• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. INTERNALISASI SABDA BAHAGIA YESUS DALAM UPAYA

B. PENGEMBANGAN PROGRAM

1. Satuan Persiapan Katekese Audio Visual I

1) Tema : “Manfaatkan Kegunaannya, Waspadai Resikonya”

2) Tujuan: Bersama pendamping peserta mampu menganalisis pengaruh

media televisi bagi kehidupan baik yang positif maupun yang negatif di balik pesonanya yang menakjubkan sehingga mampu menggunakannya secara tepat.

3) Peserta : Novis tahun pertama dan kedua

4) Tempat : Novisiat Ursulin Bandung

5) Hari/Tgl : Rabu, 28 Februari 2007

6) Waktu : 09.30 – 12.30 WIB

7) Metode : nonton VCD, SOTARAE, dinamika kelompok,gerak dan lagu,

sharing, informasi, refleksi,

138

Wajah Televisi”

- Tiga cara membaca televisi

- Menggali dokumen Aetatis Novae, Inter Mirifica danSeruan

Paus Benediktus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia ke-40 9) Sarana : VCD Player, kertas flap, spidol dan hand out

10)Sumber Bahan :

a) Yohanes Paulus II, Paus. (1992). Aetatis Novae. Jakarta: Departemen

Komunikasi dan Penerangan KWI

b) Komisi Komunikasi Sosial KWI dan SAV Puskat. (VCD, 1999).

Kebijaksanaan Tertinggi. Jakarta: KWI

c) SAV Puskat. (VCD, 2004). Dua Wajah Televisi. Yogyakarta: SAV Puskat

d) Olivera Manuel. (1989). Group Media. Yogyakarta: Kanisius

e) Iswarahadi. (2002). Pendidikan Iman di Jaman Audio Visual. Yogyakarta:

Pusat Pastoral.

f) Konsili Vatikan II. (1992). Inter Mirifica. Jakarta: Departemen

Komunikasi dan Penerangan KWI

g) LAI (1995). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab

Indonesia

b. Pemikiran Dasar

Dari hasil penelitian pada bab III, para novis menyatakan bahwa televisi adalah salah satu media elektronik yang sering digunakan saat rekreasi komunitas. Televisi sebagai sarana informasi sekaligus sarana hiburan memiliki pesona tersendiri yang menakjubkan dan menarik minat banyak orang. Pesona audio visualnya dengan

139

gerak, gambar, suara dan musik dengan modifikasi yang bisa lebih indah dari kenyataannya mampu menyentuh perasaan dan budi siapa saja yang menontonnya. Televisi juga memiliki kekuatan magis yang mampu menggerakkan orang baik secara positif maupun negatif. Sebagai contoh saat terjadi bencana tsunami di Aceh maupun gempa di Nias dan Yogyakarta, berita yang disiarkan televisi dengan cepat sampai di seluruh pelosok baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga dengan cepat pula mengetahui peristiwa ini. Tidak heran bila dalam waktu singkat bantuan materi, maupun tenaga sukarelawan datang berbodong-bondong ke tempat ini.

Televisi juga memiliki pengaruh buruk dengan ideologi-ideologi yang ditanamkannya khususnya, dari acara yang sifatnya hiburan maupun dari iklan.

Televisi ibarat girl yang menawarkan produk-produk yang diproduksi oleh kaum

kapitalis. Sajian yang menggoda dengan tampilan yang memukau membentuk suatu cara pemikiran yang diarahkan pada gaya hidup konsumtif, hedonis dan instan. Dengan demikian semakin banyak orang memiliki keyakinan bahwa membeli produk-produk yang ditayangkan di televisi menjadi resep yang ampuh untuk bisa menikmati hidup dengan penuh ketenangan, kenikmatan, kesenangan dan kebahagiaan semu dalam waktu sekejap. Tidak heran bila banyak orang berbondong-bondong ke mall-mall tempat kekuasaan kaum kapitalis. Di samping itu tayangan-tayangan yang disiarkan dalam televisi lebih condong pada budaya kematian di mana budaya kekerasan dengan penggunaan senjata canggih seolah didukung oleh media ini.

