• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah doa atau sarang penyamun?

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 76-81)

Judul: Rumah doa atau sarang penyamun?

Hal pertama yang Yesus lakukan setelah tiba di Yerusalem adalah menyucikan Bait Allah. Ini menegaskan bahwa Yesus memang datang sebagai raja dalam hal rohani, bukan fisik. Tapi mengapa Bait Allah harus disucikan?

Seharusnya Bait Allah adalah rumah doa (ayat 13; Yes. 56:7) tempat umat beribadah dan

menyembah Allah. Bait Allah juga melambangkan kehadiran Allah yang memancarkan kemuliaan dan kasih di tengah umat-Nya. Maka tidak heran Yesus melakukan mukjizat

penyembuhan bagi mereka yang datang ke situ (ayat 14). Sebagai akibatnya, Yesus dielu-elukan sebagai Mesias (ayat 15).

Kenyataannya Bait Allah sudah disalahgunakan dan dinajiskan oleh orang-orang yang berjualan di halaman Bait Allah, bahkan oleh para pemuka agama. Di situ ada bandar penukaran uang dengan kurs yang sangat tinggi. Padahal setiap orang dari luar Yerusalem yang ingin beribadah di Bait Suci haruslah menukar uangnya ke mata uang lokal untuk membayar pajak Bait Suci. Demikian juga para pedagang hewan kurban yang bersekongkol dengan para imam untuk

menjual hewan kurban dengan harga yang mencekik leher. Pada saat yang sama mereka menolak hewan yang dibawa orang dari luar dengan alasan dibuat-buat. Mereka telah mengalihfungsikan halaman Bait Allah dari tempat satu-satunya orang-orang bukan Yahudi boleh turut beribadah kepada Allah Israel dengan menjadikannya pasar untuk bisnis yang kotor. Tak heran Yesus marah dan menuduh para pedagang ini telah mengubah Bait Suci menjadi sarang penyamun

(ayat 13; Yer. 7:11). Dari sikap para pemuka agama yang marah mendengar pujian bagi Yesus,

kita tahu bahwa mereka selain dengki kepada Yesus, mereka rupanya terlibat pula dalam kejahatan tersebut.

Gereja memang bukan Bait Allah. Namun gereja adalah komunitas orang percaya yang menjalankan fungsi ibadah dan persekutuan. Maka gereja harus dijalankan dengan kudus dan bukan untuk kepentingan pribadi.

77 Jumat, 5 Maret 2010 Bacaan : Matius 21:18-22

(5-3-2010)

Matius 21:18-22

Penghukuman Tuhan

Judul: Penghukuman Tuhan

Tidak ada satu hal pun yang Yesus lakukan yang demi untuk memuaskan diri-Nya sendiri. Setiap hal yang Yesus lakukan adalah melakukan kehendak Bapa-Nya di Sorga. Demikian juga dalam peristiwa Yesus mengutuk pohon ara. Yesus seakan-akan melakukan suatu dosa yakni marah yang berlebihan sampai mengutuk sebuah pohon. Padahal sebenarnya bukan demikian. Tindakan Yesus mengutuk pohon ara merupakan tindakan simbolis, serupa dengan

perumpamaan Yesus mengenai pohon ara yang tidak berbuah di Luk. 13:6-7. Bangsa Israel, yang

diwakili oleh orang banyak dan para pemuka agama bagaikan pohon ara yang tidak berbuah. Kehidupan mereka penuh kemunafikan. Hal itu bukan hanya terlihat saat beberapa kali konfrontasi Yesus dengan para pemuka agama, tetapi terlihat mencolok dari cara mereka memperlakukan Bait Allah. Mereka menajiskan dan menyalahgunakan Bait Allah dan tidak merasa hal itu sebagai sesuatu yang salah dan dibenci Tuhan. Itu hanyalah salah satu tanda kegagalan mereka. Penolakan mereka untuk bertobat setelah mendapat nasihat dan teguran keras Yesus membuktikan bahwa mereka layak dihukum!

Sayang para murid hanya terpukau pada mukjizat, tidak mampu melihat pengajaran penting di balik tindakan Yesus. Maka sekali lagi Yesus mengajarkan para murid pentingnya iman, bukan semata-mata untuk melakukan mukjizat, tetapi untuk melakukan kehendak Allah. Membuat pohon ara yang hidup menjadi mati dalam sekejap memerlukan kuasa Allah. Apalagi hidup menegakkan kebenaran dan hidup di dalamnya membutuhkan iman yang berani menyerahkan diri kepada Tuhan untuk diproses dan dibentuk Tuhan.

Apa bukti bahwa hidup kita seperti pohon ara yang berbuah? Adakah kemunafikan yang harus dibuang? Adakah teguran dan nasihat dari firman yang perlu diterima dan ditaati? Memang perlu keberanian iman untuk menyaksikan dan mempraktikkan kebenaran.

78 Sabtu, 6 Maret 2010

Bacaan : Yohanes 8:12

(6-3-2010)

Yohanes 8:12

Yesus terang dunia

Judul: Yesus terang dunia

Bagaimanakah suasana hati kebanyakan orang hari-hari ini bila menyimak berbagai peristiwa yang terjadi? Perhatikan kebanyakan wajah orang ketika mendengar atau membaca berita. Apakah wajah mereka ceria atau terbersit rona emosi negatif? Dalam suasana seperti ini, apa tindakan paling penting yang dapat orang Kristen buat untuk orang yang kita jumpai sehari-hari? Apa kiranya respons orang bila kita melakukan apa yang kita anggap penting tadi?

Orang makin sadar bahwa zaman kini makin mengerikan dan gelap. Kejahatan moral antar manusia semakin menjadi-jadi. Banyak tempat umum seperti tempat belanja, halte bus,

kendaraan umum, atau jalan yang tidak aman. Banyak tempat yang seharusnya menumbuhkan kemanusiaan, seperti sekolah, rumah ibadat, atau kantor justru di dalamnya terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan. Berbagai berita tentang kejahatan yang dilakukan di antara pihak-pihak yang berhubungan keluarga seperti ayah kepada anak, kakek kepada cucu, membuat kita pedih. Yesus adalah terang dunia. Klaim-Nya itu dahsyat. Pertama, Ia menggunakan ungkapan "Aku

adalah," identik dengan penyataan Nama Allah kepada Musa (Kel. 3:14). Dengan menyebut

diri-Nya "Aku adalah" para pendengar Yahudi dapat menyimpulkan bahwa Yesus sedang mengklaim diri identik dengan Yang berbicara kepada Musa. Kedua, penggunaan terang muncul dalam pujian nubuatan mesianis Daniel (Dan. 2:22). Sifat terang Allah yang Mahatahu, kudus menyingkap segala yang tersembunyi, yang melihat secara jelas apa yang akan terjadi, yang oleh-Nya kehidupan boleh berlangsung, ada pada Ia yang diurapi yaitu sang Mesias. Klaim Yesus jelas, pelepasan, pembaruan, dan pengharapan zaman baru seperti yang YHWH janjikan melalui Mesias, digenapi oleh-Nya.

Yesuslah yang diperlukan dunia gelap kini! Ia mengampuni dan membarui hidup seperti yang ia nyatakan kepada perempuan yang berzinah itu. Ia juga sanggup menerangi jalan hidup setiap orang yang mengikut Dia. Meski pasti akan ada banyak orang yang meragukan dan menolak, satu-satunya pengharapan dunia ini perlu kita bagikan dan saksikan kepada sesama kita!

79 Minggu, 7 Maret 2010 Bacaan : Matius 21:23-27

(7-3-2010)

Matius 21:23-27

Otoritas Yesus

Judul: Otoritas Yesus

Yesus tidak termasuk salah seorang dari para imam dan karena itu tidak memiliki kuasa di Bait Suci. Kalau begitu, dari mana asal otoritas (kuasa) Yesus untuk bisa membubarkan perdagangan dan penukaran uang di halaman Bait Suci? Pertanyaan ini muncul dari para pemuka agama saat itu (lih. Mar. 11:27) sebagai utusan resmi dari mahkamah agama Yahudi. Mereka merasa sebagai otoritas tertinggi dan berhak memberikan otoritas itu kepada pihak lain. Pertanyaan mereka bukan hendak mencari kebenaran, tetapi hendak menggugat Yesus.

Jawaban Yesus menunjukkan otoritas dan hikmat-Nya. Ia mengajukan pertanyaan balik dengan menggunakan sosok Yohanes Pembaptis yang diakui masyarakat memiliki otoritas dari Allah (ayat 26). Pertanyaan Yesus memperhadapkan kepada para pemuka agama ini konfrontasi langsung dengan kebenaran. Kalau mereka mengakui otoritas Yohanes Pembaptis, seharusnya mereka tidak mempertanyakan otoritas Tuhan Yesus karena Yohanes Pembaptis bersaksi

mengenai Yesus dan otoritas-Nya (Yoh. 1:15, 29-34). Persoalannya bukan pada bagaimana

membuktikan dari mana asal otoritas Yesus, tetapi mau atau tidak menerima kebenaran yang sudah terpampang di depan mata. Jawaban para pemuka agama jelas mengelak dari tuntutan kebenaran (ayat 27). Berarti, klaim mereka sebagai yang berhak menentukan siapa berotoritas atau tidak menjadi gugur. Maka Yesus pun tidak mau banyak bicara lagi.

Dari catatan Injil Matius, otoritas Ilahi dari Tuhan Yesus terpampang nyata baik melalui pengajaran-Nya (ayat 7:28-29) maupun dalam pelayanan-Nya. Banyak orang yang melihat bahkan tidak sedikit yang mengalami langsung otoritas Yesus. Persoalannya adalah ada orang-orang, dan di antaranya para pemuka agama, yang membutakan mata rohani mereka dari fakta tersebut. Mudah-mudahan Anda bukan termasuk salah seorang yang pura-pura tidak melihat dan bahkan yang menolak otoritas Tuhan Yesus.

80 Senin, 8 Maret 2010 Bacaan : Matius 21:28-32

(8-3-2010)

Matius 21:28-32

Menolak kebenaran

Judul: Menolak kebenaran

Lewat beberapa peristiwa yang dicatat dalam Matius pasal 21:1-22, sebenarnya jelas sekali Yesus menyatakan otoritas-Nya dan menyampaikan kritik-Nya terhadap para pemuka agama Yahudi yang munafik dan buta rohani. Lewat tiga perumpamaan berturut-turut (ayat 21:28-32, 33-46, 22:1-14) kritik ini dikumandangkan lebih gamblang.

Di sini Yesus membandingkan para pemuka agama Yahudi dengan orang-orang berdosa sebagai anak sulung dibandingkan anak bungsu. Sikap anak sulung yang pada akhirnya menolak

memenuhi perintah ayahnya melambangkan para pemuka agama Yahudi yang menolak

kebenaran Allah yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis. Sebaliknya orang-orang berdosa, seperti pemungut cukai dan perempuan sundal justru mau bertobat dari dosa mereka dengan percaya kepada pemberitaan kebenaran itu.

Mengapa para pemuka agama Yahudi bersikap seperti itu? Pada zaman itu agama Yahudi mempunyai struktur kepemimpinan, yaitu mahkamah agama yang terdiri dari para ahli Taurat dan imam-imam. Baik Yohanes Pembaptis, maupun Yesus, bukanlah orang yang termasuk dalam struktur kepemimpinan tersebut. Maka para imam dan tua-tua Yahudi tidak mau memercayai kebenaran yang disampaikan oleh Yohanes maupun Yesus. Mereka tidak mau kedudukan mereka diusik, termasuk oleh kebenaran sekalipun. Mereka tetap menolak kebenaran sekalipun mereka sudah menyaksikan pertobatan orang-orang berdosa di sekitar mereka.

Mewakili siapakah para pemuka agama Yahudi ini? Ternyata bisa saja terjadi, seseorang yang memiliki jabatan dan posisi dalam bidang kerohanian, ternyata bukan seorang Kristen sejati. Maka tidak heran bila orang-orang seperti itu tidak memiliki kepekaan rohani sama sekali. Sebaliknya mereka yang hidupnya bergumul dengan dosa, adalah orang-orang yang menyadari bahwa mereka membutuhkan anugerah. Maka ketika anugerah datang, merekalah yang memberi respons positif, yaitu dengan bertobat.

81 Selasa, 9 Maret 2010

Bacaan : Matius 21:33-46

(9-3-2010)

Matius 21:33-46

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 76-81)

Dokumen terkait