• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. SABDA BAHAGIA YESUS BAGI PENGHAYATAN KAUL

B. TANTANGAN PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DI TENGAH

1. Televisi dan Nilai-Nilai Sabda Bahagia Modern

Uraian di atas menunjukkan suatu realitas hidup di jaman audio visual di

mana terjadi pergeseran dari media huruf ke media elektronik, dari cold media

(informasi terbatas) menjadi hot media (informasi melebihi takaran). Dari pembaca

yang berpartisipasi menjadi penonton yang ‘mlongo’. Demikian juga terjadi

pergeseran dalam model kepribadian yakni dari pribadi yang utuh (integral, terfokus)

menjadi pribadi yang fragmentaris (banyak urusan sekaligus). Dari berpendirian

kokoh, keras, monolit (menangnya sendiri) menjadi fleksibel, plural, toleran. Demikian juga interaksi intelektual menjadi reaksi emosional. Tanggungjawab etis semakin soliter (sendirian), dan memerlukan keberanian moral. Solidaritas etis bersifat rohani, bukan rasis atau pun agamis. Manusia mencari kebenarannya sendiri-sendiri. Dasar kebenaran yang seringkali masih bersifat sementara langsung menjadi dasar dan pegangan hidup (Sudiarja, 2006:1-3).

Perkembangan ini membawa banyak perubahan nilai-nilai dalam kehidupan. Televisi sebagai salah satu media membawa pengaruh yang cukup besar dengan nilai-nilai yang mengiringinya sesuai kepentingan-kepentingan yang mendasarinya. Dampak terhadap perubahan nilai-nilai ini terutama dan bersifat destruktif, mengancam keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Salah satunya adalah sabda bahagia yang oleh manusia jaman modern dikenal dengan istilah sabda bahagia modern. Sabda bahagia modern seperti dikutip oleh Darminta dalam bukunya Praksis Pendidikan Nilai dengan butir-butirnya adalah

72

Mereka merasa tidak perlu orang lain Berbahagialah mereka yang agresif,

Mereka gembira berjalan diatas orang

Berbahagialah mereka yang tak mau menunda kesenangan, Mereka tak akan pernah paham apa arti kurban. Berbahagialah orang yang mendahulukan uang,

Uang akan menjadi hiburan mereka

Berbahagialah mereka yang tak punya belaskasihan, Hati mereka tak akan mudah tersentuh Berbahagialah orang pelahap seks,

Mereka takkan pernah mengerti kelembutan Berbahagialah mereka yang kejam,

Mereka akan disebut setan oleh anak-anaknya. Berbahagialah orang yang terbiasa dengan berbuat salah,

Milik merekalah kerajaan dunia ini

Dari seruan sabda bahagia modern ini dapat kita lihat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yakni:

a. Situasi dan kenyataan hidup yang mau diangkat

Sabda bahagia modern membuat pemisahan tidak hanya terjadi pada hal-hal yang profan dan rohani saja, namun dalam berbagai bidang kehidupan. Setiap orang merasa memiliki hak untuk mengatur dirinya dengan segala kepentingannya, tanpa merasa perlu melibatkan atau dicampuri oleh orang lain.

Kenyataan hidup seperti ini akhirnya membuat orang lebih percaya pada dirinya sendiri ketimbang percaya pada orang lain. Persaingan menjadi kata kunci untuk mencapai kesuksesan dan ambisi pribadi. Persaingan orang yang kerapkali tidak sehat, karena harus mengorbankan kepentingan dan hak orang lain menjadi pilihan utama dan hakiki.

b. Nilai-nilai yang membentuk gaya hidup

Nilai-nilai selalu berkaitan dengan kekuatan yang mengembangkan dan memelihara hidup atau menawarkan prinsip-prinsip hidup. Tetapi dalam sabda

73

bahagia modern, justru sebaliknya, nilai-nilai yang membentuk gaya hidup yang terjadi menjadi kekuatan yang membinasakan dan menawarkan prinsip-prinsip kematian. Prinsip-prinsip yang ditawarkan oleh sabda bahagia modern membentuk pribadi-pribadi yang kerdil dan memiliki semangat hidup dan pemusatan hidup pada diri sendiri, yakni pemuasan-pemuasan pada kebutuhan pribadi sesaat. Tata nilai yang diperjuangkan hanya ditentukan dan dibatasi oleh kemampuan untuk memiliki, menguasai dan menguntungkan. Nilai yang ditawarkan, seperti status, cinta diri, hidup sukses, kuasa dan popularitas menjadi prioritas hidup yang harus dikejar dan digapai.