Para novis mengakui keunggulan televisi maupun pengaruh buruknya terhadap kehidupan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kesadaran bermedia mereka perlu memiliki kemampuan menganalisis media ini. Analisis terhadap media televisi

140

membantu para novis untuk memanfaatkan media ini sekaligus mewaspadai pengaruh buruk yang ditimbulkannya. Di samping itu para novis sebagai generasi muda harapan di masa yang akan datang diharapkan bisa menjadi pewarta Injil Kristus dan karya keselamatan-Nya kepada orang-orang di jamannya. Oleh karena itu berkaitan dengan jaman televisi atau audio visual yang semakin canggih, para novis diharapkan mampu menggunakan sarana-sarana ini dengan tepat. Seperti yang dinasihatkan Bapa

Suci Paus Paulus VI dalam dokumen Inter Mirifica. Agar bisa menggunakan sarana

ini dengan tepat perlu, kita mengetahui norma-norma moral dan mampu mempraktikkannya dengan setia.

c. Proses Pertemuan

1) Pembuka

a) Penjelasan singkat mengenai proses, tujuan dan arah katekese audio visual yang akan dilaksanakan termasuk penjelasan mengenai: SOTARAE

b) Doa Pembuka (persiapan pendamping)

“Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus kami bersyukur kepada-Mu atas rahmat kasih-Mu yang senantiasa Engkau limpahkan kepada kami. Bapa, kami bersyukur atas bumi dan segala isinya yang Engkau percayakan kepada kami manusia untuk berkuasa atasnya dan memeliharanya bagi kelangsungan bumi ini. Bapa, ampunilah kami yang dengan berbagai kemajuan justru merusak alam ciptaanmu yang indah, bukan hanya merusak alam tetapi juga merusak dan menghancurkan sesama manusia. Ya Bapa, kami mohon agar di tengah jaman yang serba maju ini, kami memiliki sikap bijak dan kritis dalam penggunaan berbagai kemajuan terutama dalam penggunaan media. Semoga

141

kami mampu memanfaatkan kegunaannya demi pewartaan Kerjaan Allah, dan kami tetap waspada terhadap resiko dari pengaruh buruk yang bisa merusak hidup kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin”

c) Lagu : Ut Omnes Unum Sint

Ut omnes unum sint. Jadilah mereka satu.

Seperti Aku dan Bapa adalah satu.

Biar didorong-dorong, digoyang-goyang, diguncang-guncang.

Tetapi bersatu membangun dunia baru.

2) Analisis Televisi a) Pengantar

“Saudari-saudariku yang terkasih dalam Kristus, lagu yang kita nyanyikan tadi tidak lain adalah doa Yesus sendiri ‘Ut Omnes Unum Sint’, jadilah mereka

satu. Biar digoyang-goyang, diguncang-guncang tetap bersatu membangun dunia baru. Kita adalah orang muda sekaligus religius muda di tengah jaman teknologi komunikasi yang berkembang pesat. Tentu saja alat-alat komunikasi semakin mempermudah, mempercepat dan sangat berguna bagi kehidupan kita terutama dalam berkomunikasi dengan sesama di seluruh dunia.

Media komunikasi selain membawa keuntungan dan kegunaan yang bisa kita manfaatkan, media ini juga memiliki unsur negatif yang bisa membawa pengaruh negatif terhadap pola pikir, pola rasa dan pola bertindak yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Salah satu media komunikasi itu adalah televisi. Televisi memiliki daya tarik dan pesona yang memukau siapa saja yang menggunakannya. Media kecil ini bahkan bisa menggerakkan manusia secara serempak seperti saat terjadi bencana, dsb. Televisi menyajikan berbagai hal yang

142

sepertinya mampu memenuhi segala yang keinginan manusia. Agar kita mampu menggunakan media ini sesuai fungsinya, kita harus memiliki sifat kritis terhadap media ini termasuk ideologi yang mengiringinya. Berikut kita bersama akan menyimak suatu analisis terhadap televisi melalui program-program yang disajikannnya.”

b) Menyaksikan VCD “Kebijaksanaan Tertinggi” dengan synopsis cerita:

