• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saul Iri Hati Terhadap Daud

PELAJARAN

PEMAHAMAN

MURID-MURID

Kecapi

Kecapi adalah alat musik populer pada masa Saul dan musik mereka masih terkenal karena kualitasnya untuk menenangkan. Kecapi paling sederhana, hanya terdiri dari dua potong kayu yang digabungkan pada sudut yang tepat satu dengan yang lainnya. String dikaitkan dengan kayu yang membentuk kecapi dengan bentuk segitiga. String sederhana dapat dibuat dari rumput yang dijalin, tetapi string yang lebih baik dibuat dari usus binatang yang dikeringkan. Kecapi dapat terdiri dari empat puluh string dan lebih keras daripada tiga sampai empat string yang disebut lira. Daud dikenal baik sebagai seorang prajurit maupun sebagai musisi.

Dalam pelajaran minggu ini, Anda akan membantu murid-murid untuk waspada terhadap iri hati yang mungkin muncul dalam kehidupan mereka dan bagaimana menghentikan dosa ini dengan bantuan Allah. Pertama, bantulah mereka mengerti apa itu iri hati. Hal ini merupakan suatu perasaan yang tidak bahagia, bahkan marah karena kamu belum memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang lain. Bagaimana kamu bereaksi ketika teman kamu mengatakan hal yang baik tentang kakak kamu, tetapi tidak tentang diri kamu? Apakah kamu merasa iri hati? Mungkin teman kamu dapat peringkat yang lebih baik daripada kamu di sekolah. Mungkin saudarimu mendapat pakaian atau mainan yang lebih banyak dari orang tuamu. Atau mungkin ada bayi yang baru lahir di keluargamu, sehingga kamu tidak suka karena berkurangnya perhatian daripadamu. Ini adalah tanda-tanda iri hati terhadap yang lainnya.

Iri hati merupakan suatu hal yang buruk. Alkitab berkata, ”Iri hati membusukkan tulang.” (Ams. 14:30) Hal ini menunjukkan bahwa apabila kita membiarkannya, maka iri hati dapat merusak baik kondisi rohani maupun fisik kita. Sebagai anak-anak Allah, kita harus berhati-hati agar tidak iri hati. Apabila kita mengakui dosa di hadapan Allah dan bertobat, maka kita akan dapat mengatasi iri hati tersebut. (1 Yoh. 1:19)

Ketika kita mulai menyadari bahwa kita dapat merasa iri hati, maka sesungguhnya kita dapat mulai membuang jauh perasaan iri hati tersebut. Kita dapat berhenti membandingkan diri dengan orang lain, berhenti menginginkan hal yang orang lain miliki, dan berhenti menyesali diri. Kita dapat mulai berdoa bagi orang lain, mencari kebaikan bagi orang lain, melengkapi pemberian Allah bagi mereka dan bersyukur kepada Allah, karena telah bekerja pada kehidupan orang lain. Ketika kita bersandar pada kuasa Allah dan berjuang untuk melakukan hal di atas, maka kita akan melihat bahwa Allah akan memberikan kita kekuatan untuk mengatasi perasaan iri hati itu.

53

KOSA-KATA

PELAJARAN

KISAH PELAJARAN

iri Hati:

Ketika kamu menginginkan sesuatu yang seseorang miliki; ketika kamu belum merasa puas dengan apa yang kamu miliki.

Merasa Cukup:

Ketika kamu merasa puas dengan apa yang kamu miliki. Sukses:

Ketika sesuatu berjalan lancar atau seseorang berhasil. Musuh:

Seseorang yang tidak menyukaimu, atau seseorang yang kamu tidak sukai.

Ulasan

Pada minggu yang lalu, kita telah mempelajari mengenai bagaimana Daud berperang melawan Goliat. Apakah kamu masih ingat siapa yang menang? (Daud.) Mengapa setiap orang takut terhadap Goliat? (Karena ia adalah seorang raksasa yang kuat; tampaknya tidak seorangpun yang dapat mengalahkannya.) Menurut kamu, mengapa Daud tidak takut berperang melawan Goliat? (Karena Daud tahu bahwa Tuhan ada bersama dengannya dan akan menolongnya untuk berperang melawan Goliat.) Menurut kamu, mengapa Daud memenangkan peperangan? (Karena Tuhan menolongnya untuk menang.) Apa yang dapat kita pelajari dari Daud dan Goliat? (Sekalipun terkadang sesuatu tampak mustahil atau sulit untuk dilakukan, tetapi kita dapat selalu bersandar kepada Allah yang akan memberikan kita kekuatan untuk melakukannya. Allah itu maha kuasa; Dia dapat menolong kita melakukan apapun!)

