• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanksi Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa

Dalam dokumen Peraturan Perusahaan Nomor 20 Tahun 2009 (Halaman 174-177)

BAB XVII KONTRAK

9. Sanksi Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa

a. Bila terjadi pemutusan kontrak yang disebabkan Penyedia Barang dan/atau Jasa melakukan cidera janji (wanprestasi) dikenakan sanksi sebagai berikut:

1) Tidak diperkenankan mengikuti Pengadaan Barang dan/atau Jasa (blacklist) dalam jangka waktu tertentu.

2) Jaminan pelaksanaan dicairkan/menjadi milik PT AP II.

a1. Penyedia barang dan/atau jasa dapat dikenakan sanksi berupa:

1) denda keterlambatan;

2) ganti rugi biaya konsultan manajemen konstruksi; dan/atau

3) ganti rugi atas hilangnya potensi pendapatan (liquidated

damages),

apabila yang bersangkutan tidak dapat menyelesaikan dan/atau serah terima pekerjaan atau pengadaan barang dan/atau jasa, baik secara parsial atau keseluruhan, pada waktu yang ditentukan sesuai kontrak atau SPMK.

a2. Ganti kerugian biaya jasa konsultan manajemen konstruksi dan/atau liquidated

damages dikenakan atas pekerjaan pembangunan/konstruksi. Khusus untuk

ganti rugi liquidated damages dikenakan terhadap pekerjaan

pembangunan/konstruksi gedung (building), yang peruntukan gedungnya untuk

tujuan komersial.

a3. Pengenaan sanksi ganti kerugian atau liquidated damages sebab akibat

keterlambatan penyerahan barang/jasa secara bertahap/parsial dapat ditiadakan apabila penyedia barang dan /atau jasa pada akhirnya dapat menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan secara keseluruhannya tepat waktu. a4. Pengenaan sanksi tersebut dapat ditiadakan apabila keterlambatan tersebut

dapat dibuktikan diakibatkan oleh sesuatu keadaan kahar (force majeure) atau

sesuatu yang berada di luar kekuasaan penyediaa barang dan/atau jasa.

b. Perhitungan sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf a1. ditentukan sebagai

berikut:

1) Denda keterlambatan sebesar 1 °/oo (satu permil) dari nilai pekerjaan per

hari keterlambatan, maksimal sebesar 5 % (lima persen) dari total nilai pekerjaan. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan atau penyerahan barang cukup dibuktikan dengan lewatnya waktu.

2) Perhitungan besaran penggantian biaya konsultan manajemen konstruksi

dan/atau liguldated damages untuk pekerjaan dan/atau barang yang

belum dapat diserahterimakan tersebut, baik secara parsial atau keseluruhan, dihitung secara proporsional berdasarkan nilai pekerjaan dan/atau barang yang tidak dapat diserahterimakan sesuai jangka waktu kesepakatan.

3) Apabila penyedia barang dan/atau jasa dikenakan sanksi liquidated

damages akibat keterlambatan penyerahan parsial, namun yang bersangkutan sanggup menyelesaikan keseluruhan pekerjaan pada batas

waktu penyelesaian keseluruhan pekerjaan, maka sanksi liguldated

damages parsial dapat ditiadakan atau dikompensasikan pada nilai keseluruhan pekerjaan, sesuai kesepakatan.

c. Dalam hal Penyedia Barang dan/atau Jasa tidak dapat melaksanakan atau menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan Kontrak tanpa alasan yang dapat diterima/dipertanggungjawabkan dikenakan sanksi berupa tidak diperkenankan mengikuti Pengadaan Barang dan/atau Jasa (blacklist) di lingkungan PT AP II selama 1 (satu) tahun dan pencairan jaminan pelaksanaan.

d. Apabila Penyedia Barang dan/atau Jasa yang bersangkutan telah dikenakan denda keterlambatan maksimal sebesar 5 % (lima persen) dari nilai SPK/Kontrak dan telah dikenakan peringatan terakhir, maka dilakukan pemutusan SPK/Kontrak.