Kebijaksanaan Tertinggi adalah sebuah kisah perjalanan yang diukir

dalam relief-relief yang ada di Candi Borobudur. Relief ini mengandung kisah-kisah yang sangat menarik seperti kisah-kisah Sidharta Gautama, Pangeran Sutasoma

dan seorang pemuda bernama Sudhana. Kebijaksanaan Tertinggi mengajak kita

untuk bersama mengikuti perjalanan spiritual dari ketiganya hingga mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan diperolehnya dari aneka pilihan yang ditawarkan kepada mereka, dan dengan bijaksana mereka mampu memilih nilai-nilai luhur yang membuat mereka menjadi orang yang sungguh-sungguh berbahagia. Marilah kita simak bersama tayangan VCD-nya.

c) Menyaksikan VCD “Dua Wajah Televisi”

“Setelah kita bersama melihat kisah perjalanan spiritual dari relief Candi Borobudur, kita akan membandingkan suatu tawaran lain tentang kebahagiaan yang serba cepat dan instan tetapi hanya sesaat. Marilah kita saksikan bersama Dua Wajah Televisi sebuah analisis dari team Studio Audio Visual Yogyakarta.

Dua Wajah Televisi adalah hasil analisis program siaran televisi Trans TV tanggal

1 Oktober 2004 yang terdiri dari 10 tesis yang terbagi dalam dua bagian yakni program acara dan iklan.”

143

d) Diskusi Film dengan metode SOTARAE:

Situasi (menjajagi kesan para peserta): bagian ini dibahas dalam kelompok

besar dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:

- Apa kesan Anda dari tayangan tadi?

- Hal-hal apa saja yang ditampilkan dari tayangan tadi?

♦ Fakta-Fakta Objektif: masih dibahas dalam kelompok besar dengan

pertanyaan panduan sebagai berikut:

- Fakta-fakta apa yang Anda tangkap dari tayangan tadi?

- Bagaimana fakta-fakta ini berpengaruh terhadap kehidupan?

Tema-tema: setelah menemukan fakta-fakta objektif, kemudian peserta

merumuskan tema-tema bersama dalam kelompok besar. Setelah tema-tema ditemukan kemudian membuat urutan prioritas sesuai dengan hal-hal yang dianggap penting dan berpengaruh kuat terhadap kehidupan.

Analisis

Peserta diajak untuk menganalisis tayangan “Dua Wajah Televisi” dan

“Kebijaksaan Tertinggi” dengan tiga cara membaca televisi dalam kelompok

kecil

- Semiotik : membaca TV sebagai tanda dan simbol

Semiotik adalah sebuah studi tentang segala sesuatu, yang dipakai untuk berkomunikasi: kata, gambar, bunga, musik, dll. Semiotik mempelajari cara bagaimana “tanda” menjalankan fungsinya dan aturan-aturan yang mengatur penggunaannya.

Pertanyaan penuntun: Simbol-simbol apa yang Anda temukan dan apa arti dari simbol-simbol tersebut?

144

- Pendekatan Psikologi: Membaca TV sebagai pabrik mimpi

Mimpi melibatkan kita secara emosional, sama kuatnya dengan cerita yang ditampilkan pada layar TV atau bioskop. Manusia tidak hanya bertindak secara rasional. Emosi yang disadari maupun tidak disadari juga mempengaruhi tingkah laku manusia. Psikologi motivasi bertanya mengenai “uses and gratifications” atau apa kegunaan yang ditawarkan TV.

Pertanyaan penuntun:

• Mimpi seperti apa yang ditawarkan dari dua tayangan tadi?

• Pola hidup seperti apa yang ditawarkannya dan apa pengaruhnya

terhadap pemirsa? - Pendekatan Kritis Ideologis

Pada umumnya industri Televisi berorientasi pada keuntungan komersial. Pertanyaan penuntun: “siapa yang diuntungkan” dan “siapa yang dirugikan” dari tayangan yang telah kita saksikan bersama.

