• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. SABDA BAHAGIA YESUS BAGI PENGHAYATAN KAUL

B. TANTANGAN PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DI TENGAH

2. Sabda Bahagia Yesus di Tengah Tantangan Nilai Sabda Bahagia Modern

Nilai-nilai yang terkandung dalam sabda bahagia modern sangat berlawanan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Sabda Bahagia Yesus. Hal ini dapat kita lihat dari ideologi yang mengiringinya. Terhadap ideologi ini, Jeanne Cover dalam artikelnya “Theological Reflections: Social Effects of Television” merumuskannya

sebagai berikut:

a. Ideologi yang melekat pada periklanan dan kebanyakan acara-acara yang

dipersembahkan stasiun televisi mengungkapkan dosa sosial dan kebutaan kolektif yang ditentang/dipersalahkan bahkan dikutuk oleh Yesus dan para Nabi, dan sebagian besar berkaitan dengan kesadaran yang keliru

b. Ideologi tersebut memprioritaskan kemakmuran, kekuasaan, efisiensi, kompetisi dan merusak kestabilan dasar kehidupan keluarga maupun komunitas.

c. Tidak hanya yang sekular/duniawi menggantikan yang religius, tetapi

simbol-simbol sakral dilepaskan dari konteks religiusnya untuk memberi perasaan yang palsu akan nilai-nilai luhur dan kesucian pada ‘teologi’ konsumerisme. Hal ini sangat jelas terlihat pada perayaan-perayaan keagamaan yang menjadi suatu pesta yang gemerlapan. Perayaan keagamaan pelan-pelan telah terdistorsi sebagai

76

hiruk pikuk. Hal ini bisa kita lihat dalam tayangam stasiun-stasiun televisi maupun mall-mall dan pusat-pusat perbelanjaan menjelang hari raya keagamaan. Ini suatu tantangan untuk pemurnian diri dan sosial. Via purgativa atau jalan

penyucian tidak melulu untuk pemulihan diri, tetapi juga pemulihan sosial. (Kompas, 11 November 2006:14). Orang tidak lagi merasa bahwa semua itu

berlawanan dengan nilai-nilai Kristiani.

d. Martabat pribadi manusia yang terarah pada transendensi diri dan misteri

terancam oleh perasaan pasif yang ditumbuhkan oleh medium televisi, juga kreativitas dan imajinasi yang diperlukan untuk refleksi teologis dan transformasi sosial diambil alih oleh emosi dan perasaan artifisial yang dihasilkan dan dikontrol teknologi.

e. Korporasi global melaksanakan kuasanya untuk mengontrol media, dan

menciptakan kebutuhan fisik dan psikologis yang memuaskan tuntutan-tuntutan pertumbuhan mereka sendiri. Bukan hanya negara-negara yang cukup makmur, melainkan pula negara-negara miskin dijadikan alat di tangan teknologi kapitalis yang kuat.

f. Kita membutuhkan teologi baru yang muncul dari praksis dan berpola pada Yesus

yang mewahyukan Tuhan dalam kemanusiaan bergantung pada salib tanpa daya, dan berjuang mendirikan Kerajaan Allah bukan dengan kekuasaan melainkan dengan pelayanan bagi mereka yang miskin dan tertindas (Jeanne Cover, 1993: 210-211).

Tawaran-tawaran nilai budaya modern akhirnya membawa orang untuk tidak memiliki kuasa diri dan terbawa oleh arus tawaran itu. Kebebasan pribadi di satu sisi mendapat tempatnya, namun di sisi lain orang kehilangan identitas atau jati dirinya

77

sebagai manusia yang dapat membebaskan dirinya. Orang memiliki kebebasan dan sekaligus kehilangan kebebasan karena pilihan hidup yang diambil membelenggu dirinya.

Budaya materialistis dan hedonistis mengakibatkan penilaian terhadap orang diukur dari apa yang dimilikinya. Misalnya: mobil BMW, uang yang banyak, rumah di real estate, dsb. Kualitas manusia diukur bukan pada karakter pribadi seseorang,

