• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBLE TAPI KECE

4. Samson Betawi (1976)

Sekuen dalam Samson Betawi ini dinamakan berdasarkan momen perkembangan usia Samson. Skema fungsional Samson Betawi yaitu: Kelahiran, Masa Kecil, Pembuktian Kekuatan, dan Kekalahan Samson.

91 a. Sekuen 1: Kelahiran

Terdapat lima fungsi pokok dalam sekuen ini: “Wok diperiksa Ce Ampyang”, “Wok diperiksa Mas Sastro”, “Wok dan Hamid bertengkar karena ramalan”, “Wok melahirkan bayi tanpa bantuan”, dan “Hamid menamai anaknya sebagai Samson”. Adegan-adegan dalam babak kelahiran ini seperti menjelaskan pada penonton mengenai latar belakang Samson si tokoh utama. Rumah mereka juga tertata apik. Latar belakang Betawi juga dipertegas dengan kehadiran lagu Kicir-Kicir dan Ondhel-ondhel yang diputar pada adegan-adegan awal.

Kehadiran Ce Ampyang dan Mas Sastro menjadi peramal yang melihat masa depan Samson. Ce Ampyang sendiri menggunakan kertas ramal ala Cina sedangkan Mas Sastro menggunakan buku primbon. Keduanya sepakat bahwa jabang bayi akan memiliki kekuatan super. Selain itu, Mas Sastro juga memberikan wejangan pada calon orang tua ini untuk bersabar menghadapi anak serta berkata. Lewat ujaran Mas Sastro pula, “Kalo bulu kethek e dicabut dia bakal lemes gak punya kekuatan” himbauan mengenai jabang bayi dikemukakan dalam layar.

Gambar 10. Ramalan dan kelahiran Samson yang kekuatannya diwakili oleh efek bintang-bintang pada wajahnya. (Samson Betawi)

Adegan pemilihan nama untuk jabang bayi juga menarik. Dalam adegan ini, Wok sedang beristirahat di kamar, sedangkan Hamid dan dukun beranak ada di ruang tamu. Hamid melihat anaknya sambil mencari-cari nama yang tepat untuk anaknya.

92

Percakapan antara dukun dan Hamid juga patut untuk disimak karena mengandung stereotipe. Saat dukun menyarankan nama ‘Doel’, Hamid menolaknya dengan berkata, “Itu kampungan”. Lalu dukun menyarankan ‘Robert’ supaya lebih modern, Hamid tetap menolak. Akhirnya Hamid memilih nama ‘Samson’.

b. Sekuen 2: Masa Kecil

Sekuen kedua ini dinamakan “Masa Kecil” karena menunjukkan Samson kecil yang telah dianugerahi kekuatan melebihi manusia biasa. Pada sekuen ini, Samson telah menginjak umur 12 tahun. Mak dan Babe masih menjadi tokoh yang memiliki karakteristik sama seperti pada sekuen pertama. Sisanya adalah tokoh sampingan yang berfungsi untuk menonjolkan sisi superpower milik Samson.

Fungsi pokok pertama pada sekuen ini adalah “Samson kecil makan banyak”. Dalam adegan pada fungsi pokok pertama ini diperlihatkan bahwa keluarga Samson kecil masih tinggal di rumah gedongan. Fungsi pokok kedua adalah, “Samson membuat ulah”. Pertama-tama ia memecahkan kaca jendela milik tetangga karena tanpa sengaja biji katapelnya salah sasaran. Kemudian, saat bermain di lapangan, Samson terlibat perkelahian karena teman mainnya curang. Ketiga Samson meminum empat peti soda di warung.

Ulah Samson membawa pada fungsi selanjutnya, “Pak Hamid Memarahi Samson”. Tetangga dan orang tua yang anaknya dihajar Samson meminta ganti rugi pada Hamid. Kemudian pemilik warung juga mendatangi rumah Hamid untuk meminta ganti rugi.

93

Fungsi pokok terakhir “Hamid meramalkan kejatuhan keluarga”. Melihat tingkah Samson yang terus-menerus membuat keluarganya merugi, Hamid bersedih dan kemudian mengatakan, “Beberapa tahun lagi gua bisa bangkrut karena tingkah laku lo elo. Berapa ratus ribu duit gua lu abisin. Tingkah laku lu gak bener. Mau jadi apa gedenya. Karena elo gua bisa jatuh miskin.”

