• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DEKLARASI NOSTRA AETATE TENTANG HUBUNGAN

B. Tujuan Deklarasi Nostra Aetate

Deklarasi Nostra Aetatemerupakan salah satu dokumen hasil dari Konsili Vatikan II, maka tujuan deklarasi Nostra Aetate juga merupakan bagian dari keseluruhan tujuan yang ingin dicapai oleh Konsili Vatikan II. Maka sebelum kita

mengenal tujuan dari deklarasi Nostra Aetate itu sendiri, kita perlu mengenali terlebih dahulu tujuan pokok diadakannya Konsili Vatikan II.

Tujuan pokok dari Konsili Vatikan II adalahAggiornamento. Maksud dari Aggiornamento adalah suatu usaha pembaharuan Gereja sesuai dengan perkembangan zaman agar Gereja mampu memberikan kesaksian secara otentik mengenai kasih dan kebenaran Allah. Oleh karena itu, pembaharuan Gereja harus didasari oleh semangat yang berasal dari sumber kasih dan kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus. Secara implisit, tujuan tersebut dirumuskan oleh dekrit Presbyterorum Ordinisartikel 12:“Untuk mencapai tujuan pastoral: pembaharuan intern Gereja, pewartaan Injil di seluruh bumi, serta dialog dengan dunia dewasa ini” (Jacobs, 1987: 11).

Berdasarkan rumusan dari dekrit mengenai kehidupan dan pelayanan iman di atas, ada tiga bidang pembaharuan yang akan dilaksanakan Konsili Vatikan II. Bidang pertama adalah pembaharuan Gereja. Maksud Konsili Vatikan II tentang pembaharuan itu tidak hanya berarti meningkatkan semangat, tetapi sungguh-sungguh merupakan perubahan, demi perbaikan maupun pengembangan. Pembaharuan Gereja, pertama-tama menekankan perubahan paham tentang Gereja. Sebagai contoh pembaharuan paham Gereja terasa paling konkret antara lain dalam hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen, atau juga dalam hubungan Gereja dengan Gereja-Gereja Kristen bukan Katolik. Berhadapan dengan mereka, Gereja Katolik tidak hanya memahami diri secara lain, tetapi juga menampilkan diri secara berbeda (Jacobs, 1987: 11-12).

Bidang kedua adalah pewartaan Injil ke seluruh dunia. Inipun dimaksudkan tidak hanya suatu peningkatan semangat untuk mewartakan Injil, melainkan juga suatu perubahan yang cukup radikal atas paham tentang misi. Misi merupakan sifat hakiki Gereja, maka kegiatan misi dilihat seluruhnya dalam kerangka pandangan baru terhadap Gereja. Unsur-unsur pokok kegiatan misi adalah pewartaan Injil dan pembentukan Gereja setempat. Kedua unsur itu berhubungan langsung, sebab tanggapan terhadap pewartaan Injil adalah iman dan iman membangkitkan komunikasi iman, itu berarti pembentukan Gereja (Jacobs, 1987: 11-12).

Bidang ketiga adalah dialog dengan dunia modern. Gereja menampilkan diri secara berbeda tidak hanya di hadapan agama-agama lain, melainkan juga di hadapan dunia modern dewasa ini. Bertolak pada perubahan pandangan terhadap dirinya sendiri, Gereja juga mempunyai pandangan yang lain terhadap dunia, baik yang bersifat sakral maupun sekuler (Jacobs, 1987: 11-12).

Dengan demikian, bidang pertama dan kedua dalam pembaharuan paham tentang Gereja dan pewartaan Injil di seluruh dunia yang merupakan cita-cita dan tujuan dari Konsili Vatikan II ini sesungguhnya berkaitan erat dengan tujuan dari Nostra Aetate. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh NA art. 1 bahwa: “Gereja dengan lebih cermat meninjau kembali mengenai hubungannya dengan agama-agama bukan Kristen dalam mewujudkan tugas panggilannya untuk memajukan kesatuan dan cinta kasih antar manusia, maupun antar bangsa di seluruh dunia”. Pernyataan dari deklarasi Nostra Aetate merupakan pembaharuan yang akan menentukan tempat Gereja yang sebenarnya di tengah umat beriman lain dan juga

peranan apa yang harus dilakukan oleh Gereja jika di sekitarnya hidup dan berkembang umat beriman lain yang menjanjikan keselamatan bagi para pemeluknya. Pemahaman atas tempat dan peranan Gereja di tengah umat beriman lain akan memperbaharui pemahaman Gereja sendiri mengenai bagaimana tugasnya dalam mewartakan Injil di tengah umat beriman lain? NA art. 2 memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar, yang ada dalam agama-agama lain walaupun sungguh berbeda dengan apa yang diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang juga dapat memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang. Namun Gereja juga tidak henti-hentinya untuk tetap mewartakan dan wajib mewartakan Kristus yakni jalan kebenaran dan hidup (Yoh 14: 6). Oleh karena itu, Nostra Aetate menganjurkan supaya tugas mewartakan Injil ini dilakukan melalui dialog dan kerjasama dengan umat beriman lain secara lebih bijaksana dan penuh kasih dengan mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan nilai-nilai sosio budaya yang terdapat dalam agama lain demi mewujudkan persatuan dan kasih antar semua manusia dan antar bangsa (Hardawiryana, 1991: 26).

Demikian juga bidang ketiga, dialog dengan dunia modern, berhubungan erat dengan tujuan Nostra Aetate. Dalam meninjau sikapnya terhadap ajaran-ajaran bukan Kristen (Bdk. NA art.1), Gereja bercita-cita mewujudkan dialog dengan umat beriman lain (Bdk. NA art.2). Dalam dialog inilah, Gereja bersama umat beriman lain berdialog dengan dunia modern. Gereja maupun umat beriman lain tidak hanya sendirian membangun dunia. Namun Gereja bersama umat beriman lain berjuang dalam membela kebenaran, keadilan, dan perdamaian

dalam hidup bersama di tengah dunia demi kepentingan seluruh umat manusia tanpa terkecuali yang merupakan cita-cita dan tujuan dari semua umat beragama.

Berdasarkan uraian di atas tersebut maka secara eksplisit tujuan dari deklarasi Nostra Aetate adalah memajukan kesatuan dan cinta kasih antar manusia, maupun antar bangsa di seluruh dunia yang merupakan tugas panggilan Gereja. Kesadaran akan tugas panggilannya tersebut, Gereja secara lebih cermat meninjau kembali mengenai sikapnya terhadap umat lain. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam artikel kedua Nostra Aetate bahwa Gereja Katolik tidak menolak segala apapun yang baik dan benar yang terdapat pada agama-agama lain. Gereja juga menghargai nilai-nilai keselamatan yang terdapat pada agama-agama lain. Oleh karena itu Gereja perlu menjalin kerjasama dan dialog dengan umat beriman lain, untuk bersama-sama berjuang dalam membangun dunia demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bagi antar manusia maupun antar bangsa dalam hidup bersama di dunia (Hardawiryana, 1991: 26).