• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Mengingat kondisi bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk maka diperlukan proses pendampingan iman umat secara terus menerus agar dapat membantu pemahaman umat dalam menghayati tugas panggilannya sebagai

umat beriman Kristiani untuk menjadi garam dan ragi di tengah kehidupan bersama umat beriman lain dalam usaha mewujudkan Kerajaan Allah. Dengan demikian dapat mendorong mereka untuk lebih terbuka dan terlibat aktif dalam membangun kerjasama dan dialog dengan umat beriman lain dalam hidup konkret sehari-hari mereka tanpa lagi merasa canggung dan minder karena merasa diri hanya sebagai kaum minoritas di tengah umat beriman lain. Selain itu, Gereja juga perlu memperhatikan pembinaan terhadap kader-kader pendamping pendalaman iman agar memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang dialog agama sehingga para pendamping pendalaman iman semakin kreatif dalam menciptakan suatu katekese umat dengan tema- tema yang menarik untuk dapat membantu umat semakin memahami dan menghayati pentingnya dialog dengan umat beriman lain dalam usaha mewujudkan Kerajaan Allah.

Program katekese dengan tema-tema yang ada diharapkan dapat digunakan dan dilaksanakan oleh para pendamping katekese dalam pertemuan-pertemuan katekese umat dalam usaha membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran umat untuk semakin terbuka dan terlibat aktif dalam membangun kerjasama dan dialog dengan umat beriman lain dalam mengusahakan terwujudnya Kerajaan Allah di tengah kehidupan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, FX. (2000). Katekese dalam Tugas Perutusan Gereja. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik PUSKAT.

________. (2000). Katekese pada Millenium III: Quo Vadis?. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Armada Riyanto, F. X. E. (1995). Dialog Agama Dalam Pandangan Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (2010).Dialog Interreligius. Yogyakarta: Kanisius.

Bakker, J. (1972). Piagam Nostra Aetate Tafsiran Zaman Kita Zaman Dialog Antar Agama. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (1976). Umat Katolik Berdialog Dengan Umat Beragama Lain. Yogyakarta: Kanisius.

_________. Dialog dengan Islam. Seri Puskat 32. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya.

Bergant, Dianne & Kariis, Robert. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Budiyono, HD. (1983). Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman. Yogyakarta: Kanisius.

Dany Fender. http://dany-fender.blogspot.com/2012/06/perbedaan-sahabat-dengan-cinta.html#.VG4CRYE1x0s. accessed on August 12, 2014. Departemen Agama. (1983). Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama.

Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama.

Eko Riyadi. (2011). Lukas: “Sungguh, Orang ini adalah Orang Benar!”. Yogyakarta: Kanisius.

Forum Persaudaraan Umat Beriman. (2008). Spiritualitas Multikultur sebagai Landasan Gerakan Sosial Baru: Kisah Pengalaman Dialog dalam Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: Kanisius.

Freire, Paulo. (1985).Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3S.

Hardawiryana, R. ( 1991). Dignitatis Humanae (Martabat Pribadi Manusia) Pernyataan Tentang Kebebasan Beragama, Nostra Aetate (Pada Zaman Kita) Pernyataan Tentang Hubungan Gereja Dengan Agama-Agama Bukan Kristiani. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Hendropuspito, D. (1983).Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Heryatno Wono Wulung, FX. (1997). Shared Christian Praxis : Suatu Model Berkatekese (Seri Puskat No. 356). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku Asli diterbitkan 1991). _________. (2012). Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah. Buku

Ajar Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik di Sekolah untuk Mahasiswa Semester III Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Jacobs, Tom. (1970). Konstitusi Dogmatik Lumen Gentium Mengenai Gereja; Terdjemahan. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (1987). Gagasan Gereja Menurut Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius.

Kewuel, Hipolitus K. (2011). Mengolah Pluralitas Agama. Malang: Serva Minora.

Komisi Kateketik KWI. (1993).Membina Iman yang Terlibat dalam Masyarakat: PKKI V. Jakarta: Obor.

__________. (1995). Katekese Umat dan Evangelisasi Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Kongregasi Suci Untuk Para Klerus. (1995). Directorium Catechisticum Generale. (J. S. Setyakarjana, Penerjemah). Yogyakarta: Pusat Kateketik Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1971).

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).

Krispurwana Cahyadi. (2011).Yohanes Paulus II : Gereja Berdialog. Yogyakarta: Kanisius.

Laku, Silvester Kanisius. (2011). Religi dan Jalan Menuju Perjumpaan Iman. Dalam Hipolitus K. Kewuel (ed.). Mengolah Pluralitas Agama. Malang: Serva Minora.

Lalu, Yosef. (2005).Katekese Umat. Jakarta: Komkat KWI. Leks, Stefan. (2003).Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.

Lembaga Biblika Indonesia. (1981). Tafsir Perjanjian Baru 3: Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.

Ligoy, A. (1997). Gereja Indonesia dan Dialog Antaragama. Rohani, hlm. 128-136.