sehingga dapat dipastikan bahwa “kemewahan hidup” mencerminkan kebermaknaan seseorang. Nilai-nilai sabda bahagia modern sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh agama-agama. Semua nilai yang ditawarkan agama tidak mempunyai tempat dalam budaya dan gaya hidup modern. Agama menanamkan nilai seperti askese dan tapa, pengorbanan, kesederhanaan, kerelaan untuk melepaskan kesenangan demi cita-cita hidup yang lebih luhur dan mencapai kebahagiaan sempurna. Tidak heran bila manusia yang semakin menganut ideologi sabda bahagia modern semakin mengalami “alienasi” atau “keterasingan” dari dunianya, sehingga dapat dipastikan dalam situasi ini manusia mengalami “krisis makna”. Maksudnya orang mengalami kesulitan dalam mencari dan menemukan makna hidup dan dalam memberikan arti mendalam bagi hidupnya sendiri. Misalnya, ketika mereka ditanya “untuk apa aku hidup?”, mungkin mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja, karena tidak tahu kemana arah dan tujuan hidupnya! Singkatnya, apa yang mereka lakukan hanya mengikuti “insting” atau naluri sesaat yang ditawarkan jaman, di mana mereka dihadapkan pada aneka pilihan yang membutakan dan sekaligus menyesatkan. Dengan kata lain, pilihan hidup yang membawa keterasingan dari dunia di mana mereka ada dan hidup telah melahirkan ketidakbermaknaan hidup dan akhirnya menciptakan suatu sikap atau cara memandang dunia yang skeptis. Semua

78

serba tak ada yang pasti, bahkan tawaran nilai-nilai religiositas dalam agama-agama, dipandang sebagai sebuah tawaran semu.

Situasi ini dengan sendirinya mempengaruhi cara orang dalam menggapai dan dalam memaknai kebahagiaan yang tidak terlepas dari pengaruh konsumtif yakni dengan pemenuhan barang-barang materi yang bukan berdasarkan pada apa yang dibutuhkan tetapi sekedar memenuhi keinginan dan kesenangan. Juga pengaruh dari gaya hidup hedonistis yang memberi kepuasan dan kesenangan semu. Semua diukur berdasarkan kepuasan, kesenangan, dan kenikmatan yang didapatkan dengan cara yang mudah, cepat, dan murah. Tidak heran manusia pada akhirnya jatuh pada kedangkalan nilai, bahkan lebih jauh lagi terjerat dalam kekerasan, baik secara mental, psikologis maupun spiritual.

Pertanyaannya ialah bagaimana Sabda Bahagia Yesus masih tetap aktual dan relevan di jaman ini? Akankah nilai-nilai Sabda Bahagia Yesus menjadi semakin memudar bahkan dibungkam oleh sabda bahagia modern? Untuk menjawab pertanyaan ini kita ditantang untuk melihat buah-buah dari masing-masing Sabda Bahagia ini. Sabda Bahagia Yesus menawarkan kebahagiaan yang menghidupkan dan membawa keselamatan bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga memiliki efek sosial yang membawa orang lain pada kebahagiaan dan keselamatan. Sedangkan sabda bahagia modern mampu memberikan kesenangan dan kebahagiaan semu, di mana orang seolah-olah memiliki dunia ini bahkan seolah dapat membeli kebahagiaan tanpa perlu usaha dan perjuangan yang keras. Hasilnya adalah kedangkalan, tidak pernah puas bahkan berakhir dengan kehancuran dan kebinasaan.

Lebih lanjut kita menelusuri nilai-nilai yang ditawarkan oleh Yesus dalam Sabda Bahagia-Nya yang telah penulis uraikan pada bab II dan sabda bahagia modern

79

dengan nilai-nilainya. Yesus mengundang dan menunjukkan jalan terang menuju kebahagiaan sejati dan sempurna baik dalam kehidupan di dunia ini maupun pada hidup kekal. Yesus mengajak kita untuk memiliki sikap sederhana mampu menggunakan barang-barang materi sesuai dengan porsinya. Artinya bukan apa yang kita inginkan tetapi sungguh sesuai dengan kebutuhan dan jauh dari sikap loba/serakah seperti yang dikumandangkan sabda bahagia modern. Sikap sederhana juga ditunjukkan dalam sikap penuh hormat terhadap hal-hal rohani termasuk tubuh kita yang merupakan bait kudus Allah. Tubuh bukan menjadi sarana untuk mencapai kesenangan dan kenikmatan sesaat, tetapi sungguh suatu anugerah yang perlu dijaga dan dipelihara dengan rasa sayang dan hormat.