Gambar 11. Wok dan Hamid terperangah pada kekuatan Samson kecil. (Samson Betawi)

c. Sekuen 3: Pembuktian Kekuatan

Samson sudah berumur 29 tahun. Keluarganya jatuh miskin dan mereka terpaksa pindah dari rumah besar ke rumah gubug yang lebih kecil. Dalam sekuen “Pembuktian Kekuatan”, Samson digambarkan sebagai seseorang yang telah mampu mengelola kekuatannya untuk membantu kehidupan orang tuanya di desa.

Fungsi pokok pertama adalah “Pertemuan dengan Siti Duile dan Sultang Melenggang di Langit”. Hamid meminta Samson untuk mencari uang karena sekarang ia sudah dewasa. Akhirnya Samson memilih pergi ke kota. Di tengah jalan, Samson langsung jatuh cinta pada Siti Duile. Melihat aksi Samson mendorong mobil yang hampir menabrak Siti Duile, Sultan Melenggang di Langit langsung mengajaknya untuk berkolaborasi dalam mencari uang. Pertemuan inilah yang menjadi pendorong plot untuk bergerak lebih jauh.

94

Gambar 12. Perjumpaan yang indah di Taman Anggrek. Siti Duile dan Samson berkenalan. Sultan Melenggang di Langit turut mengintip. (Samson Betawi)

Kelanjutan pertemuan dengan Sultan adalah fungsi kedua, “Samson dan Sultan menjalankan sirkus orang kuat di lapangan”. Samson diminta unjuk kekuatan sedangkan Sultan bertindak sebagai peminta sumbangan. Mulanya Samson tidak terima dengan sirkus jalanan ini, tetapi Sultan menegaskan bahwa ini untuk mencari modal selanjutnya. Penonton berada di belakang garis kuning, melihat Samson mengangkat barbel dan memutuskan rantai kapal tanpa kesusahan.

Tahapan selanjutnya dari aksi Samson adalah fungsi pokok keempat, “Samson unjuk kekuatan di panggung”. Kali ini Samson dan Sultan sudah memiliki arena tonton yang resmi. Mereka tidak perlu berpanas-panasan di lapangan. Aksi Samson di panggung menarik perhatian pemilik modal yang nantinya mengajak Sultan untuk membuat atraksi lain.

Gambar 13. Samson kembali ke kampung halaman dan membantu Hamid membajak. Begitu sampai kota, ia bertemu Duile. Lukisan di rumah Duile seperti memberikan

95

Fungsi pokok selanjutnya adalah “Samson kembali ke kampung halaman”. Oleh-oleh berupa baju diberikan untuk Nyak dan Babe. Dalam fungsi ini, ada adegan menarik ketika Nyak dan Babe mencoba baju pemberian Samson. Tubuh kedua orang tua ini tampak canggung, pakaian yang diberikan tampak tak cocok sama sekali. Adegan yang canggung tersebut kemudian dilenturkan lagi ke dalam adegan saat Samson menarik bajak, menggantikan sapi untuk menggarap sawah Hamid.

Fungsi selanjutnya adalah, “Samson bertandang ke rumah Siti Duile”. Hubungan dua tokoh ini semakin dibuat intens pada fungsi ini. Samson membawa oleh-oleh dari kampungnya dan Siti Duile tampak bersemangat menyambut Samson yang datang dari udik.

Fungsi pokok keenam adalah “Samson gagal bertarung dengan banteng”. Terpikat oleh rayuan cukong muda, Sultan menyetujui aksi Samson melawan banteng. Begitu sampai di panggung bukanlah banteng yang datang melainkan sapi. Sultan juga tertipu cek kosong sehingga mereka berdua gagal mendapatkan untung.

Gagal dalam aksi sebelumnya, Sultan mengajak Samson untuk terjun sebagai pegulat. Inilah fungsi pokok ketujuh, “Samson bertarung dengan si Botak”. Penonton riuh menginginkan aksi dramatis antar dua petarung. Sayangnya, Samson tak memberikan apa yang diinginkan penonton. Ia buru-buru mengalahkan lawannya sehingga penonton kecewa dan melempari Samson.

Posisi Samson sebagai pegulat langsung menanjak. Kali ini dalam fungsi pokok kedelapan, “Samson bertarung dengan si Jantuk”, Samson mampu mendapatkan hati penonton. Sekali lagi Samson mampu mengalahkan lawannya. Siti Duile yang melihat Samson dari bangku penonton juga turut berbangga. Sayangnya,

96

di sebelah Siti Duile ada sesosok dengan muka masam, yang memegang peranan penting dalam sekuel selanjutnya.