Pada minggu ini, kita akan mempelajari mengenai Saul dan Daud. Karena Daud telah membunuh Goliat, maka ia menjadi seorang pahlawan Israel. Saul berpikir bahwa orang Israel lebih menyukai Daud daripada dirinya, sehingga ia merasa iri hati. Marilah kita lihat apa yang terjadi kepada Saul, karena kecemburuannya itu…

Daud Dielukan

Ketika Daud dan pasukan tentara Israel kembali setelah Daud membunuh Goliat, maka banyak perempuan dari segala kota di Israel datang menyambut raja Saul. Mereka bernyanyi dan menari dengan memukul rebana dan kecapi. Mereka bersukaria dan bernyanyi: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa!”

Saul Iri Hati Terhadap Daud

Ketika Saul mendengarnya, maka ia kecewa dan menjadi begitu marah, serta berkata dalam hatinya, “Kepada aku hanya diperhitungkan beribu-ribu musuh, tetapi kepada Daud berlaksa-laksa. Apalagi yang dapat mereka lakukan kepada Daud, bukankah kelak akan menjadikannya raja?” Mulai saat itulah, Saul tidak percaya lagi kepada Daud.

Saul Mencoba Membunuh Daud

Pada hari berikutnya, Tuhan membiarkan roh jahat merasuki hati Saul, dan mulailah ia bertingkah seperti orang gila. Seperti biasanya, Daud memainkan kecapi bagi Saul. Namun, kali ini Saul memegang tombak dan berpikir, ”Aku akan menancapkannya di tembok!” Saul melemparkan tombaknya ke arah Daud dua kali, tetapi Daud berhasil meluputkan dirinya.

Saul takut terhadap Daud, karena Tuhan menyertai Daud dan tidak lagi bersama dengan dirinya. Dia membuat Daud memimpin pasukan besar dan membuatnya pergi jauh. Daud memimpin mereka dalam pertempuran dan selalu menang karena Tuhan menyertainya.

Ketika Saul melihat keberhasilan Daud, maka ia menjadi semakin takut terhadapnya. Tetapi setiap orang di Yehuda dan Israel menyukai Daud sejak ia memimpin pasukan mereka dalam peperangan.

Saul Menyerahkan Anak Perempuannya Untuk Menikahi Daud

Pada suatu hari, Saul berkata kepada Daud, ”Engkau boleh menikahi anak perempuanku yang tertua, Merab, asalkan engkau melayaniku dengan berani dan berjuang dalam peperangan Tuhan.” Saul berkata kepada dirinya, ”Aku tidak perlu membunuhnya, biarkan orang Filistin yang melakukannya!”

Tetapi Daud berkata kepada Saul, ”Aku ini bukanlah siapa-siapa. Bagaimana mungkin aku menikahi anak raja.” Lalu Saul menyerahkan anaknya, Merab, dalam pernikahan dengan orang lain.

Lalu anak perempuan Saul lainnya, Mikhal, jatuh cinta kepada Daud. Ketika Saul mengetahuinya, maka ia senang. Saul berpikir, “Aku akan membiarkan anakku ini menikahi Daud, sehingga ia akan terganggu dan tidak mampu berkonsentrasi dalam peperangan dengan orang Filistin.” Lalu Saul berkata kepada Daud, “Sekarang engkau memiliki kesempatan kedua untuk menikahi salah satu anakku.”

Kemudian Saul memerintahkan para pelayannya: Katakanlah kepada Daud dengan diam-diam, "Sesungguhnya, raja sangat senang denganmu dan semua hambanya menyukaimu, sekarang menikahlah dengan anaknya itu.”

Para hamba Saul melakukan semua perintahnya. Tetapi Daud menjawab, ”Apakah kamu pikir menjadi menantu raja itu bukan perkara besar? Aku hanyalah orang miskin dan bodoh.”

Daud Membunuh Dua Ratus Orang Filistin

Ketika para hamba Saul mengatakan kepada raja tentang apa yang Daud katakan, maka Saul menjawab: Katakan kepada Daud, "Agar dapat menikah dengan anakku, engkau harus membunuh seratus orang Filistin untuk membalas

Tuhan Memberikan Daud Keberhasilan

Ketika Saul menyadari bahwa Tuhan menyertai Daud dan anaknya, Mikhal mencintai Daud, maka Saul menjadi semakin takut terhadapnya. Saul adalah musuh Daud seumur hidupnya.

