1) Santri mampu mengatasi masalah penyakit 2) Santri mampu menghindari sikap marah dan kasar
3) Santri mampu menjadi anak yang rajin, baik, dan memiliki keterampilan untuk belajar mandiri dengan baik
4) Santri mampu menjadi anak yang bermoral dengan baik terhadap orang tua/guru, kakak, adik, dan teman sejawat.
5) Santri mampu menilai dirinya sendiri dengan baik
6) Santri mampu membangun identitas yang positif pada dirinya, mengendalikan diri, dan membangun hubungan antara subyek didik dengan orang lain dengan baik
25 Observasi terlibat di Pondok Pesantrenal-Fataa pada tanggal 20 November 2015 pukul 18.10–20.00 WIB.
113 Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar...
Munjahid
7) Santri menyadari jati dirinya dengan baik melalui proses pengambilan keputusan secara bertanggung jawab
8) Santri mampu menjalin hubungan yang akrab dengan kelompok dan dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik
9) Santri mampu dalam memfungsikan diri dengan baik
10) Santri mampu memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik 11) Santri mampu memahami kebutuhan dan perasaan orang lain dengan
baik
12) Santri mampu memiliki kepekaan terhadap kelompok dan memiliki keterbukaan komunikasi dengan kelompoknya dengan sangat baik 13) Santri memiliki kepekaan pada kelompok dan mampu menjalin
hubungan antara pribadi dengan baik
14) Santri mampu memusatkan kesadarannya dengan baik 15) Santri mampu bersikap kreatif namun kurang imajinatif
16) Santri mampu menggabungkan tingkat belajar kognitif dan afektif serta mampu meningkatkan tingkat tanggung jawabnya dengan baik 17) Santri mampu memperluas kesadarannya namun hasilnya belum
maksimal
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa sikap humanis santri Pondok Pesantren al-Fataa adalah: santri memiliki kesadaran yang mendalam tentang dirinya sebagai: makhluk Allah yang paling baik bentuk fisiknya, paling mulia, dibekali fitrah, khalfah di muka
bumi, menjalankan perintah agama dengan baik; santri mampu mengatasi krisis yang ada pada dirinya dengan baik; santri mampu menjadi anak yang pandai, rajin, baik, dan memiliki keterampilan untuk belajar mandiri dengan baik; santri memiliki moral yang baik terhadap orang tua/guru, kakak, adik, dan teman sejawat; santri aktif dan mampu menilai dirinya sendiri dengan baik; santri dapat membangun identitas yang positif pada dirinya, mengendalikan diri, dan membangun hubungan antara subyek didik dengan orang lain dengan baik; santri menyadari jati dirinya melalui
114
Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar... Munjahid
proses pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dengan baik; santri mampu menjalin hubungan yang akrab dengan kelompoknya dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik; santri terbiasa memfungsikan diri secara penuh dengan baik; santri memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik; santri mampu memahami kebutuhan dan perasaan orang lain; santri memiliki kepekaan dan keterbukaan komunikasi dengan kelompoknya dengan baik; santri mampu menjalin hubungan antara pribadi dengan baik; santri mampu memusatkan kesadaran dengan baik; santri mampu bersikap kreatif namun kurang imajinatif; santri mampu menggabungkan tingkat belajar kognitif dan afektif serta mampu meningkatkan tingkat tanggung jawabnya dengan baik; santri mampu memperluas kesadarannya, namun hasilnya belum maksimal.
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa jika dilihat dari jumlah sikap humanis yang dimiliki santri Pondok Pesantren al-Fataa, maka Santri telah memiliki 14-15 sikap humanis dengan baik. Sikap humanis santri Pondok Pesantren al-Fataa, yang belum mencapai predikat baik adalah: sikap imajinatif, peningkatan tanggung jawab, dan perluasan kesadaran. Ketiga nilai humanis tersebut termasuk model perluasan kesadaran (Consciusness-expansion model). Namun demikian, secara umum, santri Pondok Pesantren al-Fataa telah memiliki sikap Consciusness-expansion
modeldengan cukup baik.