Dalam sekuel ini, Samson digambarkan sebagai seseorang yang memulai karir bergulatnya dari bawah. Dari yang tak dikenal hingga mampu menjadi pemenang. Setiap melakukan aksi unjuk kekuatan, Samson selalu mengenakan baju warrior bermotif batik, motif yang sama seperti baju yang ia kenakan semasa kecil. Dalam sekuel ini, terselip pula kegagalan dalam pembangunan karir Samson, ketika ia gagal menunjukkan kekuatannya untuk melawan banteng.

Sekuel ini juga menunjukkan perkembangan hubungan antara Samson dan Siti Duile. Semula bermodalkan mendapatkan kartu nama, lalu bertandang ke rumah, hingga akhirnya bisa berkencan sambil berfoto bersama. Kehadian Siti Duile saat Samson bertarung juga menunjukkan intensitas keakraban mereka. Meskipun Siti Duile digambarkan sebagai sosok perempuan dari golongan atas, ia mampu menerima Samson yang berasal dari udik.

d. Sekuen 4: Kekalahan Samson

Sekuen keempat ini dinamai “Kekalahan Samson” dengan fungsi pokok yang pertama adalah “Si Jabrik mencari tahu rahasia Samson”. Sosok di dekat Siti Duile saat Samson melawan si Jantuk ternyata adalah si Jabrik, pegulat yang tak lain adalah abangnya. Melihat Samson yang mampu mengalahkan si Botak dan si Jantuk, Jabrik pun meminta bantuan Duile untuk menggali rahasia Samson.

Kelanjutan dari fungsi pokok pertama adalah “Siti Duile mencukur bulu ketiak Samson”. Kejadiannya saat mereka bertamasya ke pantai, Samson

97

menceritakan rahasia kekuatannya. Duile kemudian meninabobokkan Samson. Seketika Samson terlelap, Duile mencukur habis bulu ketiak Samson.

Fungsi pokok ketiga adalah “Samson dikalahkan si Jabrik”. Samson mulanya tak menyadari bahwa bulu ketiaknya telah dicukur habis oleh Duile. Ia hanya merasakan hal yang tak biasa ketika berada di arena gulat. Ia tak mampu menghajar lawannya dan dengan mudah ia terjatuh ketika diserang balik. Samson keok di hadapan si Jabrik. Turun dari arena tinju, Samson dan Sultan diungsikan ke kamar ganti. Sultan menyatakan bahwa ia hendak meninggalkan Samson yang keok. Samson pun menjawab tegas, “Gak bisa. Jangan waktu jaya lu mau make gue. Giliran susah, lu mau ninggalin gue”.

Gambar 14. Meskipun kalah dalam pertarungan namun ambilan kamera memposisikan Samson sebagai seorang yang masih memiliki martabat.

Sebagai penutup, fungsi pokok terakhir dalam film ini, “Samson menyadari tipu daya Duile”. Samson menghampiri Duile di luar arena. Ia baru menyadari bahwa si Jabrik tak lain adalah abang Duile. Muka Samson masam menyadari bahwa yang ia cintai malah mengkhianatinya. Duile kemudian memutuskan pertemanan mereka. Samson pun membalas pengkhiatan tersebut dengan lagu yang menggambarkan tipu daya Duile.

98 5. Benyamin Tukang Ngibul (1976)

Benyamin Tukang Ngibul dibagi ke dalam tiga sekuen yakni: Desa, Luka, dan Sepatu Boot.

a. Sekuen 1: Desa

Sekuen pertama dinamakan “Desa” karena seluruh adegannya berlangsung di tempat Benny berasal. Terdapat tiga fungsi pokok yakni, “Benny membajak ladang”, “Benny bertemu bidadari”, dan “Benny mau pergi ke kota ketan eh kota Metropolitan”. Secara umum sekuen ini memiliki alur maju, dan fokus pada keseharian Benny sebagai petani. Istri Benny juga diperkenalkan dalam sekuen ini. Meskipun keseharian Benny sebagai petani menjadi fokus dalam gambar, dengan adegan yang realis, namun ada satu fungsi pokok yang mewakili adegan fiktif mendekati mitos Jaka Tarub yakni pada saat Benny bermimpi menjadi bidadari.

Benny tampak tidak puas dengan kehidupannya di desa. Ia menggarap ladangnya, membajak menggunakan dua kerbau miliknya. Saat kerbau mogok untuk membajak dan matahari sudah meninggi, Benny berhenti sejenak sembari melihat ke atas dan berkata, “Waduh mundur lagi peradaban gua. Mau liat jam aja musti liat matahari.”

Sembari menunggu istrinya membawa makanan ke saung, Benny tertidur. Ia melihat pelangi terjatuh, membayangkan adanya bidadari yang turun ke bumi. Dalam gambar, bidadari memang turun ke bumi menaiki pelangi diiringi oleh lagu 1001 malam. Benny berencana mengambil selendang salah satu bidadari, namun ia buru-buru terbangun, mendapati istrinya sudah datang dan marah-marah.

99

Benny membalas omelan istri dengan komentar bosan, karena sehari-hari ia hanya dapat tempe, tahu, ikan asin, dan lalapan. Tampaknya kegiatan tersebut berakhir menjadi rutinitas yang membuat Benny jengah. Ia pun mengatakan ingin pergi ke kota ketan, eh kota metropolitan. Adegan beralih ke keesokan harinya. Benny dan istri berada di rumah mereka yang perabotannya kebanyakan terbuat dari kayu. Benny berpamitan dan langsung mereka menyanyikan lagu perpisahan dengan lanskap sawah. Dalam lantunan syair, istri Benny mengatakan, “Cepat pergi cepat pulang. Jangan lupakan sawah dan ladang.”

b. Sekuen 2: Luka

Keberadaan Benny saat merantau di Jakarta dimulai pada sekuen kedua ini. Benny menumpang truk butut sampai Jakarta. Suasana ibukota sendiri diwakilkan oleh jalanan yang lebih bagus, bukan jalanan bertanah becek seperti desa Benny berasal. Perjumpaan dengan kawan lama, menjadi hal yang mungkin terjadi secara acak atau tanpa disengaja, seperti saat Benny bertemu Gombloh begitu ia turun dari truk. Perjumpaan tanpa kesengajaan inilah yang menjadi mula cerita pada sekuen “Luka”. Adegan perjumpaan Benny dan Gombloh sendiri berjalan rapat, seolah ingin menerangkan segala hal tentang keberadaan mereka berdua dalam cerita. Gombloh mengingatkan pada Benny melalui adegan flashback, bahwa mereka pernah berjumpa saat Benny menjadi petinju sukses. Inilah tambahan keterangan mengenai asal-usul Benny yang tak termaktub pada sekuen pertama.

Fungsi pokok pertama adalah “Benny dan Gombloh ditipu”. Mereka tergiur permainan judi di bawah pohon. Akhirnya mereka menggandaikan pakaian dan pulang ke tempat Salim dengan telanjang dada.

100

Kelanjutannya adalah “Salim menasehati Benny”. Mengetahui bahwa mereka ditipu oleh tukang judi, Salim memberikan nasehat supaya Benny dan Gombloh berhati-hati di kota besar. Benny sendiri menyatakan bahwa ia akan tinggal sementara di tempat Salim hingga ia bisa menjadi jutawan. Hal ini sebenarnya ditentang keras oleh bini Salim. Dari hubungan yang terekam dalam gambar, istri Salim tampak memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding suaminya. Ia berkali-kali menyatakan supaya Salim jangan sembarangan mengijinkan orang lain untuk tinggal di rumahnya.

Fungsi pokok ketiga, “Benny dan Gombloh menipu.” Sebelumnya Benny meminta Gombloh membungkus racikan obat ala-ala yang terdiri dari gula dan garam. Begitu beraksi, aksi ala sirkus jalanan milik Benny si tukang obat ini menarik perhatian orang-orang di lapangan terbuka. Artikulasi Benny yang meyakinkan membuat salah seorang penonton, perempuan dengan pakaian kebaya dan tampak dari keluarga berada, berniat membeli obat racikan Benny untuk mengobati luka eksim suaminya. Benny dan Gombloh pada hari itu untung besar.

Fungsi pokok keempat adalah “Benny dan Gombloh mengobati Hamid”. Keesokan paginya Benny dipanggil Pak RT dan polisi. Benny, Salim dan bininya datang ke kantor polisi dan di sana sudah ada Hamid dan istrinya, si pembeli obat. Keluarga ini melaporkan bahwa mereka telah ditipu Benny, bukannya luka semakin membaik, eksim Hamid semakin parah. Benny sanggup berkelit dan memberikan alasan yang logis. Mereka pun mencabut laporan dan malah meminta Benny untuk datang ke rumah mereka.