Bangsa Filistin terus berperang melawan bangsa Israel. Ketika Daud berperang melawan mereka, maka ia beroleh keberhasilan lebih daripada pasukan tentara Saul dan ia menjadi terkenal.

1. Mengapa Saul merasa iri hati terhadap Daud? (Banyak perempuan Israel bernyanyi bahwa Daud mengalahkan lebih banyak musuh daripada Saul; Daud lebih terkenal daripada dirinya.)

2. Apa yang Saul coba lakukan kepada Daud karena iri hati terhadapnya? (Membunuh Daud.)

3. Siapa yang selalu bersama Daud dan memberinya keberhasilan? (Allah.) 4. Apa yang Saul minta kepada Daud, agar dapat menikahi anak perempuannya?

(Membunuh seratus orang Filistin.)

5. Mengapa Saul memintanya untuk membunuh seratus orang Filistin? (Saul berharap agar Daud dapat dibunuh oleh mereka.)

Pertanyaan untuk Direnungkan: 1. Mengapa kita harus merasa cukup?

2. Kapankah biasanya kita tergoda untuk merasa iri hati itu?

3. Dari pelajaran hari ini, bagaimanakah kamu dapat mengatakan iri hati adalah hal yang buruk?

4. Apabila suatu kali kamu menyadari bahwa kamu merasa iri hati terhadap seseorang, apa yang akan kamu lakukan?

MENGULANG

DAN PERTANYAAN

Bahan:

Berbagai warna bantal cap Handuk kertas Pelubang kertas Spidol besar Gunting Isolasi Piring kertas

Benang berwarna cerah Persiapan:

1. Guntinglah piring kertas menjadi setengah bagian, sehingga setiap orang murid mendapatkan satu setengah bagian piring kertas. Letakkan setengah piring kertas ke atas piring kertas yang utuh (dengan hanya menyentuh tepinya)-satu set untuk setiap orang murid.

2. Potonglah benang 48 inci (120 cm) panjangnya-satu potongan benang untuk setiap orang murid. Lilitkan ujung benang yang satu dengan isolasi membentuk “jarum.” Buatlah simpul pada setiap ujung benang lainnya 12 inci (30 cm) dari ujungnya.

Cara:

1. Lubangi pinggiran piring kertas yang telah digabungkan dengan jarak kira-kira 1 inci.

2. Masukkan benang pada lubang yang pertama, kemudian ke lubang berikutnya. (Sisa benang akan digunakan sebagai gantungan). Lanjutkan hingga piring kertas itu terjahit semua.

3. Ikatlah ujung kedua benang tersebut.

4. Hiasilah pegangan tersebut dengan pulpen dan tinta cap jempol. 5. Tuliskan ayat Alkitab (atau bagian dari ayat Alkitab:

“Cukupkanlah.”) di atas pegangan itu.

AKTIVITAS 1

AKTIVITAS 2

Sasaran:

Menolong murid-murid mempelajari Ayat Hafalan dan mengingatkan mereka untuk merasa cukup dengan apa yang mereka miliki.

Persiapan:

Sediakan tempat yang besar, jauh dari meja dan kursi. Undanglah orang yang lebih dewasa untuk membantu permainan ini.

Cara:

1. Bagilah murid-murid menjadi dua kelompok dan mintalah setiap kelompok membentuk sebuah barisan di ujung tempat bermain. Dan mintalah dua orang pemimpin dewasa untuk berdiri di ujung yang satunya, berhadapan dengan dua kelompok itu. Ulangilah Ayat Hafalan secara bersamaan, agar semua pemain tahu ayat yang mana yang sedang digunakan.

2. Dengan tanda dari Anda, pemain pertama dari setiap kelompok berlari menuju ke arah pemimpin dewasanya dan mengulangi Ayat Hafalan. Apabila pemimpin itu mengatakan “ya” untuk kutipan yang benar, maka pemain itu dapat kembali, menepuk pemain berikutnya, dan duduk.

3. Apabila pemimpin itu mengatakan “tidak,” maka pemain itu harus menepuk pemain berikutnya, lalu kembali ke belakang barisan. Dia dapat mencoba untuk mengucapkan ayat itu kembali pada gilirannya. Kelompok dengan seluruh anggotanya yang duduk terlebih dahululah yang memenangkan permainan ini.

Dokumen terkait