e. Untuk pekerjaan Jasa Konsultasi, apabila hasil pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan materi yang termuat dalam SPK/Kontrak atau tidak cermat dalam mengerjakan dan mengakibatkan kerugian Perusahaan, atau Perusahaan mengenakan sanksi kepada Konsultan tersebut berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari Konsultan yang bersangkutan. f. Dalam hal terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan lebih dari 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) tahun anggaran karena kelalaian Penyedia Barang dan/atau Jasa dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan/ diterima, maka Penyedia Barang dan/atau Jasa yang bersangkutan dikenakan sanksi berupa tidak diperkenankan mengikuti Pengadaan Barang dan/atau Jasa di lingkungan PT AP II selama 1 (satu) tahun.

g. Dalam hal perjanjian/kontrak dibatalkan karena Penyedia Barang dan/atau Jasa cidera janji (wanprestasi) dan atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Kontrak, maka jaminan pelaksanaan dicairkan menjadi milik PT AP II serta tidak diperkenankan mengikuti Pengadaan Barang dan/atau Jasa dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 3 (tiga) tahun, apabila telah diberikan uang muka, maka jaminan uang muka dicairkan oleh PT AP II.

h. Penyedia Barang dan/atau Jasa yang tidak melaksanakan ketentuan jaminan garansi yaitu dengan tidak melaksanakan perbaikan melebihi 1 (satu) minggu sejak menerima perintah dari PT AP II, dikenakan sanksi berupa tidak diperkenankan mengikuti Pengadaan Barang dan/atau Jasa di lingkungan PT AP II selama 1 (satu) tahun.

i. Dalam hal Penyedia Barang dan/atau Jasa mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utamanya dan atau seluruh pekerjaan kepada pihak lain tanpa persetujuan PT AP II, dikenakan sanksi berupa tidak diperkenankan mengikuti Pengadaan Barang dan/atau Jasa di lingkungan PT AP II selama 1 (satu) tahun dan pencairan jaminan pelaksanaan.

j. Konsultan perencana yang tidak cermat atau lalai dalam menyusun hasil perencanaannya dan mengakibatkan kerugian PT AP II dan atau pihak lain, dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari konsultan bersangkutan dan atau membayar ganti rugi atas tuntutan dari PT AP II atau pihak lain.

k. Konsultan pengawas yang tidak cermat atau lalai dan mengakibatkan kerugian PT AP II dan atau pihak lain, dikenakan sanksi berupa membayar ganti rugi sebesar kerugian yang terjadi berdasarkan perhitungan PT AP II dan tidak diperkenankan mengikuti Pengadaan Barang dan/atau Jasa di lingkungan PT AP II selama 1 (satu) tahun.

BAB XVIII

SERAH TERIMA PENGADAAN BARANG DAN/ATAU JASA

1. Setelah pengadaan barang dan/atau jasa atau prestasi fisik mencapai tahapan serah terima parsial sebagaimana disepakati atau 100% (seratus persen) sesuai dengan yang tertuang dalam Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak, penyedia barang dan/atau jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat yang berwenang untuk dilakukan serah terima barang dan/atau jasa.

2. Unit Fungsi Perlengkapan dan/atau Unit ST melakukan penilaian terhadap barang dan/atau jasa yang akan diserahkan, baik secara sebagian atau keseluruhan serta dapat menugaskan kepada penyedia barang dan/atau jasa untuk memperbaiki dan atau melengkapi kekurangan pekerjaan sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak.

3. Unit Fungsi Perlengkapan dan/atau Unit ST menerima penyerahan barang dan/atau jasa setelah sebagaian (termin) atau seluruh hasil pengadaan barang dan/atau jasa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Barang dan/atau Jasa.

4. Penyedia barang dan/atau jasa wajib melakukan pemeliharaan atas hasil pengadaan barang dan/atau jasa selama masa pemeliharaan yang ditetapkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan.

5. Masa pemeliharaan atau garansi ditetapkan oleh Unit ST dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) teknis pekerjaan.

6. Serah Terima masa pemeliharaan dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir/diselesaikan dan dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Masa Pemeliharaan yang ditandatangani oleh Unit ST.

Dalam dokumen Peraturan Perusahaan Nomor 20 Tahun 2009 (Halaman 174-177)