101

Gambar 15. Benny menjual obat hingga memancing wanita dari kelas atas membelinya. (Benyamin Tukang Ngibul)

Rumah Hamid adalah rumah gedongan dengan banyak ornamen menghiasi dindingnya. Kedatangan Benny dan Gombloh disambut oleh istri Hamid yang memakai dress dan Hamid yang tampak tak sabar dengan obat racikan. Mula-mula istri Hamid meminta Benny meminum obat racikan tersebut sebagai bukti. Benny meminum obat di depan semua orang, meyakinkan Hamid hingga akhirnya pasiennya itu mau meminum. Hingga tak berapa lama, Benny meminta ijin untuk menggunakan toilet. Hamid yang turut meminum obat tersebut tak lama kemudian juga merasakan sakit perut. Benny dan Hamid berebut menggunakan toilet hingga mereka saling lempar cacian. Setelah perut Hamid terkuras, Benny mengobati eksim Hamid dengan ramuan yang sama. Bukannya semakin membaik, Halim merasakan kepanasan di sekujur kakinya. Barulah Gombloh berkata bahwa ia memasukkan cabai yang dijemur di samping ramuan Benny. Mereka pun diusir.

Fungsi pokok terakhir adalah “Benny dan Gombloh pecah kongsi”. Benny menyalahkan kelalaian Gombloh dan akhirnya mengembalikan uang yang ia pinjam dari Gombloh. Merasa tidak dihargai, Gombloh pun pergi sembari menyumpahi Benny.

102

c. Sekuen 3: Sepatu Boot

Fungsi-fungsi pokok dalam sekuen “Sepatu boot” ini diantaranya: “Benny memancing sepatu boot”, “Sepatu boot mendatangkan masalah”, “Sepatu boot bangkit dari kubur,” dan “Benny pulang ke desa”. Sekuen ini berisi rangkaian fungsi pokok akibat dari temuan sepatu boot saat Benny memancing.

Kehadiran Benny di rumahnya membuat bini Salim meradang, hingga mengatakan “Segala gelandangan lu tampung rumah gua.” Adegan di rumah Salim ini kemudian berlanjut pada adegan memancing. Dalam adegan ini, Benny menyanyikan lagu yang syairnya berisi nasehat, “Hidup di kota kudu pintar kalo ndak kelindes jadi tahu.” Ikan tak dapat, ternyata yang dipancing Benny adalah sepatu boot butut tanpa pasangan.

Perjumpaan dengan sepatu boot membawa pada adegan-adegan katalis. Lemparan Benny pertama kali mengenai dua pengendara motor. Mereka tidak terima hingga akhirnya Benny dibawa ke Pak RT. Benny harus mempertanggungjawabkan lemparan sepatu boot tersebut. Kedua, begitu keluar dari rumah Pak RT, sepatu boot dilempar jatuh ke panci pedagang bakso. Benny diamuk massa dan dibawa ke pos hansip. Sekali lagi Benny harus mengganti rugi hingga ia menggadaikan cincin akik, harta terakhir yang dimiliki. Benny hendak memberikan sepatu tersebut pada gembel dan tukang loak, tetapi mereka menolaknya. Pulang ke rumah, ia menceritakan pada Salim bahwa sepatu boot yang ia pancing ini “keramat”. Benda ini mendatangkan masalah hingga harus diruwat. Tak percaya kata-kata Benny, Salim melempar sepatu tersebut dan tanpa sengaja rak pajangan hiasan milik bininya pecah. Sekali lagi bini Salim murka.

103

Gambar 16. Karena sepatu boot Benny mendapatkan masalah, diusir bininya Salim dan dimarahi istrinya sendiri. (Benyamin Tukang Ngibul)

Akhirnya Benny dan Salim melakukan ritual untuk menguburkan sepatu boot. Mereka memandikan sepatu dengan bunga sambil komat-kamit membaca doa. Setelahnya, sepatu dikafani, ditempatkan dalam peti, lalu dikuburkan. Suasana mencekam dan terdengar lolongan anjing. Latar suara yang menyelimut adegan penguburan ini condong ke tunes horor. Mengira itu harta karun, dua pencuri yang melihat aksi Benny dan Salim mengambil lagi sepatu yang telah dikubur. Salah satu pencuri memakai sepatu tersebut sebagai jimat saat beraksi. Karena tak nyaman dipakai, akhirnya sepatu ditinggal. Para pencuri mengambil TV dan koper. Keesokan harinya Benny, Salim, dan bininya ke kantor polisi. Mereka dituduh melakukan pencurian karena adanya sepatu boot sebagai bukti. Benny pun berkata, “Ape dosa gua. Lu terus-terusan nyusahin gua”. Ketika mereka bermuram durja, polisi mendapatkan kabar bahwa pencuri sebenarnya sudah tertangkap.

104

Keriuhan yang disebabkan oleh Benny membuat bini Salim semakin meradang. Akhirnya Salim meminta supaya Benny pulang ke desa, menggarap banyak sawah dan tanah. Bagi Salim, keadaan Benny di desa sebenarnya sudah lebih dari cukup. Salim dan bininya secara halus mengusir Benny. Merasa tak diterima, Benny pulang sambil berkata, “Gua gak bakal balik. Tujuh turunan gua gak bakal balik”. Dalam gambar, perjalanan Benny ke desa diwakili oleh laju kereta api. Sampai desa, istri Benny menyambut dengan lagu, mengharap oleh-oleh. Begitu mengetahui bahwa suaminya hanya membawa sepatu boot butut, istri Benny marah dan melemparkannya jauh. Benny lagi-lagi kebingungan, takut terkena sial.

6. 3 Janggo (1976)

3 Janggo dibagi menjadi tiga sekuen: perjumpaan, gangguan, dan konfrontasi. Secara umum film ini memiliki alur maju dan memiliki layer terutama ketika menarasikan aksi setiap Janggo.

a. Sekuen 1: Perjumpaan

Sekuen pertama dinamakan “Perjumpaan” dan memiliki empat fungsi pokok,

“3 Janggo melihat iklan pencarian sheriff”, “Don Lego berulah”, “Benny dan Janggomen menolong Siti”, dan “Marshall didatangi tamu (warga dan 3 Janggo)”. Setiap tokoh diberi porsi eksposisi setara dalam sekuen ini. Setiap adegan pertemuan antar tokoh selalu dihiasi dengan adegan adu tembak.

3 Janggo memiliki latar tempat sebuah kota bernama “Bero’ City’. Lanskap kota dikelilingi oleh lahan kosong tak bertuan dan tebing. Pemilihan lanskap macam ini mengingatkan pada genre Western Spaghetty. Selain latar tempat, pemilihan

105

properti juga mendukung kemiripannya dengan film koboi ala Barat. Karakter 3 Janggo sendiri mengenakan baju ala Cowboy. Lalu komplotan Don Lego mengenakan baju ombre. Dialog yang digunakan oleh para karakter terkadang tersisip kata-kata berbahasa Inggris seperti pemanggilan ‘Mam’ atau ‘Madam’, Janggomen dan istri yang masing-masing memanggil ‘Daddy’ dan ‘Mommy’, atau penggunaan ‘I’ dan ‘you’ ketika berbicara dengan lawan main. Meskipun demikian, logat kedaerahan dari penjuru Indonesia masih terdengar dari ujaran karakter seperti Komi yang kental dengan logat Jawa dan Benny dengan logat Betawi. Selain itu, alih-alih mengucapkan ‘sherrif’ [ˈSHerəf] para karakter condong mengucapkannya dengan ‘sarip’ [sa’rip].

Gambar 17. Poster pencarian Don Lego dan penanda-penanda dalam film. (3 Janggo)

Masing-masing Janggo memiliki alasannya sendiri untuk pergi ke Bero’ City. Janggomen diminta istrinya untuk melamar menjadi sherrif oleh istrinya. Kemudian Komi yang memutuskan untuk keluar dari kemiskinan, meninggalkan gubug reyotnya dengan sepeda balap. Dalam adegan perkenalan ini, karakter Benny cukup menonjol karena ia ditunjukkan sebagai Janggo yang mampu membaca tanda-tanda kehadiran

106

musuh dengan mendengarkan pergerakan tanah. Mereka bertiga akhirnya berjumpa di depan pintu masuk Bero’ City, memperkenalkan diri dan akhirnya adu kekuatan.

Don Lego dan komplotannya ditunjukkan sebagai kumpulan orang-orang yang mampu menjarah apapun di hapadan mereka, bahkan hingga pakaian dalam seorang janda. Kehadiran mereka membuat panik warga. Ia bahkan tak takut dengan anak Marshall dan berniat hendak menculiknya. Sayangnya aksi ini digagalkan oleh