Dalam berbagai situasi manusia senantiasa mengandalkan Allah bukan mengandalkan kekuatan sendiri atau orang yang lebih kuat. Kesadaran ini menyadarkan manusia bahwa hidup spiritual mereka bukan apa-apa, senantiasa terbuka pada belaskasih Allah dan berharap pada-Nya. Sikap sederhana seperti ini tercermin dalam sikap rendah hati, yang mendorong kita rela menjadi miskin dan solider dengan yang miskin dan meneladan Yesus sendiri dalam pengosongan diri. Sikap sederhana model ini mendorong kita untuk memiliki sikap batin lepas bebas, kemerdekaan dari segala ikatan dan dari hal-hal yang mencemarkan dan tidak dikuasai keinginan yang tidak teratur akan barang-barang maupun orang. Pada akhirnya kita memiliki sikap siap sedia, bersikap solider dan berbahagia bersama dengan orang lain. Sikap yang membentuk pribadi-pribadi yang peduli terhadap kepentingan dan kesulitan orang lain, meningkatkan kerjasama dan kepedulian. Sikap inilah yang membuat hubungan di masyarakat semakin harmonis, tercipta perdamaian sehingga dunia ini semakin nyaman untuk dihuni.

80

Terhadap diri sendiri kita berupaya untuk mampu menerima diri apa adanya beserta masa lalunya sehingga kita mampu bersyukur dan berterimakasih terhadap segala sesuatu yang kita terima. Cara ini juga membuat kita mampu memaknai seluruh hidup kita dan tidak mudah tergiur oleh tawaran-tawaran yang menyilaukan tetapi tidak memberikan jaminan kebahagiaan sejati. Sabda Bahagia Yesus mengajak kita untuk senantiasa berharap dan percaya kepada Allah, membebaskan diri dari kuasa kejahatan yang membelenggu. Kita sebagai manusia lemah dan mudah jatuh ke dalam dosa membutuhkan uluran tangan Allah agar mampu memiliki sikap sabar dalam menanggung penderitaan, kesengsaraan dan kepahitan dalam hidup. Penderitaan dalam hidup kita terima dan kita yakini sebagai jalan penyucian diri. Melalui penderitaan kita diajak untuk senantiasa mengandalkan Allah sebagai satu-satunya harapan, kita tidak lari dari kenyataan, tetapi menghadapi kenyataan dan tidak mengandalkan kuasa sendiri. Dengan demikian kita tidak disesatkan oleh tawaran-tawaran semu yang menawarkan berbagai kemudahan tetapi tidak memberikan solusi yang berarti bagi hidup kita.

Sabda Bahagia Yesus mengajak kita untuk memiliki kemurnian hati. Kemurnian hati itu memampukan kita memiliki hati yang penuh belaskasihan, mengutamakan kebenaran dan keadilan. Kita berusaha mencari perdamaian, kesejahteraan, dan melaksanakan kehendak Allah, sehingga tidak mudah dibelokkan oleh nilai-nilai sabda bahagia modern yang hanya mengagung-agungkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Kemurnian hati memungkinkan kita mampu bertindak dalam terang kebenaran, senantiasa lapar dan haus akan kebenaran, hidup sempurna dalam Kristus. Allah adalah Bapa yang murah hati kepada manusia. Kita hidup di tengah masyarakat dengan motivasi murni dan tidak bercabang-cabang.

81

Kesadaran ini memampukan kita untuk memiliki satu hal saja dalam keinginan yakni menyenangkan Allah, memadukan kehendak dirinya dengan kehendak Allah.

Dengan demikian kita dimampukan untuk mengabdi Tuhan tanpa syarat. Hati senantiasa terpusat, tertuju dan percaya kepada Allah. Kemurnian hati juga mendorong manusia untuk memiliki sikap cinta damai yang ditunjukkan dalam mengupayakan perdamaian dan menciptakan perdamaian dalam kehidupan bersama. Sikap cinta damai memungkinkan kita untuk mampu membangun persahabatan dan mengupayakan persahabatan dengan siapa saja yang berkehendak baik.

Sabda Bahagia Yesus yang tercermin dalam sikap-sikap yang telah disebutkan di atas memungkinkan dan memampukan kita untuk turut ambil bagian dalam penderitaan Kristus dan dalam karya penebusan-Nya. Pengikut Kristus yang setia kepada Allah dan kebenaran-Nya senantiasa memperjuangkan kebenaran itu dalam seluruh kehidupannya. Kristus menjanjikan anugerah sukacita dan kebahagiaan kepada pengikut-Nya yang demikian, serta memberikan rahmat-Nya dengan cuma-cuma. Anugerah cuma-cuma yang diberikan Kristus mendorong para pengikut-Nya untuk mampu memberi juga dengan cuma-cuma agar semakin banyak orang menerima warta keselamatan dan kebahagiaan sejati yang Kristus sediakan bagi mereka yang datang, mencari dan mengupayakannya.

3. Sabda Bahagia Yesus dalam Penghayatan Kaul Kemiskinan di Tengah