Mega Hidayati. (2008).Jurang di antara Kita. Yogyakarta: Kanisius.

Muhammad Wahyuni Nafis. (1998). Referensi Historis bagi Dialog Antaragama. Dalam Komarudin Hidayat dan Ahmad Gaus (ed.). Passing Over Melintas Batas Agama, hlm. 77-105. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pake, Florent K. (1989). Dialogika: Jawaban Paulo Freire Terhadap Krisis Hak Asasi Manusia. Dalam seri buku VOX 34/1. Dialog, hlm 30-39. Ende: Offset Arnoldus.

Papo, Jakob. (1987).Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah.

Ratzinger, J. (1970). Puntjak-Puntjak Teologis Dalam Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius.

Suharyo, Ignatius. (2009). The Catholic Way: Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita. Yogyakarta: Kanisius.

Sumarno, DS. (2012). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester V Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Telaumbanua, Marianus. (1997). Ilmu Kateketik: Identitas, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi. Pematangsiantar: Fakultas Filsafat UNIKA St. Thomas.

___________. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.

Wignyanta, Thom. (1972).Keajaiban Dialog. Ende: Nusa Indah

Yewangoe, A. A. (2002). Agama dan Kerukunan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). __________. (1992). Redemptoris Missio. (Marcel Beding, Penerjemah). Ende:

(1) Lampiran 1: Teks Lagu Pembukaan

Kasih Persaudaraan

Refren:

Marilah kita mengamalkan cinta agar hidup sejahtera. Hendaklah kita sehati sejiwa, berpadu menuju bahagia. Solo:

1. Hendaklah kasihmu tidak pura-pura...Refr

2. Hendaklah kasihmu sabar dan setia...Refr

3. Hendaklah kasihmu tulus serta ikhlas...Refr + Penutup

Penutup:

(2)

Lampiran 2: Teks Cerita “Cinta dan Persahabatan”

Cinta dan Persahabatan

Persahabatan dan Cinta adalah teman terbaik karena di mana ada Cinta, Persahabatan selalu berada disampingnya. Dan dimana Persahabatan berada, Cinta selalu tersenyum ceria dan tidak pernah meninggalkan Persahabatan. Pada suatu hari, Persahabatan mula berpikir bahwa Cinta telah membuat dirinya tidak mendapat perhatian lagi karena Persahabatan menganggap Cinta lebih menarik dari pada dirinya, sehingga dia berpikir : “Hemmmmm… Seandainya tidak ada

Cinta, mungkin aku akan menjadi lebih terkenal, dan lebih banyak orang memberi

perhatian kepadaku!”. Maka, sejak hari itu, Persahabatan memusuhi Cinta. Ketika

Cinta bermain bersama Persahabatan, maka Persahabatan akan menjauhi Cinta. Apabila Cinta bertanya kenapa Persahabatan menjauhi dirinya, Persahabatan hanya memalingkan wajahnya dan beredar pergi meninggalkan Cinta. Melihat hal itu, Kesedihan pun menghampiri Cinta dan Cinta tidak sanggup menahan air matanya dan menangis. Kesedihan hanya dapat termangu memandang Cinta yang kehilangan teman baiknya. Beberapa hari tanpa Cinta, Persahabatan mulai bergaul rapat dengan Kecewa, Putus asa, Kemarahan dan Kebencian.

Persahabatan mulai kehilangan sifat manisnya dan orang-orang mulai tidak menyukai Persahabatan. Persahabatan mulai dijauhi dan tidak lagi disukai orang. Walaupun Persahabatan cantik, tetapi sifatnya mulai memuakkan. Persahabatan menyadari bahwa dirinya tidak lagi disukai lantaran banyak orang yang menjauhinya. Persahabatan mulai menyesali keadaannya, dan saat itulah Kesedihan melihat Persahabatan, dan menyampaikan kepada Cinta bahwa Persahabatan sedang dalam kedukaan. Mendengar hal itu, dengan segera Cinta berlari dan menghampiri Persahabatan. Saat Persahabatan melihat Cinta menghampiri dirinya, dengan air mata yang berlinang Persahabatan pun meluapkan seribu penyesalannya meninggalkan Cinta. Cinta dengan setia mendengarkan Persahabatan. Singkat ceritanya, setelah kejadian itu dan sama-sama saling tahu, maka Persahabatan dan Cinta kembali menjadi teman baik. Persahabatan kembali kepada pribadi yang menyenangkan dan Cinta pun kembali tersenyum ceria. Semua orang melihat kembali kedua teman baik itu sebagai berkat dan anugerah dalam kehidupan.

(3) Lampiran 3: Teks Lagu Penutup

Hidup Rukun dan Damai

Alangkah bahagianya hidup rukun dan damai di dalam persaudaraan, bagai minyak yang harum

Ibarat embun yang segar pada pagi yang cerah, laksana anggur

yang lezat, ‘kan pemuas dahaga

Begitulah berkat Tuhan dengan berlimpah turun ke atas mereka, kini dan selamanya

Refren: