• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taat pada kehendak Bapa

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 100-105)

Judul: Taat pada kehendak Bapa

Semakin dekat dengan waktunya, semakin tegang pula suasananya. Paling tidak itulah yang dirasakan Yesus. Sebagai Anak Manusia, Yesus merasa gentar, bahkan mungkin juga bimbang. Namun tekad-Nya tak surut untuk menaati kehendak Allah.

Agar misi Allah terwujud tuntas dalam diri-Nya, Yesus mengharapkan dukungan, baik dari Allah Bapa, Sumber kekuatan sejati, maupun dari para sahabat-Nya, yaitu para murid-Nya, berupa dukungan doa dan moral. Oleh sebab itu, Ia berdoa di Taman Getsemani dan membawa ketiga murid terdekat-Nya untuk mendampingi Dia berdoa. Sayang, daging para murid yang lemah (ayat 41) membuat mereka gagal untuk memberikan dukungan kepada Yesus yang sangat membutuhkan. Mereka hanya bisa tertidur lelap tanpa beban dan pergumulan seperti Yesus. Mereka bukan hanya gagal mendukung Yesus, tetapi juga sendiri gagal dalam mengantisipasi kedahsyatan peristiwa penangkapan Yesus.

Manusia boleh gagal memberikan dukungan, tetapi Allah tidak pernah gagal. Ketika kita datang berharap kepada Allah Bapa dengan segala pergumulan kita maka Ia yang mem-punyai rencana terindah dalam hidup akan memberikan jalan keluar kepada kita. Inilah yang Tuhan Yesus alami. Melalui persekutuan dengan Bapa dan ketaatan penuh kepada kehendak-Nya, Yesus sungguh mengerti isi hati dan kehendak Bapa-Nya secara pasti. Bahwa memang tidak ada jalan lain, selain jalan salib yang olehnya manusia mendapatkan penebusan dosa dan keselamatan. Yesus sungguh menda-patkan penghiburan dan kekuatan sehingga dapat menang atas pergumulan dan siap menghadapi jalan salib dengan mantap.

Bersyukur kepada Allah, Tuhan Yesus melepas kehendak diri-Nya demi ketaatan pada kehendak Bapa sehingga hari ini kita beroleh anugerah keselamatan. Maukah kita melepas ambisi dan keinginan pribadi kita agar karya keselamatan-Nya dialami pula oleh orang lain?

101 Senin, 29 Maret 2010

Bacaan : Matius 26:47-68

(29-3-2010)

Matius 26:47-68

Yesus pegang kendali

Judul: Yesus pegang kendali

Kemenangan di taman Getsemani dan fokus-Nya pada salib telah membuat Yesus dapat mengendalikan segala situasi menyangkut penangkapan-Nya. Hal ini tercermin dari sikap, perkataan, dan tindakan-Nya yang lugas dalam menghadapi situasi tersebut.

Yesus pertama-tama tidak tertipu oleh ciuman pengkhianatan Yudas (ayat 50). Sebaliknya Yesus menolak upaya Petrus yang impulsif untuk membela diri-Nya dengan cara kekerasan (ayat

51-52; lih. Yoh. 18:10). Penolakan Yesus untuk dibela bukan karena Dia tidak punya kuasa untuk

membela diri (ayat 53). Ia menolak dibela karena inilah cawan yang harus Ia minum. Inilah cara yang Bapa pakai untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya bagi manusia berdosa (ayat 54). Yesus berani menantang para penangkap-Nya bahwa mereka tidak akan mampu ataupun berkuasa untuk menangkap Dia kecuali atas izin Allah (ayat 55; lih. Mar. 14:48-49). Yohanes

mencatat bahwa para penangkap-Nya sempat tergetar jatuh oleh wibawa Yesus saat itu (Yoh.

18:6). Terhadap tuduhan bahkan saksi dusta yang diajukan oleh mahkamah agama, Yesus tetap

fokus pada misi-Nya. Bahkan Ia sudah melihat kemenangan-Nya, yang kelak akan berdampak penghakiman pada mereka yang menolak percaya (ayat 64).

Berbeda dengan Yesus yang begitu siap, para murid-Nya justru gagal. Mereka gagal karena tidak berharap kepada Bapa dalam doa sehingga akhirnya tergoncang iman. Mereka melarikan diri dengan meninggalkan Yesus seorang diri menghadapi pengadilan Mahkamah Agama Yahudi. Kita tidak bisa meneladani Yesus untuk mati di salib menyelamatkan manusia berdosa. Namun kita bisa meneladani sikap-Nya yang mantap melakukan kehendak Allah walau harus

menanggung pengkhianatan dan penganiayaan dari pihak musuh. Kita bisa menyatakan kesetiaan kita pada-Nya dengan ambil bagian dalam pelayanan untuk memberitakan karya keselamatan-Nya yang sudah tuntas kepada mereka yang masih dibelenggu dosa.

102 Selasa, 30 Maret 2010

Bacaan : Matius 26:69-27:10

(30-3-2010)

Matius 26:69-27:10

Gagal dan bangkit lagi

Judul: Gagal dan bangkit lagi

Mengapa Petrus jatuh pada dosa menyangkali Yesus? Mengapa Yudas tega menjual Yesus demi tiga puluh keping perak? Petrus tidak berani menunjukkan identitasnya sebagai pengikut Yesus. Ia takut ditangkap dan mengalami hal yang sama dengan yang Gurunya alami. Padahal ia pernah sesumbar tak akan lari menghindari bahaya (ayat 26:33, 35). Dalam belas kasih Tuhan, kokok ayam menyadarkan Petrus akan kegagalan tersebut sehingga ia menangis tersedu-sedu. Syukur kemudian ia bertobat. Apa yang dinubuatkan Yesus tergenapi sudah (ayat 26:34).

Yudas menjual Yesus karena memang hatinya dikuasai materi. Demi hanya tiga puluh keping perak (syikal), yang hanya dapat mengupahi pekerja harian selama enam puluh hari, Yudas rela menyerahkan sang Guru ke tangan para musuh. Sayangnya ketika ia sadar dan menyesali kekeliruannya itu ia bukan bertobat melainkan bunuh diri. Inipun menggenapi nubuat Yesus di pasal 26:24.

Banyak orang Kristen juga jatuh seperti Petrus atau Yudas, menyangkali atau menjual Tuhan Yesus. Akar permasalahan mereka adalah mereka tidak memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Mereka tidak peka terhadap peringatan firman Tuhan. Mereka mengandalkan kekuatan sendiri daripada mengandalkan kasih karunia dan kuasa Allah dalam doa dan permohonan. Mereka hanya mau mengikut Yesus tanpa memikul salib. Mereka mengejar materi dan kenikmatan duniawi, sehingga membuka kesempatan untuk digoda oleh si jahat.

Bila kita adalah orang-orang yang pernah gagal seperti Petrus dan Yudas. Marilah menyesali perbuatan kita dengan sungguh-sungguh, bertobat dan kembali kepada Tuhan, maka Ia akan

memulihkan kita (lih. Yoh. 21). Janganlah kita memilih jalan Yudas yang menyesal dan merasa

bersalah atas perbuatannya yang membuat Yesus yang benar harus mati, tetapi ia tidak mencari pengampunan Tuhan malahan menutupi rasa bersalahnya dengan bunuh diri.

103 Rabu, 31 Maret 2010 Bacaan : Matius 27:11-31

(31-3-2010)

Matius 27:11-31

Kriminalisasi Yesus

Judul: Kriminalisasi Yesus

Ingat kasus kriminalisasi Bibit dan Chandra, ketua-ketua KPK November 2009 lalu? Mereka mendapat tuduhan palsu telah memeras dan melakukan sejumlah kesalahan yang pantas untuk dihukum penjara. Syukur, kasus itu akhirnya di-SKPP (Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan) oleh kejagung. Namun tidak demikian dengan kasus kriminalisasi Tuhan Yesus!

