• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu sektor, industri, atau perusahaan untuk bersaing dengan sukses mencapai suatu pertumbuhan yang berkelanjutan di dalam lingkungan global selama biaya imbangannya lebih rendah dari penerimaan sumber daya yang digunakan (Daryanto, 2009). Menurut World Economic Forum (WEF) tahun 2009, Indonesia menghadapi persoalan-persoalan yang sangat penting untuk ditangani dalam rangka peningkatan daya saing nasional. Persoalan tersebut antara lain adalah (a) kualitas birokrasi yang tidak efisien, (b) ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai, (c) kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, (d) tingginya tingkat korupsi, dan (e) kesulitan dalam akses permodalan atau pembiayaan.

Definisi lain diungkapkan oleh Van Duren et aldalam Aguiar dan Andrea (2002), yaitu sebagai kemampuan pertambahan keuntungan dan menjaga pangsa pasar pada pasar domestik atau internasional, dan berdasarkan kepada tiga pendekatan studi competitiveness. Ketiga pendekatan tersebut antara lain adalah ekonomi neoklasik yang menyimpulkan daya saing sebagai perubahan pangsa pasar, pendekatan organisasi industrial yang menggambarkan peningkatan daya saing melalui persaingan sedangkan penurunan daya saing melalui penggunaan koperasi, dan pendekatan manajemen strategi yang menggunakan faktor yang menggerakkan atau mengganggu daya saing dari industri dalam arti dinamik. Perbedaan dalam mendefinisikan daya saing dapat mempengaruhi cara pandang sehingga mempengaruhi penggunaan indikator dalam menganalisis daya saing itu sendiri.

Pengukuran daya saing harus menggunakan patokan yang jelas, karena merupakan konsep yang relatif, baik untuk mengukur daya saing internasional maupun domestik. Laturffe (2010) mengatakan bahwa banyak penelitian yang menganalisis daya saing hanya dengan menggunakan satu ukuran (seperti indeks ekspor, biaya produksi, atau pertumbuhan produktivitas saja) meskipun telah terdapat bukti bahwa daya saing dapat berbeda sesuai dengan komponen yang diukur.

Daya saing secara internasional dapat diukur dalam bentuk komparasi daya saing antar produk-produk ekspor seperti yang digunakan dalam penelitian Hadi dan Mardianto (2004). Penelitian tersebut mengukur daya saing dengan menggunakan pertumbuhan standar, efek komposisi produk, efek distribusi pasar, dan efek daya saing. Parameter pertumbuhan standar menurut penelitian tersebut mengindikasikan pertumbuhan ekspor produk negara-negara dunia ke kawasan ASEAN. Parameter ini mencerminkan kinerja ekspor dari negara atau kelompok negara pesaing terhadap Indonesia atau negara ASEAN lainnya. Efek distribusi pasar digunakan untuk menggambarkan perhatian yang akan diberikan suatu negara terhadap eksportir terbesar, sedangkan efek daya saing digunakan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan pangsa pasar ekspor Indonesia secara relatif terhadap standar setelah diperhitungkan perubahan komposisi produk dan distribusi pasar.

Hadi dan Mardianto (2004) mengasumsikan bahwa efek daya saing hanya dapat terjadi selama periode analisis sebagai respon terhadap perubahan harga relatif pada pasar ASEAN. Efek distribusi pasar menurut penelitian tersebut hanya cocok untuk melihat penjualan pasar. Penggunaan parameter pertumbuhan output standar akan memberikan gambaran mengenai aktifitas operasional termasuk didalamnya perubahan stok atau ketersediaan produk, produksi modal, dan gambaran output riil dalam suatu periode tertentu.

Daya saing internasional juga dapat diketahui dengan menggunakan permintaan suatu produk dengan menganalisis faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun faktor eksternal. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini salah satunya dilakukan oleh Kagochi (2007) yang menyatakan bahwa indikator utama yang sangat mempengaruhi permintaan dari produk gandum US menurut penelitian tersebut adalah harga dan kualitas, sedangkan faktor peningkatan investasi yang berkelanjutan pada sisi produksi akan memberikan dampak meningkatnya daya saing karena menurunkan biaya produksi dan strategi pemasaran yang tepat. Harga yang lebih rendah dan peningkatan kualitas membuat produk gandum US lebih kompetitif dibandingkan produk lainnya. Permintaan juga mempengaruhi daya saing kakao asal Indonesia di pasar internasional, berkaitan dengan mutu atau kualitasnya. Mutu kakao asal

Indonesia yang rendah mengakibatkan permintaan dunia akan kakao asal Indonesia menjadi rendah, sahingga daya saing industri untuk kakao asal Indonesia akan rendah di mata internasional (Widodo, 2000).

Berkaitan dengan permintaan konsumen, daya saing dapat diketahui dengan melihat perkembangan permintaan produk di pasar oleh konsumen. Seperti yang dilakukan oleh Sudiyarto dan Hanani (2005), ketika konsumen lebih memilih atau berminat terhadap suatu produk dibandingkan dengan produk lainnya, maka ini dapat menggambarkan daya saing produk tersebut di pasar.

Jika permintaan suatu produk tinggi, maka dikatakan bahwa produk tersebut memiliki keunggulan bersaing terhadap produk sejenis lainnya. Menurut penelitian ini, daya saing tidak dapat dinyatakan tinggi hanya ketika suatu produk memiliki harga yang tinggi ataupun memiliki keunggulan ekonomi. Hal ini disebabkan karena ketika produk sampai dipasar, permintaan konsumen atau pemilihan dalam pembelian produk akan menunjukkan apakah produk tersebut berdaya saing tinggi, sehingga harga yang mahal dapat dikatakan berdaya saing ketika konsumen memberikan sikap positif dalam mengkonsumsi produk tersebut, begitu juga sebaliknya.

Daya saing dapat digunakan untuk melihat apakah suatu produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh suatu perusahaan/industri baik secara nasional maupun internasional memiliki peluang untuk bertahan terhadap persaingan terhadap produk lain, baik produk yang sama yang berasal dari perusahaan atau negara lain, maupun produk substitusi dan komplementer dari produk tersebut. Indikator lain yang menjelaskan daya saing adalah indikator performance. Indikator performance dapat diukur dengan menggunakan beberpa variabel, diantaranya yang banyak digunakan untuk menjelaskan daya saing adalah produktivitas, profitabilitas, dan growth (Perdana, 2003; Malian, Banny, dan Adimesra, 2004; Fischer dan Schornberg , 2007; Laturffe, 2010). Kelebihan pendekatan daya saing dengan indikator performa adalah kemungkinan untuk mempertimbangkan dua strategi bisnis, yaitu; (1) strategi pemasaran dengan produktivitas tinggi namun memiliki profitabilitas per unit yang rendah, dan (2)

strategi “kualitas tinggi” dengan margin profit per unit yang tinggi dengan hasil

Dokumen terkait