Seruan Bapa Gereja terhadap penggunaan media dalam dokumen Aetatis

Novae, Inter Mirifica dan seruan Bapa Suci Benediktus XVI perlu untuk

menghadapi pengaruh positif dan negatif media serta peluang yang bisa kita manfaatkan.

e) Rangkuman dan Peneguhan

Setelah setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, fasilitator menarik kesimpulan atau rangkuman dari proses yang telah berlangsung. Kemudian peserta merenungkan “Doa Yesus” dari Injil Yohanes 17: 9-19 dan pendamping memberikan peneguhan sebagai berikut:

145

“Saudari-saudariku yang terkasih dalam Kristus, seluruh bab ini merupakan bab panjang yang ditujukan Yesus kepada Bapa-Nya. Dalam posisi-Nya antara surga dan dunia, antara Bapa-Nya dan para murid-Nya, Yesus berdoa bagi kaum beriman sekarang dan masa yang akan datang. Bagi murid-murid inilah Yesus berdoa pada saat keberangkatan-Nya dalam ayat 9-19. Ia berdoa secara khusus: peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku (ay.11), supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita (ay.11), supaya penuhlah sukacita-Ku dalam diri mereka (ay.13), supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat (ay.15), dan supaya kuduslah mereka dalam kebenaran (ay.17).

Permintaan Yesus bagi murid-Nya adalah supaya mereka dilindungi oleh kuasa Allah yang besar (yang akan diperlihatkan dalam 18:6); bahwa kesatuan mereka menyerupai dan berdasar pada kesatuan erat antara Bapa dan Anak. Dan untuk masa depan para murid Yesus memohon karunia pokok seperti dalam 21-23. Hanya melalui bukti persatuan kasih ini, perutusan kepada dunia (ay.18) menjadi efektif. Karena hanya berkat persatuan kasih yang kelihatan dari para murid, dunia dapat percaya (ay.21) dan dapat mengetahui (ay.23) bahwa Bapa telah mengutus Yesus dan bahwa kasih Bapa dapat ditemukan dalam Yesus sendiri (ay.23).

Dengan doa Yesus ini kita sadar betapa besar kasih-Nya kepada kita, dan Tuhan sendiri tahu bahwa begitu banyak bahaya dari roh jahat yang bisa memecah belah tali persatuan kita dengan Allah. Tetapi kita tidak perlu kuatir karena Yesus sendiri telah memohonkan rahmat dari Allah Bapa untuk senantiasa melindungi kita terhadap segala yang jahat. Kita senantiasa diajak untuk

146

memperat tali persatuan kita dengan Tuhan dan sesama seperti yang dinasihatkan St Angela dalam nasihat terakhir 1-3:

hiduplah dalam keserasian sehati sekehendak, terikat satu sama lain dalam cinta kasih, saling menghargai, saling membantu, saling bersabar dalam Yesus Kristus. Bila Anda benar berusaha menghayati hidup seperti ini tidak ragu lagi Allah Tuhan kita tinggal di tengah-tengah Anda. Kita satu dalam Tuhan karena kita telah dipersatukan oleh-Nya, kita juga satu dengan sesama yang adalah karunia dari Tuhan sendiri”.

f) Aksi

Bersama-sama peserta membuat suatu rencana aksi konkrit yang bisa dilaksanakan secara pribadi maupun bersama yang sekaligus bisa menjadi suatu usulan program bagi pembinaan lanjutan di Novisiat maupun dalam karya pelayanan.

g) Evaluasi

Bersama peserta fasilitator membuat suatu evaluasi keseluruhan proses dengan pertanyaan penuntun:

- Apa kesan Anda mengikuti keseluruhan proses ini?

- Apa manfaat yang bisa dipetik dari proses katekese seperti ini?

- Apa saran dan kritik Anda dalam proses yang telah kita lalui bersama? 3) Penutup

a) Doa Penutup

“Bapa di surga, Engkau mengutus kami seperti domba di tengah-tengah serigala. Engkau mengharapkan agar kami bisa menjadi cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kami mohon rahmat dan tuntunan Roh Kudus-Mu agar semakin hari kami hati kami semakin jernih dan bijaksana terhadap banyak hal, yang bisa menyeret kami menjauh dari-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara

147

kami yang hidup dan bertahta bersama Dikau dalam persekutuan Roh Kudus kini dan sepanjang masa. Amin”

b) Lagu Penutup

Tuhan adalah kekuatanku, bersama Dia ku’tak akan goyah

Ku’kan terbang tinggi bagai rajawali melakukan perbuatan yang besar

Ku’kan terbang tinggi bagai rajawali,

Dan melayang tinggi demi kemulian-Nya

Biar buku bergoncang dan badai menerjang,

Ku’kan terbang tinggi bersama Dia.

2. Satuan Persiapan Katekese Audio Visual II