• Tidak ada hasil yang ditemukan

Warisan Rasulullah saw dan Pengaduan Fathimah

T ENTANG F IQIH DAN I JTIHAD

5. Penjelasan atas Contoh-contoh Ijtihad Abad Pertama 1 Ijtihad Nabi saw.

5.8. Warisan Rasulullah saw dan Pengaduan Fathimah

Kedua orang sahabat ini, Khalifah Abu Bakar dan Umar ra.—pada suatu kali—menguasai seluruh harta peninggalan yang beliau tinggalkan dan mereka tidak berani mengusik harta peninggalan yang telah beliau berikan kepada muslimin, kecuali tindakan mereka terhadap tanah Fadak yang telah beliau berikan kepada putrinya semasa beliau masih hidup. Mereka berani menguasai tanah tersebut, sebagaimana mereka telah berani menguasai

1Ibid, hal. 170-171 dan karya Abu Ya‘lâ, hal. 185. 2Ibid, hal. 171 dan karya Abu Ya‘lâ, hal. 185-186. 3Ibid.

seluruh harta milik peninggalan Nabi saw. Dari sini, muncullah perbedaan antara Fathimah dan kedua khalifah tersebut berkenaan dengan tanah Fadak dan berkenaan dengan hak warisannya, seperti dijelaskan oleh riwayat-riwayat berikut ini:

a. Riwayat Umar

Diriwayatkan dari Umar bahwa ia bercerita: “Ketika Rasulullah saw.

meninggal dunia, aku dan Abu Bakar mendatangi Ali seraya bertanya,

‘Bagaimana pendapatmu tentang harta peninggalan Rasulullah saw.?’ Ia menjawab, ‘Kami adalah orang yang paling berhak terhadap Rasulullah saw.’

Aku bertanya, ‘Begitu juga dengan harta Khaibar?’ Ia menjawab, ‘Begitu juga harta Khaibar.’

Aku bertanya lagi, ‘Begitu juga dengan harta yang terletak di Fadak?’ Ia menjawab, ‘Begitu juga dengan harta yang terdapat di Fadak.’ Aku menimpali, ‘Ketahuilah! Demi Allah, meskipun kamu akan

memotong leher kami dengan gergaji, kami tidak akan memberikannya.’”1

b. Riwayat Ummul Mukminin ‘Aisyah

Dalam ShahîhAl-Bukhârî, ShahîhMuslim, MusnadAhmad, SunanAbiDâwûd, Sunan An-Nasa’î, danThabaqâtIbn Sa‘d, diriwayatkan dari ‘Aisyah—redaksi

riwayat ini dinukil dari kitab pertama: “Fathimah pernah mengutus

seseorang menjumpai Abu Bakar untuk menuntut harta warisannya dari Nabi saw. berkenaan dengan harta fay’ yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada beliau. Yaitu, ia menuntut sedekah Nabi saw. yang terletak di Madinah,2 Fadak, dan saham khumus Khaibar yang masih tersisa.3

Abu Bakar menjawab, ‘Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda, ‘Kami tidak meninggalkan harta warisan. Seluruh harta yang kami

tinggalkan adalah sedekah. Keluarga Muhammad akan makan dari harta ini; yaitu, harta Allah, dan mereka tidak berhak untuk mendapatkan jatah

1Majma‘ Az-Zawâ’id, bab Fî Mâ Tarakahu Ar-Rasul, jil. 9, hal. 39, diriwayatkan dari

Ath-Thabarânî di dalam kitab Al-Awsath.

2 Yang ia maksud dengan sedekah Rasulullah saw. yang terletak di Madinah adalah

tujuh kebun yang telah dihibahkan oleh Mukhairîq kepada Nabi saw., seperti telah kami jelaskan sebelum ini.

3 Yang ia maksud dengan khumus Khaibar yang masih tersisa adalah, bahwa

Rasulullah saw. pernah memberikan sebagian saham khumus beliau kepada sebagian sahabat. Khumus Khaibar yang masih tersisa, yaitu harta yang tidak beliau berikan kepada sebagian sahabat itu.

lebih dari yang diperlukan untuk dimakan.’ Sesungguhnya aku—demi Allah—tidak akan mengubah sedikit pun dari sedekah-sedekah Nabi yang pernah ada pada masa Nabi saw., dan aku akan mempergunakannya sesuai

dengan bagaimana Rasulullah telah mempergunakannya.’”1

Di dalam riwayat ini, Abu Bakar menamakan harta peninggalan

Rasulullah saw. dengan “sedekah” dengan bersandarkan kepada riwayat

yang telah ia riwayatkan dari Rasulullah saw.: “Seluruh harta yang kami tinggalkan adalah sedekah.” Sejak saat itu hingga masa kita sekarang ini, harta peninggalan Rasulullah saw. dinamakan dengan “sedekah”.

Adapun berkenaan dengan ucapannya; “aku akan mempergunakan- nya sesuai dengan bagaimana Rasulullah telah mempergunakannya”, apa yang ia maksud dengan ungkapan “mempergunakan” di mana ia ingin

mempergunakan harta peninggalan itu? Maksud ungkapan tersebut dapat

diketahui dari hadis Ummul Mukminin ‘Aisyah berikut ini:

Permulaan hadis ini adalah sama dengan permulaan hadis ‘Aisyah di atas. Selanjutnya disebutkan: “Fathimah, putri Rasulullah saw. pun marah.

Ia memutuskan hubungan dengan Abu Bakar, dan hal ini berlangsung hingga Fathimah meninggal dunia. Ia hidup setelah Rasulullah saw. selama

enam bulan.”

‘Aisyah berkata: “Fathimah selalu menuntut kepada Abu Bakar

sahamnya dari harta peninggalan Rasulullah saw. yang terdapat di Khaibar, Fadak, dan sedekah beliau di Madinah.2 Abu Bakar mengingkari hal itu

untuknya dan berkata, ‘Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang Rasulullah pernah mengamalkannya kecuali aku juga akan mengamal- kannya. Karena aku takut—jika aku meninggalkan sesuatu dari urusan beliau—akan tersesat.’

Adapun tentang sedekah Rasulullah yang berada di Madinah, Umar telah menyerahkannya kepada Ali dan Abbas. Tetapi, ia masih menahan

Khaibar dan Fadak, dan berkata, ‘Khaibar dan Fadak adalah sedekah

1Shahîh Al-Bukhârî, kitab Al-Manâqib, bab Manâqib Qarâbah Rasulillah, jil. 2, hal.

200; Sunan Abi Dâwûd, kitab Al-Kharâj, bab Shafâyâ Rasulillah, jil. 2, hal. 49; Sunan An-Nasa’î, bab Qism Al-Fay’, jil. 2, hal. 179; Musnad Ahmad, jil. 1, hal. 6 dan 9;

Thabaqât Ibn Sa‘d, jil. 2, hal. 315 dan jil. 8, hal. 28; Muntakhab Kanz Al-‘Ummâl,

bab Mâ Yata‘allaq bi Mîrâtsih, jil. 3, hal. 128.

2Shahîh Al-Bukhârî, kitab Al-Khums, bab Fardh Al-Khums, jil. 2, hal. 124; Shahîh Muslim, kitab Al-Jihâd, hadis ke-54. Silakan Anda rujuk juga Târîkh Al-Islam, karya Adz-Dzahabî, jil. 1, hal. 346, Târîkh Ibn Katsîr, bab Bayân Annahu Qâla Lâ Nuwarrits, jil. 7, hal. 285, Sunan Al-Baihaqî, jil. 6, hal. 300, Musnad Ahmad, jil. 1, hal. 6, dan Thabaqât Ibn Sa‘d, jil. 8, hal. 18.

Rasulullah saw. Kedua harta itu digunakan untuk hak-haknya yang diperlukan dan untuk menangani malapetaka yang menimpanya. Urusan kedua harta itu (speninggal beliau) berada di tangan orang yang berhasil

berkuasa. Dan kedua harta itu berstatus demikian hingga hari ini.’”1

Di dalam riwayat ‘Aisyah yang kedua ini, Khalifah menegaskan bahwa

seluruh harta peninggalan Rasulullah saw. digunakan untuk hak-haknya yang diperlukan dan untuk menangani malapetaka yang menimpanya. Urusan kedua harta itu (sepeninggal beliau) berada di tangan orang yang berhasil berkuasa. Dengan demikian, dialah yang akan menggunakan dari seluruh harta peninggalan untuk hak-haknya yang diperlukan dan untuk menangani malapetaka yang menimpanya. Dan ini adalah arti ucapan

Khalifah pada riwayat pertama: “Aku akan mempergunakannya sesuai dengan bagaimana Rasulullah telah mempergunakannya.” Yaitu, aku akan

mempergunakannya untuk hak-hakku yang diperlukan dan untuk mena- ngani malapetaka yang menimpaku.

Ia juga menegaskan pernyataan ini di dalam riwayat ‘Aisyah ketiga yang

terdapat di dalam ShahîhAl-Bukhârî dan ShahîhMuslim berikut ini. Riwayat itu adalah, bahwa Fathimah, putri Rasulullah saw. pernah mengutus seseorang kepada Abu Bakar untuk menuntut hak warisannya dari harta Rasulullah saw. yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada beliau, baik yang berada di Madinah, Fadak, maupun saham khumus yang masih tersisa di Khaibar.2 Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah

bersabda, ‘Kami tidak meninggalkan harta warisan. Seluruh harta yang kami

tinggalkan adalah sedekah. Sesungguhnya keluarga Muhammad dapat

makan dari harta ini.’ Aku tidak akan mengubah sedekah Rasulullah saw. dari kondisi yang pernah ada pada masa beliau masih hidup dan aku akan mempergunakannya sesuai dengan bagaimana beliau pernah

mempergunakannya.”

Abu Bakar menolak untuk menyerahkan sepeser pun dari harta peninggalan beliau itu kepada Fathimah. Fathimah marah kepada Abu Bakar. Ia memutuskan hubungan dengannya dan tidak pernah berbicara dengannya sama sekali hingga ia meninggal dunia. Ia hidup sepeninggal Rasulullah saw. selama enam bulan. Ketika ia meninggal dunia, suaminya, Ali menguburkannya pada malam hari. Ia menyalatinya dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar tentang hal itu. Ali masih memiliki

1 Ibid. 2 Ibid.

kehormatan pada saat Fathimah masih hidup. Ketika ia meninggal dunia, wajah-wajah masyarakat berpaling darinya. Akhirnya, ia memohon perdamaian kepada Abu Bakar dan membaiatnya. Sebelumnya, ia enggan untuk membaiatnya selama bulan-bulan itu ....”1

Dalam ketiga hadisnya yang panjang itu, Ummul Mukminin ‘Aisyah

hanya menyebutkan percekcokan yang pernah terjadi antara Fathimah dan Abu Bakar di mana ia hanya memfokuskan masalah penuntutan Fathimah atas harta warisan ayahnya. Padahal, permusuhan Fathimah dengan pihak penguasa itu meliputi tiga masalah berikut ini:

a. Tuntutan Fathimah terhadap mereka berkenaan dengan harta pemberian Rasulullah saw.

b. Permusuhan Fathimah dengan mereka berkenaan dengan harta warisan Rasulullah saw.

c. Permusuhan Fathimah dengan mereka berkenaan dengan masalah saham dzilqurbâ.