F. Simpulan
Berdasarkan urian di muka, hasil penelitian ini dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:
1. Sistem pembelajaran PAI pada anak jalanan dan anak terlantar di Pondok Pesantren al-Fataa berpedoman pada kurikulum yang meliputi: membacaAlquran, menghafalAlquran, Fiqh,Aqidah, Akhlk, Bahasa Arab (nahwu dan sharaf). Santri belajar terbimbing selama 24 jam setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Santri mulai tidur
115 Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar...
Munjahid
setiap pukul 22.00-03.00 WIB. Mulai jam 03.00 WIB, santri bangun untuk melakukan shalat malam.
Metode pembelajaran berpusat pada santri.Ustaz/ustazah berperan sebagai pembimbing santri belajar.Pembelajaran dilaksanakan secara
team teaching. Pembelajaran juga menerapkan metode tanya jawab, belajar mandiri, sim’i, demonstrasi, learning by doing, kuis, ilustrasi
dengan gambar dan cerita, dan diskusi.Sistem evaluasi belajar, meliputi: evaluasi jangka pendek, menengah, dan panjang.
Pengasuh Pondok Pesantren al-Fataa memberdayakan para ustaz/ustazah al-Fataa dan Santri senior sebagai anggota team
teaching dalam pelaksanaan, sekaligus sebagai model/uswah
dalam mengimplementasikan nilai-nilai akhlak/nilai humanis. Pembelajarandimulai dan diakhiri dengan berdoa yang dipimpin oleh santri secara bergantian setiap hari.
Pembelajaran nilai-nilai humanis dimulai dari proses memahamkan materi pelajaran pada santri, lalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aktualisasi nilai humanis yang telah diberikan pada santri pada setiap bab, diefektifkan selama seminggu, Jika dalam kondisi tertentu, ustaz/ustazah menemukan sikap/tingkah laku santri yang menyimpang dari nilai humanis yang telah disampaikan, ustaz/ustazah langsung menegurnya dengan cara-cara yang humanis pula. Misalnya dengan menemui santri yang bersangkutan di tempat terpisah, lalu santri diajak bicara dari hati ke hati atau ustaz/ustazah menegurnya dengan memberikan alasan-alasan yang logis.Pengasuh dan para ustaz/ustazah memberikan catatan-catatan kecil setiap hari mengenai perkembangan/aktualisasi atau penyimpangan nilai-nilai humanis yang terjadi pada Santri al-Fataa.
2. Implikasi Pendidikan Agama Islam pada anak jalanan dan anak terlantar di Pondok Pesantren al-Fataa adalah:
116
Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar... Munjahid
a Kemampuan membaca Alquran
Mereka mampu menyebutkan nama-nama dan jenis arakat,
membaca bilangan Arab dari 1-500, membaca transliterasi Arab-Indonesia, membaca ayat-ayat Alquran dengan lancar, mengaplikasikan ilmu tajwid dan bacaan garib dengan baik.
b. Sikap humanis santri
Sikap humanis anak jalanan dan anak terlantar di Pondok Pesantren al-Fataa adalah: memiliki sikap dan kemampuan yang baik dalam hal: kesadaran diri, mengatasi krisis, belajar mandiri,hubungan yang baik dengan orang lain, dapat menilai dirinya sendiri,membangun identitas yang positif, mengendalikan diri, memfungsikan diri, berkomunikasi,memahami kebutuhan dan perasaan orang lain, peka dan terbuka dalamberkomunikasi,memusatkankesadaran, kreatif,menggabungkan tingkat belajar kognitif dan afektif. Sedangkan nilai humanis yang kurang dapat dimilikinya adalah kemampuan imajinatif. Dalam kaitannya dengan kemampuan ini, kebanyakan santri kurang dapat membaca Alquran dengan suara dan lagu yang baik.
Daftar Pustaka
Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1984.
117 Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar...
Munjahid
Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas, diterjemahkan oleh Tim Redaksi Asosiasi Pemandu Latihan: Utomo Danajaya, dkk., Jakarta: LP3ES, 1985.
Munjahid, Pendidikan Agama Islam di Tengah Gereja (Studi Kasus Bimbingan Keagamaan “KKN Peduli” Pada Pengungsi Merapi di Gereja Seminari St. Paulus Jalan Kaliurang Km 7 Yogyakarta), Yogyakarta: LP2M STIQ An-Nur, 2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011.
UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap
(Pertama 1999-Keempat 2002), Jakarta: Sinar Grafika, 2002.
Zakiah Daradjat dkk.,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1985. Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Bogdan, Robert C., dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Researhc For
Education: An Introduction to Theory and Methods, Boston London Sydney Toronto: Allyn and Bacon, Inc, 1982.
Bukhari, Imam, Sahih Bukhari, juz I, hadis nomor 1319, dalam CD Maktabah al-Syamilah. CD al-Qur’an dan Terjemahnya.
_____________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Asara, 2011.
Decarvalho, Roy Jose, Abraham H. Maslow (1908-1970) An Intellectual
Biography, dalam “Thought A Review of Culture and Idea” Volume LXVI 1991, No. 260, March, New York: Fordham University Press, 1990.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Edisi yang Disempurnakan, Jakarta, 2009.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Filsafat
Pendidikan Islam, ,Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1983/1984.
Freire, Paulo, Pedagogy of the Oppressed, United States of Amerika: The Continuum International Publishing Group Inc, 2005.
118
Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar... Munjahid
al-Gazali, Muhammad bin Muhammad, Mukasyafat al-Qulub, Beirut: Dar al Fikri, 1990.
Gilbert, Nigel, (ed), Researching Social Life, Second edition, London: Sage Publications, 2001.
Hasani, Muhammad bin Alawi maliki, Zubdah Itqan fi Ulum
al-Qur’an, Jeddah: Dar al-Syuruq, 1983.
Humam, As’ad, Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Yogyakarta: AMM, 2000.
Ihya’ Ulum al-Din, babFadlat Aurad, juz 1 (Dalam CD Maktabah
al-Syamilah versi 2.11).
_______________, bab Wa Bayanu alamati al-Ulami’, juz, 1, (Dalam CD
al-Maktabah al-Syamilah versi 2.11).
Al-Isti’dad lil mauti wasulil qabri, bab Sifatu Ainil huri, juz 1, (dalam CD
al-Maktabah al-Syamilah versi 2.11).
Ja’far, Abu, Tafsir at-Tabariy,bab 30, juz 1, (dalam CD al-Maktabah al-Syamilah versi 2.11).
Al-Kasysyaf, bab 124, juz 1, (Dalam CD al-Maktabah al-Syamilah versi 2.11). Maslow, Abraham H., Toward A Psychology Of Being, New York: Van
Nonstrand Reinhold Company, 1968.
Miller, John P., HumanizingThe Classroom Model of Teaching in The Affective
Education, New York Amerika Serikat: Praeger Publishers, 1976. Morgan, CliffordT., Introduction to Psychology” Second edition 1961, New
York Toronto London, The University of Wisconsin, McGraw-Hill Book Company, INC, 1961.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Cet. II, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002. Mulkhan, A. Munir, Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian Rangkuman Model
Pengembangan Kepribadian dalam Pendidikan Berbasis Kelas hasil saduran buku Humanizing The Classroom karya John P. Muller, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002.
119 Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar...
Munjahid
Mulyasa,H.E., Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Munjahid, “Buku Ajar Mata pelajaran Berbasis Nialai-Nilai Humanis Jilid 1”, Yogyakarta: PP. Azka, 2012. (belum diterbitkan).
________, “INSNIY Buku Panduan Pendidik Mata Pelajaran Membaca Alquran Berbasis Nilai-Nilai Humanis”, Yogyakarta: PP. Azka, 2013. (belum diterbitkan).
Muslim, Imam, Sahih Muslim, Juz 2 (dalam CD al-Maktabah al-Syamilah). Muthawi’, Ibrahim ‘Ismat, Usul al-Tarbiyah, (Saudi Arabia: Dar al-Syuruq,
1982), hlm. 127.
Al-Nawawi, Al-Imam, Al-Tibyan fi Adab Hamalat al-Qur’an, Damsyiq:
Maktabah Dar al-Bayan, 1985.
Rogers, Carl R., Freedom To Learn, (Columbus Ohio: Charles E Merril Publishing Company, 1969.
Silberman, Mel, Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject,United States of America: A Simon & Schuster Company, 1996.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011.
al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
120
Pendidikan Agama Islam pada Anak Jalanan dan Anak Terlantar... Munjahid
121