Kenyataan hidup yang digemakannya paling dirasakan dan berpengaruh pada kebiasaan atau gaya hidup serta mempengaruhi struktur pemikiran atau cara pandang dan menilai sesuatu. Nilai-nilai yang ditawarkannya berupa kesenangan dan

kebahagiaan semu merasuki hidup manusia modern. Nilai hedonis menjadi pilihan

hidup, artinya kebahagiaan hanya dicapai dengan cara dan upaya memenuhi segala kesenangan dan kenikmatan sesaat. Pemenuhan kebutuhan sesaat akhirnya membawa

orang pada semangat konsumtif, berusaha menikmati segala bentuk tawaran dan

pilihan.

Demikian pula dalam cara memandang sesuatu, selalu bertolak dari sesuatu yang dimiliki, apa yang dimiliki orang, bukan karakter pribadi yang dimiliki. Orang dinilai dari status, gengsi, kekuasaan dan jabatannya, bukan dari apa yang dilakukannya atau diperbuatnya. Pribadi manusia kurang mendapat tempat, bahkan martabat manusia kurang dihargai dan dihormati selayaknya sebagai makhluk yang luhur dan mulia yang memiliki harkat dan martabat yang sama.

74

c. Mentalitas yang dimunculkan

Tawaran nilai dalam sabda bahagia modern adalah membentuk dan memunculkan mentalitas konsumtif. Melalui mitos-mitos kultur konsumtif, seperti:

“kamu harus mengalami dan merasakan segala sesuatu yang kauinginkan, memiliki segala sesuatu yang engkau mau dan membangun hubungan intim dengan siapa pun yang kauinginkan”. Akhirnya hidup ditentukan oleh pemenuhan kepuasan dan kebutuhan sesaat, di mana kesenangan dan kebahagiaan semu menjadi prioritas

pilihan hidup yang kemudian melahirkan mentalitas hedonis. Prinsip yang

dikembangkan adalah menikmati hidup sepuas-puasnya, kata orang mumpung masih hidup, kalau sudah mati tidak mungkin lagi bisa menikmati semuanya”. Dengan prinsip hidup “nikmatilah hari ini” atau “jangan menyia-nyiakan kesempatan hari ini” orang tidak mau menunda-nunda kesenangan.

Tawaran-tawaran nilai-nilai ini ditampilkan dalam siaran-siaran televisi, terutama melalui acara-acaranya yang bersifat menghibur, tetapi tidak memiliki kualitas yang membangun masyarakat. Hal ini bisa dicermati dan dianalisis melalui program-program acara yang sifatnya hiburan terutama melalui acara sinetron, infotainment yang menampilkan gaya hidup para artis yang seolah-oleh menjadi

public figur yang harus dicontoh dan juga ideologi yang ada di balik iklan.

Kebiasaan atau mentalitas konsumtif dan hedonis yang lahir dalam kehidupan

budaya modern mengantar orang pada sikap individualistis, yakni mementingkan kehidupan pribadi di atas kepentingan bersama. Egoisme semakin berkembang dan mendapatkan tempatnya dalam pribadi-pribadi modern. Mentalitas yang dikejar oleh manusia-manusia modern adalah menjadikan diri lebih dari orang lain. Berusaha menjadi yang terbaik, terindah, tercantik, terkaya, dan ter…yang lainnya.

Sajian-75

sajian dari tayangan televisi sudah sangat jelas di mana mereka menampilkan para tokoh yang cantik dan yang gagah, tidak penting apakah berkualitas atau tidak. Gaya hidup metropolitan yang gemerlapan sangat kontras dengan kondisi bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya menengah ke bawah.

2. Sabda Bahagia Yesus di Tengah Tantangan Nilai Sabda Bahagia Modern