ia menjadi penguasa Mesir sehingga ia mati di situ pada tahun 40 Hijriah. Para penulis kitab Shihâh telah meriwayatkan hadis darinya sebanyak 39 hadis. Silakan Anda rujuk Ahâdîts Ummil

Mukminin ‘Aisyah, pembahasan “Bersama Mu‘âwiyah” dan Jawâmi‘ As-Sîrah, hal.

280.

3 Dzil Khuwaishirah At-Tamîmî. Nama aslinya adalah Hurqûsh. Pada suatu hari

Rasulullah saw. sedang membagikan harta pampasan perang. Ia berkata (dengan nada

protes): “Wahai Rasulullah, bertindak adillah.” Beliau menimpali: “Celakalah

engkau. Siapakah yang dapat berbuat adil jika aku tidak dapat berbuat adil?” Beliau

memberitahukan tentang penentangan yang akan dilakukannya dan kisah pembunuhannya. Ia terbunuh di Nahrawân berada di barisan kaum Khawârij. Imam Ali mencarinya dan menemukannya persis seperti yang diberitakan oleh Rasulullah saw. Biografinya terdapat dalam buku Usud Al-Ghâbah.

4 Abdullah bin Wahb Ar-Râsibî As-Saba’î. Kaum Khawârij membai‘atnya untuk

menjadi Khalifah mereka pada tahun 37 Hijriah. Ia juga terbunuh di Nahrawân. Silakan Anda rujuk buku Abdullah bin Saba’, jil. 2, hal. 235-236.

Begitu juga mereka tidak mengambil (ajaran-ajaran agama mereka) dari para musuh Ali, baik mereka termasuk dalam golongan sahabat, tabiin, para pengikut tabiin, maupun seluruh tingkatan para perawi hadis.1

Pada saat kita melihat—misalnya—Imâmul Muhadditsîn Bukhârî tidak meriwayatkan satu hadis pun di dalam Ash-Shahîh-nya dari Ja‘far bin

Muhammad Ash-Shâdiq, imam keenam Ahlul Bait2 as. yang ribuan ahli hadis dari kalangan pengikut mazhab Ahlul Bait meriwayatkan ribuan hadis darinya, ia sendiri, Abu Dâwûd, dan An-Nasa’î dalam buku-buku sahih

mereka meriwayatkan dari ‘Imrân bin Haththân,3 seorang pengikut aliran Khawârij yang telah memuji Abdurrahman bin Muljam pada saat ia membunuh Imam Ali dalam syairnya berikut ini:

Alangkahindahnyasabetanpedangdariseorangbertakwaitu Diatak inginkan kecualikeridaanPemilik‘Arsy.

Padasuatuhariakuakanmengingatnyadanakumeyakini DialahorangtersempurnatimbangannyadisisiAllah.

An-Nasa’î—misalnya—meriwayatkan di dalam Ash-Shahîh-nya dari Umar bin

Sa‘d, pembantai Imam Husain. Para ulama Rijâl berkata dalam biografi-nya:

“Ia adalah orang yang jujur dan tepercaya. Akan tetapi, masyarakat

mencelanya lantaran ia menjadi komandan laskar yang telah membantai

Husain bin Ali.” Padahal, para pengikut mazhab Ahlul Bait melaknatnya. Atas dasar ini, terdapat perbedaan pendapat secara konsep antara kedua mazhab ini—seperti telah kita lihat sampai di sini—tentang dari perawi manakah mereka harus mengambil hadis Rasulullah saw.

2. Tentang Realita Penyebaran Hadis Nabi saw.