Apa kesalahan Yesus sehingga harus dihukum mati? Jawabannya: tidak ada! Tuduhan para pemuka agama terhadap Yesus, tidak satu pun yang dapat mereka buktikan wa-laupun mereka telah memakai banyak saksi palsu (ayat 26:59-61). Hanya satu tuduhan mereka yang sepertinya "diakui" Yesus, yaitu Dia sebagai Mesias, Anak Allah, yang menyebabkan Ia disebut sebagai penghujat Allah (ayat 26:63-65). Namun hal itu tidak bisa dijatuhi hukuman mati. Pilatus tahu akan hal tersebut (ayat 27:11). Pilatus tahu pula bahwa tuduhan-tuduhan itu disebabkan oleh kedengkian mereka (ayat 18). Pilatus tahu bahwa Yesus seharusnya dibebaskan.

Mengapa Pilatus akhirnya memerintahkan penyaliban Yesus (ayat 26)? Pilatus tidak berani menghadapi rakyat yang sudah dihasut oleh para pemuka agama. Apabila mereka berdemonstrasi besar-besaran, hal itu akan merugikan popularitasnya di mata orang Yahudi, maupun reputasinya di mata pemerintah Romawi yang mengangkatnya. Pilatus yang takut dirinya terseret masalah memilih untuk menyenangkan hati orang banyak dengan mengabaikan hati nurani sendiri (ayat 24).

Apa sikap terbaik menghadapi kriminalisasi seperti itu? Yesus memilih diam seperti seekor

domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53:7). Dia tidak membela diri karena kematian-Nya

merupakan kehendak Allah. Kebangkitan-Nya kelak membuktikan kebenaran-Nya. Saat kita difitnah bahkan dituduhkan yang jahat oleh karena iman kita, biarlah sikap Yesus yang berfokus pada salib dan kehendak Bapa menjadi sikap kita pula. Tidak perlu membela diri karena Allah pembela kita.

104 Kamis, 1 April 2010 Bacaan : Matius 27:32-44

(1-4-2010)

Matius 27:32-44

Jalan salib

Judul: Jalan salib

Penyaliban merupakan salah satu bentuk hukuman mati yang paling sadis dan kejam yang pernah diciptakan manusia. Sebelum disalibkan, terpidana mati akan mengalami berbagai siksaan dan cambukan dan juga harus memikul palang kayunya sendiri menuju tempat penyaliban. Tujuan penyaliban ialah agar terpidana mengalami penderitaan yang tidak tertahankan dan kematian secara perlahan-lahan.

Dalam peristiwa penyaliban, Yesus mengalami banyak penderitaan baik penderitaan fisik maupun batiniah. Secara fisik Ia disiksa sebelum dipakukan di salib (ayat 27-31). Ia mengalami penderitaan batiniah karena penolakan orang-orang yang Ia kasihi, umat-Nya Israel yang pernah menikmati pelayanan kasih-Nya. Orang banyak dan para musuh-Nya mencemooh Diri-Nya (ayat

39-43). Demikian juga para prajurit (Luk. 23:36-37) dan bahkan para penjahat yang sudah

selayaknya mati (ayat 44).

Namun Yesus secara sukarela dan taat melaksanakan kehendak Bapa. Melalui jalan salib di bukit Golgota yang penuh penderitaan dan berujung pada kematian, Yesus menebus dan mengampuni orang berdosa. Karya yang sarat penderitaan ini berdampak dahsyat bagi keselamatan mereka yang seharusnya mengalami kebinasaan kekal.

Bagaimana seharusnya respons kita terhadap pengurbanan Yesus yang begitu habis-habisan? Seharusnya kita penuh dengan ucapan syukur dan bahkan kerelaan untuk mengikut Dia, serta memikul salib masing-masing demi karya penyelamatan Yesus di salib dapat dialami juga oleh orang lain. Jangan seperti Simon dari Kirene yang mula-mula merasa terpaksa memikul salib

(ayat 32). Namun melalui peristiwa ini keluarga Simon akhirnya diselamatkan (lih. Mrk. 15:21;

Kis. 19:33; Rm. 16:13). Karena itu beritakanlah karya kasih Kristus di salib ini kepada semua orang. Nyatakanlah ke-saksian Anda dengan berani, bahkan siaplah menderita demi Injil keselamatan sampai kepada setiap orang yang membutuhkannya.

105 Jumat, 2 April 2010

Bacaan : Matius 27:45-66

(2-4-2010)

Matius 27:45-66

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 100-105)

Dokumen terkait